H. A. P. P. Y.
R. E. A. D. I. N. G.Full Chapter
In Collaboration with iamfildha
🍁
"Tante Mama, Alifia mau Tante Mama sama Papa Raffan tinggal bareng Alifia."
Olin mematung seketika.
Alifia menatap nanar Olin, "tapi Lifia mau Papa Raffan. Kalau Tante Mama itu Mamanya Lifia, berarti harus ada Papa Raffan." Jangan salahkan kenapa Alifia ingin bersama Raffan, mengingat anak itu sangat dekat dengan Raffan sejak bayi.
Olin memejamkan matanya pusing. Ia tidak menyangka alurnya akan serumit ini.
Bagaimana mungkin dirinya bersama Raffan?
"Alifia, gak bisa gitu, sayang ... Mama Olin gak bisa sama Papa Raffan." Olin berusaha memberikan penjelasan pada putrinya. Namun, nihil.
Tangis Alifia seketika pecah. "GAK MAU! POKOKNYA MAU SAMA PAPA RAFFAN! MAUNYA SAMA PAPA RAFFAN!"
Olin memejamkan kedua matanya.
🍁
Beralih pada keluarga kecil Raffan dan Viona yang sedikit diselimuti aura seperti ada perang dingin. Kini, Viona tengah menikmati susu ibu hamil sambil menonton siaran televisi.
Saat itu juga, Raffan muncul ke ruang televisi. Ia menghela napas pelan melihat istrinya yang terus bersikap seolah sedang menjauhinya. Bahkan Viona, sewaktu sarapan tadi tidak menemaninya di meja makan.
"Morning sayang," sapanya seraya mendekatkan wajahnya untuk mencium puncak kepala Viona, namun wanita itu segera menjauhkan jarak darinya.
"Vi, jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan baik-baik," ujar Raffan sedikit lirih. Tak kunjung direspons, ia menekuk lututnya di hadapan Viona, lalu meraih kedua tangan Viona.
"Tatap aku dulu." Viona masih fokus pada layar televisi yang baginya buram.
Viona tak mengindahkan permintaannya. Raffan menghela napas kasar, "kita harus bicara, dan mencari jalan keluar ini bersama-sama."
"Cari jalan keluar seperti apa lagi? Ha!" Akhirnya Viona mengeluarkan suara yang terdengar lirih. Jujur, wanita itu sudah hampir lelah selalu di hadapkan oleh masalah yang seperti ini.
Raffan menunduk pasrah.
Sedetik kemudian, tangannya bergerak menyentuh perut buncit sang istri. "Maafin Papa, ya... Papa selalu buat kamu dan Mama kecewa. Tapi demi apapun, kalian yang paling berharga buat Papa," ujarnya yang berhasil membuat air mata Viona mengalir.
"Aku capek, Raff! Dari awal masalah kamu dan Olin, aku udah mau nyerah gitu aja. Tapi nggak semudah itu buat aku nyerah. Aku mutusin buat kembali lagi sama kamu. Setelah itu, tentang kamu yang bilang aku bukan sosok ibu yang baik buat Lifia. Lagi, aku masih terima dan maafin kamu. Terus sekarang, lihat? Dampak dari kelakuan bejat kamu dulu. Ini ada apa lagi, sih, Raff? Mau sampai kapan seperti ini? Dan pada kenyataannya, memang Lifia bukan anak kandung aku dan kamu," tuturnya melemah seraya mengalirkan air matanya.
Hal itu semakin membuat Raffan terluka, dadanya terasa ditusuk berkali-kali.
"Bunuh aku Vi, bunuh. Aku benar-benar bodoh dan bejat. Lebih baik aku mati dar pada lihat kamu selalu kecewa sama aku." Raffan menundukkan kepalanya di atas kedua punggung tangan Viona.
Viona mengalihkan pandangannya ke samping. Saking banyak kecewa yang ia rasakan, sampai dirinya tidak tahu harus bagaimana lagi.
"Aku capek...., Raff. Capek. Kenapa kamu sejahat ini sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
H̶a̶p̶p̶y̶ With You [END✓]
RomanceA collaboration story, Fildatul Hammi & Diana Novia "𝘽𝙖𝙜𝙖𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙥𝙚𝙧𝙖𝙨𝙖𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙟𝙞𝙠𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙢𝙚𝙧𝙖𝙬𝙖𝙩 𝙖𝙣𝙖𝙠 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙝𝙖𝙨𝙞𝙡 𝙥𝙚𝙧𝙨𝙚𝙡𝙞𝙣𝙜𝙠𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙥𝙖𝙨𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣𝙢𝙪?" #Romance16+ *** Raffan Adijaya Prat...