Chapter 23

2.2K 56 2
                                    

H. A. P. P. Y
R. E. A. D. I. N. G

In Collaboration With iamfildha

Full Chapter

🍁

"Lifia, Gak bisa gitu, sayang. Papa cuma bisa tinggal sama Mama Vio," bujuk Raffan lagi pada Alifia.

Seperkian detik, pria itu beralih pada Viona yang hanya terdiam. "Vi. Aku akan tetep di sini, dan aku yakin kalau Lifia—

Ucapan Raffan terpotong karena Viona yang menarik lengan pria itu spontan, menjauh beberapa senti dari Alifia dan Olin.

Viona menatap tajam Raffan, "ini akibat dari perbuatan kamu, Raff! Ya kamu harus tanggung jawab!"

"Tapi bukan berarti aku tinggal sama mereka, kan, Vio!" balas Raffan sedikit membentak, menahan kekacauan dirinya.

"Terus apa? Aku gak mau tau! Pokoknya kamu turuti semua kemauan anak kamu!" pungkas Viona tak kalah murkanya, setelah itu ia meninggalkan Raffan seorang.

Di tempatnya berdiri, Raffan kembali tercekat oleh ucapan Viona. Baru kali ini istrinya itu menyebut Alifia seperti itu.

Ia tahu, sesabar dan selembut apapun hati Viona, pasti ada batasnya.

Dan kali ini, kekecewaan yang Raffan perbuat sudah melebihi batas itu.

"Maafin aku, Vio...."

Di dalam kamarnya, Viona memeluk erat guling sambil terisak pelan. Ia tak memedulikan tiga orang di bawah sana. Biarkan saja! Hatinya  sungguh rapuh jika melihat mereka.

Orang itu yang kesekian kalinya merebut kebahagiaan Viona!

Tangannya bergerak mengelus perut buncitnya, "Papa kamu jahatin Mama lagi, Papa kamu buat Mama sedih sayang...."

Viona tak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya setelah anak yang dikandungnya itu lahir. Kepalanya penat. Masalah ini terus saja terjadi tanpa penghujung.

Apakah Raffan akan memilih Alifia atau..... Anaknya?

Apakah Raffan akan memilih Alifia lalu tinggal bersama dengan Olin? Bahkan menikahi Olin lalu meninggalkannya? Pikiran Viona sungguh kacau.

"JAHAT!" Saat itu juga perutnya terasa sakit, seperti diikat kuat oleh tali.

Viona mengerang kesakitan. "Sayang... Kamu kenapa?" tanyanya pelan, seraya mengelus perutnya sendiri.

Viona sudah tidak tahan, keringat sudah bercucuran di wajahnya. Akhirnya ia meraih ponselnya di atas nakas lalu menghubungi sang Mommy.

"Mom.... Help me please..."

"Vio! What happen to you?!"

🍁

Sepanjang perjalanan, Raffan terus mengeratkan genggaman pada setir kemudi mobilnya untuk melampiaskan amarahnya.

"Papa kok diem aja, sih?" tanya Alifia yang berada duduk di pangkuan Olin, di sebelahnya.

Demi menjaga perasaan putrinya, Raffan menoleh sejenak lalu tersenyum kecil.

Olin memilih untuk bersuara, "Papa Raffan lagi nyetir, jadi harus fokus, sayang...." Ucapan Olin seketika membuat Raffan mual. Demi apapun, itu hanya boleh diucapkan oleh Viona seorang.

Ia kembali teringat akan Viona. Wanitanya itu pasti kembali kecewa. Cengkeramannya pada setir kemudi semakin kuat. Bahkan Olin dapat menyadari hal itu.

"Raff?"

"Diam!" balas Raffan cepat, seketika membuat Olin terdiam sambil meneguk ludahnya, takut.

Suasana di dalam mobil terselimuti keheningan disepanjang perjalanan, dan Alifia juga sudah tertidur pulas dalam pangkuan Olin.

H̶a̶p̶p̶y̶ With You [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang