Chapter 5

2.9K 105 1
                                    


H. A. P. P. Y.

R. E. A. D. I. N. G

🍁

Viona kembali termenung di ruang tamu setelah bertemu dengan Raffan. Pria itu sudah menghancurkan moodnya dipagi harinya.

Viona mengambil Alifia dari Bu Mila.

Ia menghela napasnya, tatapannya kembali pada wajah Alifia yang sedang ia gendong. "Lifia kok belum tidur? Masih laper ya, Nak?"

Alifia hanya mengedipkan matanya menggemaskan, lalu tangannya bergerak ke kiri dan kanan. Pergerakan Alifia membuat sudut bibir Viona tertarik.

"Coba aja kamu itu lahir dari rahim Tante, pasti—Argh!! Kamu mikirin apa sih, Vio! Udah! Stop! Bajingan itu sudah mempermainkan perasaan kamu," tegas Viona pada dirinya sendiri.

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu membuat Viona mendengus pelan. Perempuan itu beranjak dari duduknya, lalu melangkah untuk membuka pintu dengan rasa malas. Pasti.....

"Apalagi sih Raf—eh, Reygan. Maaf, aku kira siapa tadi," ucap Viona gelagapan melihat siapa yang datang. Ia pikir, pria bajingan itu balik lagi, ternyata sosok Reygan yang bertamu dengan pakaian formal. Sepertinya, pria itu datang dari kantor, atau mau ke kantor. Mungkin.

"Ayo masuk, Gan."

Reygan diam-diam mengulum senyumnya. Hatinya semakin yakin, jika usahanya kali ini dapat memiliki Viona.

Kini, keduanya sudah duduk bersebelahan di sofa ruang tamu.

"Ada apa ya, Gan?" tanya Viona menghentikan keheningan.

"Aku habis dari kantor, jadi sekalian mampir ke sini. Oh iya, nih aku bawain kamu makanan. Aku khawatir sama kamu, Vio," ucap Reygan sembari menunjukkan paper bag yang ia bawa.

"Enggak usah repot-repot, Gan. Aku bi—

Reygan meletakkan jari telunjuknya di bibir Viona. "Sstttt. Aku tau kamu lupa sama jam makan kamu, Vio. Jadi, makan ya? Atau aku yang suapin kamu?" tawar Reygan.

Ucapannya memang benar. Karena saat ini, Alifa menjadi yang utama bagi Viona. Bukan lagi adanya perdebatan antara dirinya dengan Raffan barusan. Viona belum sempat mengisi perut kosongnya.

Viona menunduk tidak enak pada Reygan yang sangat perhatian padanya. Sedari dulu sudah seperti itu. Reygan selalu menjadi tempat keluh kesahnya ketika Viona bertengkar dengan Raffan.  Walaupun itu pertengkaran kecil, tapi, Reygan selalu ada untuknya.

Kepalanya mendongak ketika Reygan menarik pelan dagunya. "Makan, Vio. Aku tau perhatian kamu pada Lifia. Tapi, kamu juga harus makan, ya? Nanti siapa yang jaga Lifia kalau kamu sakit."

"Kenapa kamu baik sekali sama aku, Gan?"

Karena aku sayang sama kamu Viona. Ungkap Reygan dalam hati.

Reygan tersenyum penuh arti. "Makan lebih penting daripada pertanyaan kamu itu," alihnya.

"Ta—

"Udah, ayo makan!" Viona pasrah menerima suapan pertama dari Reygan.

Senyum Reygan mengembang, melihat Viona menerima perhatiannya. Ia tak tahan lagi untuk tidak mengacak rambut Viona. "Makin cantik kalau nurut gini," katanya, lalu mengacak pelan rambut Viona.

Wanita itu terkekeh kecil, membuatnya mulai lupa akan hal barusan.

"Lifia bagaimana? Hari ini, rewel enggak?" tanya Reygan disela-sela menghabiskan satu bungkus gado-gado yang dimakan berdua dengan Viona itu.

H̶a̶p̶p̶y̶ With You [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang