*****
"Bisa ga? Awas ati-ati." Ucap Dava mencopot helm yang ia pakai dan turun dari motornya, lalu ia membantu Bulan untuk turun dari motornya.
Dava memapah Bulan menuju depan pintu Rumah Bunda tapi, ditengah-tengah jalan mereka Bulan menghentikan langkahnya dan menatap Dava dengan intens.
"Dav bentar." Ucap Bulan saat menghentikan langkah kakinya.
"Apa? Kenapa? Ada yang ketinggalan?" Tanya Dava yang juga tiba-tiba membalas menatap mata Bulan intens.
Bulan menggeleng pelan...
"Terus?" Tanya Dava heran.
"Jangan pernah tiba-tiba berubah lagi ya." Ucap Bulan dengan matanya yang berkaca-kaca. Dava terkejut melihat mata Bulan yang berkaca-kaca, bagaimana bisa?
"Sorry gua udah tiba-tiba berubah, sorry gua ga cari tau dulu soal Abby dan sorry gua udah buat lu berpikir dan berperang melawan pertanyaan yang ada dipikiran lu." Jawab Dava merasa bersalah, sebenarnya dia hanya tidak mau kehilangan Bulan. Tapi tanpa disadari air mata Bulan sudah mengalir deras di pipinya.
"Udeh ah apus dulu tu ingusnya, tau ga? lu tuh kalo nangis tambah jelek! Emang ntar lu mau dipanggil Amora jadi aunty jelek?" Tanya Dava meledek Bulan.
"Ihh Davaaaa gue serius." Jawab Bulan mencubit perut Dava dan mengerucutkan bibirnya kesal.
"Iya gua tau, tapi kalo lu gua seriusin mau ga?" Tanya Dava sambil mengangkat salah satu alisnya.
"Davaa!!" Ucap Bulan dengan pipinya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Iye iye, udah ayok buruan masuk diluar panas ntar pala lu pusing." Ucap Dava tertawa puas dan melanjutkan jalannya.
Tok..Tok..Tok..
Dava mengetuk pintu rumah Bunda. Dan tak lama dari itu pintunya terbuka. Terlihat disana Bunda yang sudah menampilkan wajah panik dan khawatirnya.
"Kenapa bisa sampe kelempar bola si sayang? Nanti kalo kamu tiba-tiba drop gimana? Bunda itu khawatir sama kamu, dan Papa sama Mama kamu juga bakalan khawatir sama kamu. Udah cukup Bunda kehilangan anak perempuan Bunda, dan Bunda gamau kejadian itu terulang lagi sama kamu." Ucap Bunda sambil menangis yang mendapati Bulan dengan wajahnya yang memerah dan sedikit lebam dibagian dekat matanya.
"Bunda udah, Bulan gapapa Bunda juga gausa mikir kalo bunda bakalan kehilangan Bulan, karena bulan bakalan terus ada sama Bunda, Abby dan Mama sama Papa." Ucap Bulan memenangkan Bunda-nya dan menghapus air mata Bundanya.
"Terus mana yang sakit? Bagian mana? Kalo gitu mending kita kerumah sakit aja ya, bunda takut ada luka dalam." Ucap Bunda cemas.
"Yaallah bunda ini ada tamu loh masa ga disuruh masuk dulu gitu?" Ucap Bulan menyadari bahwa dirinya dan Dava masih diambang pintu.
"Oh iya, silahkan masuk." Ucap Bunda mempersilahkan Bulan dan Dava masuk kedalam rumahnya.
"Yauda mana yang sakit? Bagian mana?" Sambung Bunda duduk diruang tamu disusul Bulan dan Dava.
"Terus ini siapa? Apa jangan-jangan dia yang udah ngelempar bola ke kamu?" Tanya Bunda menatap Dava tajam. Sedangkan sedari tadi sejak Bunda membuka pintu, Dava terus memperhatikan Bunda Bulan, dia tampak berpikir dan berusaha mengingat sesuatu.
"Kok mukanya ga asing banget si bagi gua, apa gua udah pernah ketemu sebelumnya? Tapi kalo emang udah pernah ketemu, gua ketemu dimana?" Batin Dava bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN
Teen Fiction. . . Bulan, seorang gadis cantik blasteran Aceh-India ini sangat menyukai semua hal yang bersangkutan tentang hujan dan awan. Selain cantik, Bulan juga seorang gadis yang sangat periang, keras kepala, cenderung lebih menyukai ketenangan, dan hebatn...