Chapter 3

4.3K 169 8
                                    


H. A. P. P. Y

R. E. A. D. I. N. G

🍁

"Apa aku harus bunuh bayi ini di hadapan kamu?" tanya Raffan dengan nada melemah.

Kedua mata Viona terbelalak sempurna, lalu ia mundur beberapa langkah dari Raffan. "Pergi!"

"Kamu itu sudah bejat! Dan masih mau jadi pembunuh?!" Murkanya membuat sang bayi menangis kencang.

Viona langsung gelagapan, tangannya otomatis bergerak menepuk bokong bayi perempuan itu. "Maafin Tante. Maaf sudah ngagetin kamu. Cup-cup-cup."

Raffan berdiri lemah, lalu ia menatap sayu pada Viona. "Vi," panggilnya. Viona melihatnya sejenak, lalu kembali fokus pada bayi tersebut.

"Apa yang harus aku lakukan supaya hubungan kita tetap ada?" tanya Raffan bimbang.

Viona menarik nafasnya dalam-dalam. Baru kali ini ia berhadapan dengan masalah yang sangat pelik dan rumit. Ia marah besar pada Raffan, tapi—bagaimana dengan bayi dalam gendongannya saat ini?

"Siapa nama anak ini?" tanya Viona datar, tanpa mengindahkan pertanyaan Raffan.

Raffan menggeleng lemah. Bagaimana mau tahu namanya, kalau ibunya saja hanya datang dan menyerahkan bayi itu begitu saja.

"Aku gak tau Vi," jawabannya membuat Viona berdecak pelan.

"Alifia. Terserah kamu setuju atau tidak. Aku emang muak dan benci sama kamu, tapi aku enggak mungkin benci sama bayi yang enggak berdosa ini," kata Viona tanpa melihat lawan bicaranya.

Raffan tersenyum kecut. Sepertinya ia harus kembali berjuang untuk mendapatkan keyakinan Viona kali ini.

"Aku se—

"Jangan lupa, kasih belakang nama kamu kalau enggak nama ibunya. Biar tau, kalau ini anak siapa!" potong Viona lalu merebahkan bayi yang bernama Alifia di ranjangnya.

Sejujurnya hati Viona berat untuk mengatakan hal itu. Meminta Raffan untuk menyumbangkan namanya pada bayi tidak bersalah itu.

Apakah itu benar-benar bayi Raffan? Pikirnya kelabu.

Raffan menarik rambutnya frustasi. Baru kali ini dirinya berhadapan dengan Viona yang bersikap sebaliknya. Viona yang penyabar, perhatian, dan penuh kasih sayang itu sudah lenyap seketika karena kebodohannya.

"Vi..."

"Pulang!" bentak Viona kesal.

Raffan menarik nafasnya dalam-dalam, "Aku cuma mau bilang, kalau aku cinta kamu sampai kapan pun."

Kalau kamu cinta, kenapa seperti ini Raffan? Kenapa?!

Viona yang membelakangi Raffan itu menangis dalam diam.

Ini bukan suatu hal yang mudah baginya, tentunya bagi calon suaminya juga.

"Pulang sekarang. Aku sudah muak sama kamu. Dan aku masih berbaik hati untuk merawat bayi ini. Tinggalkan aku dan Alifia, SEKARANG!" pekik lantang Viona menusuk hati Raffan.

Sudahlah, semuanya tidak akan selesai saat ini juga. Lebih baik ia pulang dan datang lagi saat suasana hati Viona kian membaik. Namun untuk mengharapkan perempuan itu agar kembali ke sisi Raffan, hanya takdir yang bisa menjawabnya.

Raffan sungguh-sungguh mencintai Vionanya.

"Aku sayang kamu, Vi. Aku pulang," ucapnya terdengar lirih dengan perasaan yang penuh penyesalan.

H̶a̶p̶p̶y̶ With You [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang