Zhang Junda x Lan Xi

276 41 5
                                    

Rambutnya hitam, melebihi tinta ataupun kayu eboni. Panjang menjuntai dari kepalanya. Bibirnya merah, seperti dipoles dengan pemerah bibir. Namun itu adalah warna alaminya. Kulit putih bersih layaknya salju yang tak tersentuh. Segala sesuatu pada dirinya menjeritkan semua tentang kecantikan. Satu-satu nya cela pada dirinya hanya pada sepasang manik kelabu tersebut.

Sepasang mata yang seharusnya tidak dia miliki.

Mata yang membuktikan satu hal.

Bahwa dia..

Adalah seorang Peri yang cacat.

Peri buta yang bahkan tak bisa melihat indahnya warna dunia.

..

Kata Paman, Lan Xi adalah nama yang diberikan oleh Ibuku. Walau aku tak pernah bertemu dengannya. Katanya, nama itu berarti harapan.

Walau sebenarnya aku tak tahu harapan apa yang dia maksud.

Lagi pula dia sudah mati.

..

Lama sekali.

..

Karena melahirkan aku dan adikku.

..

Ayah adalah Pangeran dan Paman adalah Raja. Kakak adalah Pangeran Mahkota dan Lan Guang adalah Pangeran Kecil yang disayangi.

Sementara aku adalah Pangeran yang terbuang.

Peri cacat.

Peri buta.

..

Padahal aku bisa melihat warna. Aku bisa melihat wajah Ayah dan yang lain.

Tetapi orang-orang memanggilku Peri buta karena warna mataku yang berbeda.

..

Di keluarga kerajaan, setiap anak yang merupakan keturunan langsung dari raja akan memiliki mata emas yang indah dan berkilauan.

Tetapi aku tak memilikinya.

Semua karena mataku.. mengikuti dia.

..

Dia.. Ibuku..

Penyihir Gelap yang membawa teror berdarah pada kerajaan.

..

Menurut buku yang aku baca, Ibuku bernama Wei WuXian. Dia awalnya penyihir muda yang berbakat. Bakatnya sangat langka dan katanya tak akan muncul dalam ribuan tahun. Dia menjadi penyihir kerajaan di usia yang begitu muda.

Tetapi tak tahu apa yang membuatnya menjadi jahat.

Dia memulai mempelajari sihir hitam. Tak lama, dia menjadi gila dan membantai hampir setengah penduduk di kerajaan.

Pada akhirnya dia mati karena melahirkan aku dan adikku.

Tapi Paman selalu menyuruhku untuk tidak mempercayai hal itu. kata itu semua hanya kebohongan. Namun dia tak pernah mau menceritakan padaku tentang apa yang sebenarnya terjadi.

..

Ayah selalu nampak kesepian dan sedih. Apa lagi saat melihat mataku. Karena ini adalah mata yang aku warisi dari Ibu.

Aku berusaha menghindari Ayah. Aku tak mau membuatnya sedih.

Walau terkadang aku iri pada kedekatan Lan Guang dan Ayah, aku tahu aku tak bisa melakukan apapun.

..

Aku benci pesta kerajaan karena setiap orang yang melihatku akan memandangku dengan tatapan merendahkan.

Peri cacat. Mereka mencemooh.

Peri Buta.

Apakah mereka tak sadar jika aku bisa melihat tatapan itu?

Hari ini pesta kerajaan juga terasa berat. Aku keluar dari aula dansa. Memilih berjalan-jalan di labirin – tempatku bermain bersama kakakku, sang Putra Mahkota saat kecil.

Aku pikir aku sudah terbiasa dengan semua itu. Tetapi nyata nya aku tak bisa terbiasa.

..

Saat kembang api meledak di langit malam, cahaya nya terpantul pada manik kelabu ku.

Aku berharap memiliki warna mata yang sama dengan saudara-saudaraku.

Aku tak ingin menjadi Peri cacat.

Aku bukan Peri Buta!!

Ah..?

Pandanganku mengabur dan mataku terasa panas. 

Saat aku menunduk, tetesan air jatuh dari kedua mataku.

Aku menangis....?

Ha.. ha..

Padahal kupikir aku tak akan melakukannya lagi. Tapi ternyata tetap saja.

Bahkan setelah aku berusia 16 tahun sekalipun.. aku masih tetap menjadi anak yang cengeng.

..

Aku bersembunyi di dalam labirin. Menangis sepuasku dan menurutku itu cukup melegakan. Walau aku tak akan melakukannya lagi. Itu sangat memalukan. Pangeran seharusnya tidak cengeng.

Aku tak tahu sudah berapa lama aku berdiam diri di sana. Tetapi rasanya sudah cukup lama dan aku pastikan pesta nya pasti sudah berakhir.

Ketika aku mengangkat kepalaku, aku sangat terkejut.

..

Seorang pemuda yang mungkin lebih tua dariku, berdiri di depanku. Menundukkan kepalanya dan melihat ke arahku dengan tatapan yang aneh.

Dia menarik seringai yang aneh, membuatku sedikit takut.

Kemudian dia berkata dengan suara yang sangat pelan, tetapi bisa aku dengar, “Mata yang sangat indah.”

..

..

Aku begitu tercengang.

..

..

Aku bahkan tak tahu harus bereaksi seperti apa. 

..

..

Saat kesadaranku kembali, dia sudah menghilang.

..

..

Satu-satu nya hal yang bisa aku ingat dari nya adalah, kedua manik ruby yang menatapku dari balik topeng hitam miliknya.

..

..

Juga perkataannya mengenai mata ku.

21 Februari 2021

RequestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang