Part 16

299 25 5
                                    

Didepan gerbang sekolah..

"Gue masuk dulu, jan lupa ntar jemput, kalo ada apa-apa kabarin gue." Ucap Bulan turun dari motor.

"Bodoamat, cepetan sono masuk. Inget kata gua ya sekolah yang bener," ucap Abby menepuk pelan pucuk kepala Bulan.

"Iye, bye."

Bulan berjalan melewati lorong-lorong kelas dengan tatapan para lelaki yang terpesona melihat kecantikan Bulan. Sebenarnya Bulan risih tapi dia hanya diam saja dengan muka dinginnya.

"Lan, ntar pulsek bareng gua ya."

"Senyum dikit ngape Lan."

"Awas-awas bidadari gue mau lewat."

"Bidadari gua kasih jalan dong."

"Mimpi lu semua, Bulan tu pacar gue."

"Lu juga mimpi kali."

Kira-kira seperti itulah omongan para siswa itu. Dengan segera Bilan berjalan cepat agar tak lagi mendengar suara siswa itu.

BRUKk...

"Aww," rintih Bulan kesakitan karena lututnya sedikit lecet akibat dirinya tak sengaja menabrak seseorang dan terjatuh.

"Sorry." Ucap dingin lelaki yang tak asing lagi bagi Bulan. Setelah itu Bulan menatap lelaki itu kebingunan.

"Lah kenapa Dava jadi dingin gini si?" Batin Bulan.

Yap, lelaki itu adalah Dava. Lelaki yang biasa sering mengganggu Bulan, tiba-tiba bersikap dingin kepadanya. Tak seperti biasanya, ketika Bulan merasa kesakitan biasanya lelaki itu adalah orang pertama yang akan menolongnya.

Tetapi kali ini tidak, Dava tau Bulan kesakitan tapi tak sedikitpun dia berniat untuk menolong Bulan. Sekedar hanya melihat mata Bulan pun tidak Dava lakukan. Dia hanya berdiri dihadapan Bulan yang masih duduk dilantai dan merintih kesakitan.

"Bisa bangun sendiri kan? Jadi cewe ga usah manja!" Ucap Dava tiba-tiba dan membuat Bulan terkejut. Bagaimana bisa hatinya merasa sesak melihat perlakuan Dava yang seperti itu kepadanya.

Bulan berusaha bangun dari duduknya, tapi hasilnya nihil. Sepertinya kaki bagian kanannya terkilir dan menyebabkan Bulan sulit berdiri.

"Gini aja ga bisa." Ujar Dava membantu Bulan berdiri tapi masih dengan sifat dingin. Bulan berdiri dihadapan Dava dan menatap lekat manik mata Dava, tapi saat ini Dava sama sekali tak membalas tatapan itu.

"Dava kenapa si?" Batin Bulan.

"Udah bisa berdiri kan? Kalo gitu gua duluan." Ucap Dava menyadarkan Bulan. Kemudian dia pergi meninggalkan Bulan sendiri.

Bulan melanjutkan jalan menuju kelasnya dengan langkah kaki yang pincang. Dia berjalan sambil memegang kaki kanannya, dan sesekali dia merintih kesakitan.

Dengan isi kepalanya yang terus memikirkan sifat Dava yang tiba-tiba berubah. Padahal sebelumnya Bulan merasa tak berbuat salah kepada Dava.

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang