Zhang Junda x Lan JingYi
Bagaimana jika Zhang Junda yang menemukan JingYi dan bukannya Lan WangJi?
..
Zhang Junda tak menyukai manusia. Baginya mereka hanya serangga lemah yang suka menjadi parasit. Ya, itu adalah apa yang dipikirkan Zhang Junda sampai dia menemukan bocah kecil itu. Dia berlari melewati Zhang Junda, pakaiannya kumuh dan banyak tambalan dimana-mana. Bocah kecil itu memukul bocah lainnya yang tengah menyiksa seekor anak kucing.
Mereka berkelahi dan bocah yang menyiksa kucing berlari setelah mengalami kekalahan. Tetapi dia berkata akan datang membalas perbuatannya. Bocah kecil itu tampak tidak peduli. Dia menjulurkan lidahnya, mengejek. Bocah itu mengambil kucing kecil yang disiksa, membelainya dengan lembut. Zhang Junda memiringkan kepalanya, entah mengapa dia merasa tertarik dengan bocah itu.
Zhang Junda mengikuti anak itu, dia melihat saat bocah yang tak dia ketahui nama nya itu melepaskan anak kucing yang dia tolong setelah memberinya makan. Anak itu terlihat sangat sedih, tetapi dia mengatakan Ibunya akan marah jika dia membawa binatang ke rumah. Zhang Junda melirik anak kucing yang gemetar setelah si bocah pergi. Dia melambaikan tangannya dan menyembuhkan luka-luka pada kucing tersebut. Kemudian memanggil bawahannya untuk membawa kucing itu kembali ke paviliunnya dan merawatnya.
Sementara dirinya kembali mengikuti bocah kecil tersebut. Dia menemukan anak itu masuk ke dalam sebuah gubuk kecil yang sudah reyot. Seorang wanita kurus keluar, memarahinya karena pulang terlambat. Bahkan menjewer telinga nya. Tetapi anak itu malah membalas kata-kata sang wanita dan tertawa. Bukannya menangis. Wanita yang Zhang Junda tebak adalah ibu bocah tersebut mendesah sambil memutar matanya.
Zhang Junda tetap mengawasi keluarga kecil itu, melihat apa yang mereka lakukan. Malam itu, mereka tak makan karena sang Ibu tak dapat sengaja memecahkan batu di tempat kerja nya dan membuatnya tak mendapatkan upah. Walau demikian, bocah kecil itu melambaikan tangannya dan berkata dia sangat kuat dan tak masalah untuk tidak makan. Mereka tidur dengan perut kosong. Kondisi mereka menyedihkan. Terutama si bocah kecil yang sedang dalam masa pertumbuhan. Tetapi Zhang Junda tak melakukan apapun. Dia hanya melihat sekilas lalu kembali ke penginapannya. Keesokan harinya, Zhang Junda kembali ke gubuk tua tersebut tanpa dia sadari. Dia melihat wanita tersebut menggendong anaknya yang masih setengah sadar, pergi ke sebuah tempat.
Zhang Junda mengikuti sambil menyembunyikan keberadaannya. Mereka menaiki tangga yang begitu banyak untuk naik ke atas gunung. Dia kemudian menurunkan putranya dan memberikan sebuah kain panjang. Seperti nya itu adalah pita dengan motif awan. Wanita itu berpesan pada anaknya untuk menunjukkan pita di tangannya pada orang-orang yang juga mengenakan hal yang serupa.
Anak itu mengerutkan keningnya bingung. Tetapi dia menganggukkan kepalanya patuh. Ada kesedihan dan keengganan di mata wanita tersebut. Tetapi dia tetap membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi. Anak itu, entah bagaimana, mungkin sadar jika Ibunya baru saja membuangnya. Dia bergegas mengejar sang Ibu, tetapi malah dimarahi bahkan ditampar oleh wanita yang dia panggil Ibu sejak kecil. Bahkan saat dia menangis memanggil Ibunya, wanita tersebut tetap berjalan pergi tanpa berbalik.
Sebagai pengamat, Zhang Junda tak merasakan apapun antara Ibu dan anak ini. Sudah terlalu banyak orang tua yang membuang anaknya karena mereka tak sanggup menghidupi anak mereka lagi. Dan kasus ini merupakan hal yang biasa bagi Zhang Junda. Tetapi tidak demikian dengan sang bocah. Anak itu menggenggam erat pita yang diberikan Ibunya, duduk meringkuk di depan gerbang sambil terisak-isak memanggil Ibunya yang tak akan kembali menjemputnya.
Zhang Junda disana, memperhatikan sampai tangisan anak itu menghilang. Hari semakin larut, bocah kecil itu mulai meringkuk pada dirinya sendiri karena dingin yang mulai menggerogoti tubuh kecilnya. Tangan dan kakinya yang tak dilindungi apapun mulai membiru. Wajah kecilnya memucat. Anak ini akan mati membeku jika tak ada seorang pun yang menolongnya.
Hati Zhang Junda tergerak. Melihat bocah ini, dia kembali ingat masa lalu nya yang pahit. Saat dimana dia hanya bisa meringkuk kedinginan di dalam gudang tua di musim dingin yang membeku kan tulang. Dia selalu berharap, bahwa paling tidak ada seseorang yang cukup berbaik hati memberikan selembar kain untuknya sebagai alas tidur sekaligus selimut baginya. Tetapi tak pernah ada yang melakukan itu untuknya.
Zhang Junda menghampiri bocah tersebut, duduk di sisinya. Tangannya menyentuh rambut anak itu dan tersenyum kecil. Dia menarik anak tersebut, membungkusnya dengan mantel bulu yang hangat dan nyaman.
Zhang Junda, “Karena tak ada yang mau merawatmu.. aku yang akan membesarkanmu.”
..
Zhang Junda membawa bocah itu ke Paviliunnya. Merawat dan membesarkan bocah itu dengan sangat baik. Tetapi dia tak pernah menganggap bocah itu sebagai anaknya atau adiknya. Bocah yang diketahui nama nya JingYi itu tumbuh menjadi ceria dan penuh semangat.
Zhang Junda akhirnya tahu mengapa Ibu JingYi memilih untuk meninggalkan putranya di depan gerbang besar itu. Ayah JingYi adalah seorang kultivator biasa dari sekte yang cukup terkenal. Tetapi dia meninggal saat JingYi masih sangat kecil. Ibunya harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sampai dia akhirnya merasa tak sanggup lagi, dia memilih untuk membiarkan putranya tumbuh di Sekte Ayahnya.
Tak lama setelah itu, dia meninggal karena kelelahan dan kesedihan. Dia menyayangi JingYi bahkan sampai akhir hayatnya. Zhang Junda dengan murah hati memberikan pemakaman yang layak bagi wanita tersebut.
“Junda Gege, ini apa?” JingYi menunjuk gambar iblis di dalam buku bergambarnya. Zhang Junda yang sedang membaca keluhan-keluhan rakyatnya menundukkan kepalanya. Menatap bocah yang duduk di pangkuannya saat ini. Zhang Junda kemudian menjelaskan Iblis yang ditanyakan oleh si kecil.
..
“Junda Gege!” JingYi melambaikan tangannya bahagia. Dia berseluncur di atas es dengan tawa yang membuatnya nampak seperti malaikat kecil. Usianya kini 10 tahun. Tumbuh dengan baik dan sehat. Terima kasih pada perawatan Zhang Junda.
Zhang Junda membalas senyuman bocah itu. Zhang Junda tak pernah menyesal mengambil anak ini.
..
“JingYi, apa yang kau baca?” Dia melihat tubuh remaja 15 tahun itu menegang. Saat dia berbalik, dia terlihat gugup dan menyembunyikan sesuatu di punggungnya. JingYi menggelengkan kepalanya. Berusaha menghindari topik pembicaraan. Dan Zhang Junda tak mau memaksa nya untuk mengatakan apa yang dia sembunyikan. Walau tentu saja, dia merasa penasaran.
Pada akhirnya, dia mengetahui apa yang dibaca oleh JingYi. Itu sebuah buku bergambar erotis. Zhang Junda tak tahu harus mengatakan apa saat dia mengetahuinya. Di satu sisi, dia memaklumi karena JingYi telah menginjak usia remaja dan memasuki masa pubertas. Tetapi di sisi lain, dia tak dapat menerima bocah kecilnya tumbuh dengan cepat.
..
Zhang Junda menyingkirkan rambut dari wajah pemuda yang tidur di sisinya. Tubuh pemuda ini telanjang, penuh dengan bercak merah dan bekas gigitan. Ini adalah JingYi, usianya sudah mencapai 23 tahun ini. Dan beberapa hari yang lalu, JingYi dengan lantang menyatakan perasaannya pada Zhang Junda. Yang diterima oleh Zhang Junda dengan senang hati. Dia sudah lama mendambakan pemuda ini. Tetapi hanya menahan diri karena takut menyakiti JingYi.
Sekarang JingYi menawarkan diri padanya, mengapa dia menolak?
Entah untuk keberapa kalinya, Zhang Junda bersyukur mengambil anak ini dan membesarkannya.
19 Oktober 2020