Chapter 12

1.2K 61 0
                                    

H. A. P. P. Y.

R. E. A. D. I. N. G


🍁

Selepas resepsi pernikahan yang diadakan di gedung bernuansa putih mewah itu. Raffan terus memperhatikan istrinya yang termenung, tak ada cakap.

Kini keduanya sudah berada di sebuah hotel di Ibukota.

Apa yang sedang Viona pikirkan?

Raffan memilih untuk bersih-bersih lebih dulu, lantas menuju ke kamar mandi di dalam kamar megah itu. Meninggalkan Viona yang masih duduk termenung di atas kasur.

Saat Raffan keluar dari kamar mandi. Pria itu mendapati sang istri yang sudah berdiri di balkon kamar dengan gaun putihnya yang masih ia kenakan. Sontak pria itu melangkahkan kakinya mendekati Viona.

"Sayang..., Mandi gih. Keburu malam," titahnya seraya menyelipkan tangannya di pinggang Viona. Hal itu membuat Viona sedikit tersentak.

"Eh-iya, Mas. Maaf, kalau gitu aku ke dalam dulu, ya," ucap Viona canggung dengan tangan Raffan yang tiba-tiba melingkar dipinggangnya.

Bukannya melepaskan pelukannya, Raffan semakin mengeratkan, bahkan dagunya sudah bertopang di bahu Viona. "Harum banget! Kamu belum mandi aja cantiknya nggak luntur, loh."

"Mas..., Lepasin dulu. Aku mau mandi, badanku udah pegel," kilah Viona berusaha menyingkirkan lengan Raffan dipinggangnya.

Raffan melepas pelukannya, lalu mengangguk. "Iya udah kamu mandi. Mas mau salat isya dulu. Mau jamaah?"

Viona menggeleng. "Aku masih mau hapus make up takutnya lama. Mas duluan aja, nggak papa, kan?"

"Udah sana mandi. Tadi udah aku siapin air hangatnya di bath up."

"Terima kasih, Mas."

Setelah itu, Viona bergegas menuju kamar mandi tanpa menoleh ke arah suaminya. 

🍁

Raffan yang tengah menyelonjorkan kakinya di atas tempat tidur, spontan mengalihkan pandangannya pada Viona yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan piyama polos yang membalut tubuh istrinya. Tak lupa rambut panjangnya yang ia cepol, membuat Viona semakin...... cantik!

"Sayang..." panggil Raffan.

"Iya?"

"Cantik banget, sih. Istrinya siapa?" Raffan menggoda Viona yang membuat istrinya itu jadi senyum-senyum.

Viona merona. "Apa sih kamu. Ada-ada aja," katanya dengan malu-malu. Setelah menyisir rambutnya, ia menyusul Raffan ditempat tidur itu lalu menyandarkan punggungnya dikepala ranjang.

Kenapa sekarangViona benar-benar sangat canggung seperti ini? Tolong, ingatkan Viona bahwa Raffan sudah menjadi suaminya.

Raffan mendekatkan tubuhnya dengan Viona. Tangan pria itu merangkul bahu istrinya tiba-tiba, lalu menyandarkan kepala Viona didada bidangnya yang berbalut kaus putih.

"Ucapan ibu-ibu tadi, jangan kamu pikirkan, ya?" tebak Raffan.

"Aku enggak papa, kok."

Raffan tersenyum lebar, tangannya bergerak mengelus pucuk kepala Viona. "Biasanya, Lifia rewel gak, kalau dia nggak lagi sama kamu?"

"Enggak, kok. Lifia itu bayi yang pengertian banget. Dia jarang rewel kalau aku tinggal. Gemesin." Viona tersenyum paling semringah.

Ada dua perasaan yang Viona rasakan saat ini. Pertama, dia bahagia sekali akhirnya menikah dengan Raffan, pria yang sangat amat dicintainya. Kedua, tapi entah kenapa bersamaan dengan perasaan bahagianya itu jiwanya sangat terasa kosong.

H̶a̶p̶p̶y̶ With You [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang