"Bagaimana sekolahmu, Sky?"
Sky menatap datar mamahnya. Mengendikkan bahunya kemudian berlalu menuju kamarnya sendiri.
Sementara itu, sang mamah hanya menghembuskan nafas pendek sembari mencoba tersenyum memaklumi.
Tas sekolah dilempar kasar kearah ranjangnya lalu Sky merebahkan diri disamping tasnya berada. Hembusan nafas perlahan menguar dengan teratur sebelum menjadi tak terkendali. Sky beranjak duduk, meremas dadanya yang kian menyesak. Ia meringis, "Shit."
Tangan nya terulur, membuka nakas disamping ranjang nya. Mencari obat yang setelah 2 mingguan ini ya konsumsi. Gotcha! Namun sial, obatnya sudah habis. Kedua tangan Sky mulai menjambak rambutnya sendiri. "ARGGHHH"
"Tenang, Sky.. Come on!! Calm down ok." Ucapnya kepada diri sendiri. Mencoba meraup udara setenang mungkin. Dering ponsel kembali berbunyi, Sky berdecak tidak suka. Sekarang pikirannya malah overthinking kemana-mana. Dadanya bertambah sesak.
Ponselnya diambil, kemudian menggeser ikon hijau kekanan juga mengaktifkan loudspeaker. Ia biarkan seseorang disebrang sana berbicara, sedangkan sendirinya masih berusaha tenang dan mengusir pikiran buruk nya itu.
"Woahh I think we're friend right?!. This is the first time that you're not reject my call. I'll go to church now!!! Can't wait. I feel in the nex-"
"Just to the point, Bitch!"
"O-oke. Maafkan aku. Aku ingin mengabari kalau minggu depan akan ada kunjungan ke perpustakaan kota. Apa kau akan ikut? Aku pikir aku tidak harus menanyakan itu, sebab aku yakin kau akan ikut. Tapi tidak ada salahnya aku bertanya bukan?"
"Oh iya, kau sedang dimana? Mau mengopi bersamaku? Kebetulan kopi di caffe dekat rumah mu itu sangat enak. Ingin bergabung bersamaku?"
"Sky? Kau masih disana kan?"
Sky mengangguk, nafasnya masih tidak beraturan. Ia harus minum tapi gelas diatas nakasnya itu sudah kosong. Sedangkan Ruby begitu cerewet sejak tadi.
"...Aku tidak percaya, pertama kali kau menjawab telepon ku. Kau malah meninggalkanku. Apa kau di toilet Sky? Baiklah aku akan menunggu."
Sky dibuat geram dengan lontaran kalimat Ruby. Dia mengambil ponselnya dan berbicara tepat didepan ponsel. "Kamu ada di caffe depan? Aku kesana sekarang."
"What?! For real? Aku gak nyangka kamu mau gabung. Kita benar-benar temenan?"
"Whatever. Tapi aku butuh kopi sekarang."
"Aku traktir deh, kamu gak perlu bayar. Hitung-hitung sebagai salam pertemanan."
*******
"Everything's okay, huh?"
"Hm. Tapi gue belum ketemu sama Sky."
Hembusan nafas terdengar dari sambungan telepon. Terdengar cukup frustasi. "It's okay.. First, lo harus ketemu sama Ben. Lo bisa tanya-tanya sama dia. Gampang kan?"
"Gue mau keluar."
"Keluar keman—"
Sambungan telepon itu terputus sepihak tanpa menunggu pihak diseberang sana untuk menyelesaikan kalimatnya.
Laki-laki dengan tubuh tegap itu menggapai coat panjang berwarna coklat, memakainya. Lalu keluar dari dalam ruangan tersebut dengan pintu yang sedikit di banting. Berjalan menuju basement apartemen dengan kunci mobil yang diputar-putar di jari tengahnya.
Notifikasi pesan masuk terdengar, Laki-laki itu lantas mengambil ponselnya di kantong coat yang ia pakai.
Ben
Sorry I can't find her anywhere
05.46 PMShould I ask her friend? But I'm not sure with that
05.46 PMRichard
Stfu!
05.47 PM
Ben
So sorry, Chad
05.47 PMLaki-laki itu kembali membawa langkahnya untuk memasuki mobil dengan raut wajah sangat tidak bersahabat. Tangannya mencengkram stir mobil hingga urat-urat tangannya itu terlihat jelas.
Sebelum menjalankan mobil nya, satu notifikasi kembali masuk di ponsel nya. Dari orang yang sama
Ben
I got her!
At Delight café
05.51 PMMobilnya ia laju dengan kecepatan tinggi, beruntung jalanan sedang lenggang. Pikiran nya kini berkabut, haruskah langsung menemuinya atau sekedar mengamati dari jauh saja. Sebab, Sky pasti tidak menginginkan keberadaan nya disini.
Rematan tangan pada stir mobil mengerat, pijakan kakinya menekan pedal gas. Delight café lumayan jauh dari apartemen, jadi sebisa mungkin dia harus sudah sampai sebelum Sky keluar dari café itu.
************
"Latte, please."
Pelayan itu mengangguk kemudian kembali ke meja kasir.
Ruby menggeser strawberry cake kearah Sky, ia tersenyum lembut. "Special strawberry cake for special person."
"Thanks. For your information, aku masih menyukai laki-laki."
Ruby tertawa mendengar nya. "Bukan begitu maksud ku, aku juga masih menyukai William omong-omong."
Dahi Sky berkerut, "Jadi tadi pagi kamu marah-marah ke Darren sampai ngumpat di depan Chloe itu karena kamu cemburu William duduk dibelakang ku?"
"Yahh.. Bisa dibilang begitu juga. Tapi sejujurnya aku memang risih dengan para laki-laki itu."
Bel pintu café berbunyi, Sky yang memang duduk berhadapan dengan pintu itu dapat langsung melihat dengan jelas sosok yang baru saja memasuki café dan duduk tidak jauh dari meja nya.
Ia berdesis, tidak menyangka.
Pesanan latte nya sudah datang, ia segera meminum itu hingga tersisa hampir seperempat nya. Ruby terkejut, pikirnya ada yang tidak beres dengan teman baru nya ini.
Ruby menggenggam punggung tangan Sky. Raut khawatir nya terlihat sangat jelas. "U okay, Sky?"
"I'm ok. Hanya sedikit haus."
"Harusnya kamu pesan milkshake aja deh ya, mau aku pesankan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKYLANE [PCY]
Fiksi RemajaScbeesky X Daxzhh **Hal bodoh adalah dimana gua masih mikirin lu. Sementara lu sendiri sibuk main sama perempuan lain** ㅡSky Claude Fischerㅡ **Gue udah tulis nama lo dilangit, tapi awan menghapusnya. Gue juga udah tulis nama lo di pantai, tapi omba...