Seminggu berlalu sejak Sky memilih untuk menghentikan pencarian siapa yang menjadi pelaku peneroran terhadap dirinya dan Sehun terpaksa mengiyakan hal itu meski otaknya terus bertanya 'mengapa bisa?. '
Annette sudah kesal sendiri dengan keputusan Sky yang menurutnya tidak masuk akal? Dia bahkan sempat berfikir kalau Sky memang senang mendapat teror, setidaknya dia punya satu orang lagi yang selalu menghubunginya meskipun isi dari pesannya tidak manusiawi. Tapi setelah itu dia membantah, itu pemikiran yang bodoh. Mana ada orang yang senang mendapat teror.
Kemarin Sky mendapatkan sebuah paket yang entah siapa pengirimnya. Setelah dibuka, terdapat sebuah tangan yang terpotong dengan sebuah sticky notes dibagian penutup kotak. Sky terkejut, ia langsung menghubungi Annette untuk segera datang ke rumah nya. Sialnya, Annette datang bersama Sehun dengan alasan memang dia sedang bersama Sehun ketika Sky menelfon.
"Lu masih gak mau ngomong sama Richard?. " Irene bertanya namun fokusnya tetap pada ponsel nya, jarinya terus menscroll sosial media miliknya.
Sky menghembuskan nafas. "Semakin kesini, semakin enggak jelas kemana arah kehidupan gua. Kayaknya gua emang harus selalu sama Suho, setidaknya kalo sama dia gua bisa nentuin akan kearah mana hidup gua berjalan. "
Irene berdecak, dia sudah menyimpan ponselnya pada nakas lemari samping ranjang Sky. "Gua gak nanya itu. " Ia beranjak menuju meja belajar Sky, mencari sesuatu disana. Ketika Sky hendak bertanya, Irene lebih dulu berbicara, "Gelang punya gua kemana?. "
Sky ikut beranjak. Mambuka salah satu lemari nakas disamping ranjang nya. "Ini. Gua sengaja gak letakin disitu. Takut hilang. "
Pintu kamar terbuka setelah Irene mengucapkan terima kasih. "Kayak nya udah lama ya gak kumpul di kamar lu lagi?. Gua undang squad Richard mau?. " Annette datang dengan menenteng plastik bertuliskan Indomaret kedalam kamar. Dia duduk dikarpet bulu, lalu menghadap kearah Sky dan Irene.
"Boleh tuh. " Irene menyetujui, setelah itu Annette beralih kearah Sky yang masih diam. "Boleh?. "
Sky hanya mengangguk lalu ikut bergabung bersama Annette dan Irene.
Annette segera membuka ponsel dan menghubungi nomor Sehun. Satu kali, nomor Sehun sedang dialihkan. Dua kali, nomornya masih dialihkan. Tiga kali, nomornya tidak bisa dihubungi. Annette berdecak. "Ini kakak lu kemana sih?. " Sontak Irene menengok kearah Annette, dia menjawab dengan mengendikkan bahunya. Tidak tahu.
Annette masih berusaha, kali ini Kai. Menunggu beberapa detik setelah itu suara Kai terdengar. Annette mengaktifkan Loud speaker agar Sky dan Irene bisa mendengarnya. "Kalian dimana?. "
"Tumben nanyain dimana. Kangen sama gua ya? "
"Mimpi apa gua kangen sama lu. Lu lagi dimana?. "
"Lagi di markas Lane. Minta jemput?. "
"Ponsel Sehun kok gak bisa dihubungi?. "
"Kalo nanyain Sehun jangan sama gua lah. "
"Emang kenapa? Lu lagi di markas bareng anak yang lainnya kan?. "
"Lu gak pernah peka jadi cewe. Jangan nanya Sehun ke gua. Gua cemburu. "
Annette menghela nafas panjang. "Gak percaya gua. Ada Richard?. "
"Tadi Sehun sekarang Richard. Mau lu gimana sih anjir?. "
"Yaudah iya. Bilangin ke yang lain, kalian diundang Sky buat main lagi ke rumahnya mumpung mamahnya sama Stella lagi gak ada. "
Kai sontak berteriak setelah mendengarnya. "BRO. MAIN KE RUMAH LANGIT YOK! BANGSAT GUA KANGEN BANGET SAMA LANGIT. "

KAMU SEDANG MEMBACA
SKYLANE [PCY]
Teen FictionScbeesky X Daxzhh **Hal bodoh adalah dimana gua masih mikirin lu. Sementara lu sendiri sibuk main sama perempuan lain** ㅡSky Claude Fischerㅡ **Gue udah tulis nama lo dilangit, tapi awan menghapusnya. Gue juga udah tulis nama lo di pantai, tapi omba...