Zhang Junda x Lan Xi

473 39 2
                                    

Sejujurnya, Lan Xi tak percaya pada hantu. Dia menolak mengakui eksistensi makhluk tak kasat mata tersebut. Baginya, hantu dan hal-hal lainnya yang tak dapat dijelaskan secara logis adalah hal yang tak masuk akal dan tak nyata. 

Jadi, saat adik dan sepupunya mengajaknya untuk ikut uji nyali pada sebuah bangunan tua yang tampak menyeramkan, dia setuju tanpa pikir panjang.

Rumah dengan gaya eropa abad pertengahan itu berdiri menjulang di depan mereka. Jin Ling juga JingYi telah bergetar ketakutan. Sementara Lan Guang, saudara kembarnya masih memasang tampang berani. Lan SiZhui, kakak tertuanya menatap bangunan tersebut dengan tatapan aneh. Lan Xi tak tahu apa yang ada dipikirannya. 

Walau kesan nya menyeramkan, bagi Lan Xi ini hanyalah sebuah bangunan biasa. Rumah yang ditinggalkan oleh pemiliknya dan tak terawat. Kata Lan Guang, dulunya rumah ini milik seorang bangsawan yang terkenal sangat keji. Walau begitu, dia sangat mencintai istri dan anak-anaknya. rumah ini awalnya dia berikan pada sang istri sebagai hadiah pernikahan.

Sampai suatu malam, istri dan anak-anaknya mati terbunuh. Bangsawan tersebut menjadi gila dan akhirnya bunuh diri. Semenjak itu, tersebar rumor jika roh sang bangsawan menghantui tempat ini. Mengusir siapapun yang berani memasukinya. Tetapi tentu saja Lan Xi tak mempercayai hal tersebut. Baginya itu hanya omong kosong lain yang diciptakan oleh adiknya.

Berbicara soal itu, dia dan saudara-saudaranya terpisah. Sebuah lukisan tua di dinding membuat perhatiannya teralihkan. Dia tertinggal dan sepertinya para saudaranya terlalu takut untuk menyadari jika dirinya tak bersama dengan mereka. Lan Xi menghela nafasnya, dia menaiki tangga menuju lantai 3, berpikir bahwa mungkin saja saudara-saudarnya ada di lantai tersebut. Karena jujur saja dia sudah lelah mondar-mandir mencari mereka dari lantai satu ke lantai dua berkali-kali.

Lan Xi memasuki sebuah ruangan. Mungkin sebelumnya ruang musik. Ada sebuah piano yang nampak usang dan berdebu di tengah ruangan. Walau demikian, piano tersebut masih dalam kondisi yang baik. Lan Xi berjalan mendekati piano tersebut, dia tak tahu mengapa tetapi merasakan dorongan untuk mendekati benda tersebut.

Ketika menyentuhnya, Lan Xi merasa sangat bahagia. Seolah berhasil menemukan benda miliknya yang telah lama hilang. Tetapi dia tak ingin terpengaruh dengan apa yang dia rasakan. Pemuda itu berjalan berkeliling, mengelilingi ruangan sampai sebuah dentingan menghentikan dirinya. denting demi denting terdengar. Tak lama kemudian lantunan melodi yang dimainkan dengan piano terdengar dengan sangat jelas. Tubuh Lan Xi mendadak kaku.

Dia perlahan berbalik, menemukan seorang pria tampan dalam balutan pakaian Eropa abad pertengahan. Rambutnya panjang sebahu, diikat dengan rapi menggunakan sebuah pita berwarna hitam. Tangannya dengan lincah menekan tuts piano untuk menghasilkan melodi yang merdu.

Untuk sesaat, Lan Xi terpanah oleh apa yang dilakukan pria tersebut. Tetapi ketika mengingat awalnya hanya ada dirinya di ruangan ini, bulu pada tumbuh Lan Xi mulai meremang. Lan Xi tahu seharusnya dia melarikan diri dari tempat tersebut. Otaknya menjerit padanya untuk segera melarikan diri. Walau demikian, kakinya seolah dipaku pada tempatnya. Dia tak dapat melarikan diri.

Matanya terpaku pada sosok yang tengah memainkan piano dengan serius. Melodi yang indah namun menyayat hati. Seolah menceritakan kesedihan dan keputusasaan nya. Tiba-tiba guntur menggelegar di langit dan hujan turun dengan begitu deras. Berbagai suara tertutupi oleh suara hujan yang turun, namun lantunan melodi dari piano itu tetap terdengar dengan jelas.  Mengerikan namun indah.

Perasaan pria itu tersampaikan dengan jelas dengan permainannya. Hal ini entah mengapa membuat Lan Xi merasa sangat sedih. Seolah dia adalah orang yang dituju oleh permainan piano tersebut. Ketika denting terakhir berbunyi, sosok yang memainkan piano tersebut berbalik.

Sepasang mata merah darahnya menatap kosong pada Lan Xi sebelum bersinar cerah.

Lan Xi mengerjap pelan, pria ini adalah pria dalam lukisan yang dilihatnya sebelum ini dan membuatnya terpisah dari saudara-saudaranya. Dan berdasarkan informasi dari adiknya, pria dalam lukisan tersebut adalah pemilik rumah ini.

Zhang Junda!

“A-Xi.. kau masih hidup.. aku.. aku..” pria tersebut berbicara dengan terbata-bata. Lan Xi mengerutkan keningnya. Bingung mengapa pria yang mungkin saja hantu penunggu rumah ini malah mengetahui namanya.

Dan sekali lagi, Lan Xi seharusnya menuruti otaknya untuk melarikan diri. Tetapi dia malah diam terpaku, terlebih saat pria tersebut melompat dan memeluknya. Dia bukan hantu. Lan Xi berkata dengan yakin di dalam pikirannya. Kaki pria ini menapak ke tanah, kulitnya terasa hangat dan Lan Xi bisa merasakan debaran jantungnya. Selain itu, pelukan pria ini sangat nyaman. Terasa seolah Lan Xi telah pulang ke rumah.

“A-Xi.. kau tak tahu seperti apa aku setelah melihatmu terbunuh di hadapanku. Aku membunuh orang-orang brengsek itu, tetapi tetap saja itu tak dapat mengembalikan dirimu. Aku membakar jenazahmu karena kau meminta. Walau begitu aku tak pernah menginginkannya. Aku terus menunggu mu kembali di rumah ini. Kau berkata kita akan menghabiskan hari tua kita bersama di rumah ini, bersama-sama selamanya. Sudah sangat lama.. tetapi aku bahagia kau akhirnya muncul.”

Pria tersebut terus mengoceh. Mengatakan betapa dia sangat merindukan Lan Xi dan mengapa dia selalu memainkan piano setiap malam nya. Lan Xi tak begitu paham. Tetapi satu yang dia ketahui adalah, A-Xi yang dimaksud oleh pria ini adalah istrinya yang mati terbunuh beratus tahun silam.

Pria ini bukan hantu. Namun dia juga bukan manusia.

Lan Xi menatap lukisan besar di hadapannya. Di sana terdapat seorang pria berpakaian merah bata dengan pedang di pinggangnya. Tatapan matanya tajam, wajahnya tampan. Dia adalah Zhang Junda, pria yang memeluknya tadi. Di sampingnya, ada seorang wanita. Duduk di kursi, mengenakan gaun panjang Eropa abad pertengahan. Wajahnya terlihat dingin dengan kedua matanya yang menatap tajam. Wajahnya sangat cantik, bibirnya merah darah seperti manik mata Zhang Junda. Dia mengenakan tiara yang indah.

Dan wanita itu adalah Lan Xi, istri Zhang Junda yang tewas terbunuh. Walau Lan Xi sebenarnya tak percaya pada hal-hal diluar akan manusia, tetapi hal yang terjadi pada dirinya sekarang membuatnya mau tak mau mempercayai hal-hal tersebut. Termasuk siklus reinkarnasi yang selalu dikatakan oleh kembarannya.

Lan Xi yang merupakan istri Zhang Junda adalah dirinya di masa lalu. Zhang Junda mengatakan jika dirinya memiliki jiwa yang sama dengan milik istrinya. Wajah mereka sama, sifat mereka bahkan nama mereka. semua itu bukan sebuah kebetulan. Terlebih saat Lan Xi bahkan mengetahui bahwa pada ruang musik, terdapat sebuah meja rias. Di dalam laci nomor tiga, ada sebuah kalung mutiara buatan tangan dan cincin berlian yang sangat mahal. Padahal dia belum pernah membuka laci tersebut. Atau begitu menurutnya.

Menurut cerita Zhang Junda, kedua benda tersebut adalah benda yang sangat berharga bagi Lan Xi dulunya. Karena kalung mutiara itu adalah pemberian Ibunya dan cincin berlian adalah pemberian Zhang Junda saat melamarnya.

Lan Xi menggelengkan kepalanya, mengalihkan pandangannya pada Zhang Junda yang telah berganti pakaian menjadi lebih modern. Kemeja hitam dan celana panjang hitam. Lengkap dengan setelan jas berwarna hitam juga sepatu pantofel hitam mengkilat. Tak lupa jam tangan silver dan cincin batu zamrud pada jarinya. Rambutnya telah dipotong dan disisir dengan rapi.

Penampilan Zhang Junda saat ini, sepenuhnya seperti pengusaha muda yang sukses.

Tolong ingatkan Lan Xi lagi mengapa dia setuju saat pria entah apa ini mengatakan ingin mengikutinya dan menjalani kehidupan bersamanya? Apa yang akan dia katakan pada Ayah dan Ibunya?

Lalu bagaimana tanggapan saudara-saudaranya?

“A-Xi, aku sangat bahagia. Aku tak akan membiarkanmu pergi dariku lagi.” Ujar Zhang Junda sambil memeluk tubuh Lan Xi dari belakang.

Lan Xi menghela nafas, tersenyum kecil dan menyentuh tangan Zhang Junda.

Ya.. mungkin karena dia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada pria ini tanpa peduli asal usulnya.

21 Februari 2021

RequestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang