Chapter 19

1.2K 37 1
                                    

H. A. P. P. Y.
R. E. A. D. I. N. G

🍁

Seketika Raffan ditertawakan oleh Reygan setelah menceritakan pengalaman pertama menghadapi kehamilan Viona.

"Sumpah, ya. Gue heran aja sama Viona. Dia gemesin, pengen banget gue kekepin kayak guling!"

Di sebelah Reygan, ada Rara yang juga ikut tertawa kecil mendengar curhatan para suami itu. "Tapi kamu harus betah, lho, ya. Soalnya ibu hamil itu jangan sampai stress," ujar Rara pada suaminya.

Reygan mengangguk setuju. "Betul, tuh! Lo harus manjain istri. Jangan sewot dan marah-marah terus," imbuh Reygan seketika.

Rara memicingkan matanya pada Reygan, "perasaan yang ngomong barusan harus ngaca juga, deh!" sindirnya pada Reygan.

Merasa tersindir, Reygan langsung menyengir lebar. "Sayang. Utututu. Maafin aku, ya? Habisnya kamu gak jauh beda sama Viona. Gemesnya itu pengen banget aku gulung ke jalan."

Rara langsung melotot dan menabok lengan suami gilanya itu. "Kamu itu keterlaluan banget, sih, Kak! Udah hamilin aku! Sekarang kamu malah nyesel dan mau buang aku! Iya?!" Seketika meja mereka menjadi pusat perhatian pengunjung, karena suara Rara yang lumayan keras.

Reygan merutuki dirinya. Bisa-bisanya bercanda di tempat umum. Baru saja dibilang, bahwa hormon ibu hamil itu.... Argh! Nyebelin!

Raffan menahan tawa di tempatnya. Sepertinya Reygan sedang kena karma! HAHAHAHAAA....

"Sayang ... Bukan gituuu... Aku tuu tadi cuma bercanda. Kamu gemesnya itu kayak boneka, kok."

"Halah! Gegayan kamu. Pokoknya, mulai malam ini aku gak mau tidur sama Kak Rey, selama tiga hari!"

"BHUAAAHHHH! MAMPUS!" seru Raffan bersamaan dengan Reygan yang melotot.

"Astaghfirullah..."

"Mbak Vio!!" pekik Rara langsung bercipika-cipiki dengan Viona lalu menduduki tempat yang tersedia. Masing-masing bersebelahan dengan suami.

"Mbak Vio gimana kabarnya? Debaynya sehat?" tanya Rara seketika moodnya berubah.

Sebelum menjawab, Viona membantu Alifia untuk duduk di sebelah Raffan. "Iya alhamdulillah sehat. Baru 2 hari lalu aku USG."

"Wah?! Bayinya cewek atau cowok Mbak?"

"Belum kelihatan, Ra. Masih ngumpet," jawab Raffan sambil menerima pesanan mereka yang baru datang. "Ayo sambil makan! Lifia makan sama Papa, ya?" Alifia mengangguk.

"Kak! Pengen kayak Mbak Vio. Kapan sih, perut aku gede gitu!" ujar Rara pada Reygan, membuat pria itu tersedak minumannya.

"Astaghfirullah Rara. Kandungan kamu masih sebulan Ra...." jawab Reygan, dibuat gemas oleh istri mudanya itu.

Rara menyengir lebar. "Gak sabar. Nanti kalau anak Mbak Vio cowok, terus kita cewek, jodohin ya, Kak."

Seketika Raffan tertawa mendengarnya, tiba-tiba dia membayangkan jika berbesanan dengan Reygan.

"Ampun, Gan. Istri lo. Hahahaha. Mantan halu ya gitu!" celetuk Raffan.

Viona terkekeh, "ada-ada kamu ya, Ra. Ohya, kamu udah ngidam apa aja?"

"Wah! Banyak banget, Mbak! Kayaknya anak aku bakalan centil, ya. Masa aku ngidam make baju Cinderella gitu. Iya kan, Kak?" Reygan hanya mengangguk, ia jadi teringat akan siksaan pertamanya itu. Dia yakin kalau calon bayinya itu perempuan.

"Kalau Mbak Vio?"

"Kalau dia mah, ngidam roller coaster. Bukan main, kan?" Bukan Viona yang menjawab, tapi Raffan. "Untungnya gue punya anak yang sholehah kayak Lifia. Dia bisa bujuk mamanya buat gak nekat naik itu. Bisa gagal proyek keturunan gue!" tukas Raffan.

Semuanya tertawa bersama. Namun seketika terhenti.....

"Raffan. Ini anak aku kan?"

Semua pandangan kini tertuju pada sosok yang berdiri di dekat meja mereka.

"Olin."

🍁

WOYLAH! HAYOLOH GIMNA TUH!

MAU TAU SELENGKAPNYA? PINDAH AKUN DULU YUKS! diananoviast

DAN JANGAN LUPA SHARE SERTA VOMENT CERITA INI!

BIG HUG!

SAMPAI JUMPA SENIN YA!

T. B. C

H̶a̶p̶p̶y̶ With You [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang