Chapter 21

1.8K 63 2
                                    

H. A. P. P. Y.
R. E. A. D. I. N. G.

Full Chapter

In Collaboration with iamfildha

🍁

"Sayang, hati-hati, ya, main mandi bolanya." Olin berteriak saat melihat aksi Alifia yang hampir saja lompat dari ketinggian perosotan ke arah tumpukan bola-bola berwarna-warni. 

Namun gadis kecil itu tidak menghiraukan perkataan perempuan yang sedang panik melihat tingkah aktifnya itu.

Buurrrr!

Alifia sudah berada diantara bola-bola sambil tertawa ceria bersama beberapa teman yang baru saja dikenalnya di area permainan itu. 

"Tante Mama, Lifia haus ...." ujarnya dengan bibir yang sudah mengerucut. 

Olin spontan mengelus pipi Alifia. "Kamu haus sayang?" Anak itu mengangguk mantap.

"Tadi mam es creamnya nggak kenyang ya? Mama beliin minum dulu ya... Alifia jangan ke mana-mana, oke?" Olin tersenyum semringah untuk anak itu. Lalu Alifia mengangguk patuh.

Sesaat Alifia kembali menuju ke permainan mandi bola, Olin di hadapkan pertanyaan yang membuat hatinya sakit dari seorang ibu yang duduk di sebelahnya. "Anaknya pintar dan ceria banget, Bu, pasti Ibu sama Ayahnya memberikan kasih sayangnya besar sekali, ya?"

Mendengar itu, Jantung Olin seperti dihantam batu karang yang sangat besar. SAKIIITT!

Dia bukanlah sosok orang tua yang baik untuk Alifia. Bertahun-tahun meninggalkan seorang anak, bahkan sejak anak itu masih bayi, apakah itu yang dinamakan memberikan kasih sayang yang besar?

Olin menjawab dengan anggukan kepala satu kali dan mengulas sedikit senyumnya, lalu memilih berpamitan dengan si ibu itu.

Bukan menuju ke hypermart di mall itu, melainkan ia pergi ke toilet. Perempuan itu menumpahkan air matanya. Kedua tangannya menangkupkan wajahnya penuh penyesalan. Apakah kehadirannya kembali akan diterima baik oleh Alifia? Bagaimana jika anak itu tahu kalau ibu kandungnya sudah meninggalkannya sejak bayi?

"Olinnn!!!! Bego!!!" Olin mengerang keras di depan cermin toilet. Untung saja di dalam toilet itu tidak ada siapa-siapa selain dirinya. 

Matanya kini telah sembab. Entahlah, eyeliner di kelopak matanya dan mascara dibulu matanya sudah melunturi polesan bedak tipis di wajahnya. Dengan segera, ia mencuci muka dan membersihkan sisa lunturan make up pada wajahnya. 

"Ini semua salah lo, Olin!!!"

"ARGGG!"

Dengan raut sedikit lusuh, Olin pergi ke hypermart membelikan minuman untuk anaknya dan kembali ke arena permainan TimeZone.

"Sayanggg~ ini minumannya." Olin datang dengan raut kembali ceria. Kemudian Alifia menhampiri Olin. Lantas gadis kecil itu mengangguk seraya ikut tersenyum.

"Sini, Lifia ...." Spontan, Olin menarik Alifia ke dalam pelukannya. Alifia berhambur begitu saja ke pelukan Alifia.

"Alifia?" panggil Olin tiba-tiba yang sudah melepas pelukan itu.

"Iya," sahut Alifia lugu.

"Alifia mau nggak nginap di rumah Tante Mama?" pintanya. Lagi, tanpa berkompromi dulu dengan Raffan ataupun Viona.

Diliriknya Alifia, anak itu belum menjawab apa-apa. Ia seperti bergelagat bingung. 

"Alifia mau sama Papa sama Mama," ucap Alifia dengan tatapan sedih.

"Kalau Alifia nggak mau, Tante nggak akan maksa Alifia, kok." Olin mengelus pelan pipi Alifia. 

"Alifia mau telepon Papa Raffan," ujar anak itu dengan tatapan memohon untuk Olin.

H̶a̶p̶p̶y̶ With You [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang