Pukul Sembilan Malam.
Gua terus-terusan mendapatkan pesan dan sambungan telepon dari beberapa orang;
47 panggilan dari Annette
32 panggilan dari Jackson
30 panggilan dari Kai
14 panggilan dari Richard
2 panggilan dari Irene.Dan sampai sekarang hanya Annette yang masih belum menyerah untuk mengirim gua panggilan telepon. Anak itu cukup mengganggu juga.
Baru kali ini.
Tapi, dari semua pesan yang aku periksa hanya satu pesan yang membuat gua tertarik untuk mengeceknya. Lagi-lagi dari orang yang tidak dikenal, mungkin itu teror lanjutan. Sayangnya gua sama sekali tidak mengubris hal itu.
Annette lagi-lagi berusaha menelepon gua. Keknya dia gak bakal berhenti sebelum gua menjawab panggilannya.
"Halo."
"Langit!!! Sumpah lo bikin gue khawatir tau gak!! Lo dimana? "
"Gua... Dirumah. "
"Ada masalah apa? Lo bolos sekolah seharian. Sangat tidak mencerminkan Langit Awan Fischer. "
Gua menghela nafas pendek. Kayak nya gua bisa melaporkan dia atas kasus Seenaknya mengubah nama seseorang. "Gak ada masalah apapun. Gua tutup ya, ngantuk. "
"Gak usah bohong, anjir. "
"Seriusan, Annette. "
"Gue mau nanya. Tadi pagi ada yang ngeganjel hati gue banget. Lo tauㅡ"
"Besok kan masih bisa. "
"Mood lo kenapa? "
"Gua gak ㅡ"
"Irene beda ke Rose. Dia diem banget. Gue jadi heran. "
"Irene kan emang diem. Gak kayak lu. "
"Lebih diem dari biasanya, Langiiiitt. "
"Besok aja bahas nya. Gua mau tidur, Annette. "
"Lo bolos bareng Richard, kan? Ngaku!! Jangan bilang kalian nge-date. "
"Gak akan pernah terjadi. Selamat malam, Annette. "
Panggilan telepon langsung gua matiin. Faktanya, gua gak bener-bener tidur setelah ini. Gak mungkin bisa tidur juga apalagi Annette yang mengungkit Richard kembali.
Kalo dipikir-pikir gua kekanakan banget. Apa salahnya Richard dan Rose dijodohkan? Gua bukan siapa-siapa Richard. Meski, jujur gua emang menyimpan rasa lebih terhadap Richard. Tapi mau gimana lagi?
Satu pesan dari Richard lagi-lagi masuk kedalam ponsel gua. Gua hanya melihatnya pada layar notifikasi tanpa berniat mengeceknya.
RICHARD
Jawab panggilan gue.
Benar saja. Beberapa sekon kemudian dia mengirim gua panggilan. Gua menimang harus menjawabnya atau tidak. Hingga akhirnya gua memilih menyerah dengan menjawab panggilan nya.
Gua masih diam, Richard juga diam. Dia tidak mengatakan sesuatu apapun. Kalo gini terus waktu gua bisa-bisa kebuang untuk hal konyol.
"Katakan."
"Buka jendela kamar. Dibawah pohon"
Dahi gua berkerut, kemudian beranjak kearah jendela kamar. Membuka tirai lalu mengedarkan pandangan kearah pohon-pohon yang tertanam didepannya. "Ada apa sih? Gak ada apa-apa juga. "

KAMU SEDANG MEMBACA
SKYLANE [PCY]
Fiksi RemajaScbeesky X Daxzhh **Hal bodoh adalah dimana gua masih mikirin lu. Sementara lu sendiri sibuk main sama perempuan lain** ㅡSky Claude Fischerㅡ **Gue udah tulis nama lo dilangit, tapi awan menghapusnya. Gue juga udah tulis nama lo di pantai, tapi omba...