Hal yang biasa dilakukan oleh siswa ketika malas untuk menghadapi pelajaran di kelas maupun mendengarkan ocehan penjelasan dari guru adalah membolos. Richard, cowok itu kembali bolos ketika bel jam pelajaran pertama berbunyi. Hati nya masih gelisah apalagi saat matanya melihat dengan jelas cewek yang dia sukai akhir-akhir ini, menitikkan air mata karenanya. Richard tidak terlalu bodoh untuk mengetahui akan seperti apa kedepannya. Ceweknya itu sudah pasti akan menjauhinya. Mungkin lebih parah, tidak akan lagi berbicara padanya.
Andai saja Marvin bisa menekan ego nya untuk tidak mengucapkan kata-kata tadi. Andai saja Rose berada dalam pihaknya, bukan malah memperburuk suasana. Andai saja Sky tidak mengetahui kalau dia dan Marvin kembali berantem. Andai saja perjodohan itu tidak pernah terjadi.
Ia mengusap kasar rambutnya. Terlalu frustasi jika ia terus mengandai-andai dan tidak berfikir bagaimana caranya ia menjelaskannya kepada Sky. Kondisi ruangan yang biasa dijadikan markas oleh squad Richard, sudah sangat berantakan sekali. Bahkan sejak awal Richard memasuki ruangan itu, ia langsung mengambil benda apapun di dekatnya dan melemparnya ke sisi-sisi tembok.
Pintu ruangan terbuka, menampilkan Sehun, Kai dan Edward. Mereka sama-sama meringis ketika melihat hanya ada satu bangku yang masih berdiri kokoh, itupun Richard yang mendudukinya. Bangku dan meja yang lainnya sudah berkumpul di samping tembok dengan posisi yang berbeda. Untuk kesekian kalinya. Kai mengembuskan nafas kasar dan memaki Richard dengan suara kecil sebab harus mengeluarkan tenaga untuk membereskan kekacauan yang disebabkan oleh Richard.
Sehun adalah yang lebih dulu untuk membereskan kekacauan kemudian disusul oleh Edward dan Kai (yang sangat terlihat ogah-ogahan). "Jackson sama Louis bakalan ke markas. Katanya guru mereka sedang rapat jadi mereka punya kesempatan membolos. "
"Gue udah pernah bilang kalo hal ini bakalan terjadi. Gue juga udah bilang supaya lo ngasih tahu Sky tentang perjodohan lo sama Rose. Gue yakin semuanya gak akan jadi seperti ini kalo lo nurutin kata-kata gue. " Edward menepuk-nepuk pakaiannya yang terkena debu. Lalu melihat Richard dengan tatapan remeh nya.
Richard menendang semua kursi dan meja yang baru saja ditata oleh Kai dan Sehun. "BAJINGAN RICHARD!. " Kai sontak mengumpat, sedikit tidak terima dengan perilaku Richard. Dia sudah mau membereskan dengan sedikit keterpaksaan dan sekarang ketika semuanya hampir beres, Richard kembali berulah.
"Gue bakal ngomong sama Sky soal itu. Tapi gak sekarang, ini bukan waktu yang tepat buat ngomongin hal itu. Sky minta gue buat tetep ada disisi dia, maka dari itu gue ngundurin waktu buat bahas tentang itu. Tapi si brengsek sialan itu malah mengacaukannya. " Cowok jangkung itu menjelaskan dengan berapi-api. Dadanya terus naik turun, matanya terpejam dan menengadah keatas.
"Gue rasa, Rose bekerja sama dengan Marvin. " Edward duduk diatas meja, masih dengan membersihkan pakaiannya dari debu-debu. Sudah dibilang, Edward itu satu-satunya yang begitu apik soal kebersihan dan kerapian.
Kai mengerutkan dahinya, ia menggeleng. Sedikit tidak setuju dengan Edward. "Kenapa lo bisa nyimpulin hal itu? Lo gak berfikir kalo Rose nusuk Sky dari belakang kan? "
Sehun menepuk bahu Kai, "Dengan berat hati, gue mengakui kalau gue agak setuju sama Edward. Rose akhir-akhir ini berubah, setelah gue teliti lebih jauh dia lebih banyak berusaha menyita waktu Richard sama Sky. "
"Lo kalo berat hati, gak usah setuju anjing. "
"Bang Chad, Mbak La di teror. "
*******
Formasi inti untuk squad Richard; LANE telah terpenuhi. Semuanya mendadak menjadi sangat serius ketika Jackson membawa kabar tentang teror yang dialami Sky. Tidak ada yang bisa dibiarkan ketika semuanya bersangkutan dengan Sky. Cewek itu sudah seperti permata paling berharga dimata LANE.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKYLANE [PCY]
Fiksi RemajaScbeesky X Daxzhh **Hal bodoh adalah dimana gua masih mikirin lu. Sementara lu sendiri sibuk main sama perempuan lain** ㅡSky Claude Fischerㅡ **Gue udah tulis nama lo dilangit, tapi awan menghapusnya. Gue juga udah tulis nama lo di pantai, tapi omba...