[CHAP 16]

11 5 0
                                    

Squad Richard dan Sky sudah sampai di halaman depan rumah Sky. Setelah Stella menelepon tadi, Richard dan yang lainnya menawarkan diri untuk ikut Sky mengurusi si keparat Jeno yang berani-beraninya membuat ulah dengan memecahkan vas bunga kesayangan Suho.

Sesuai dugaan, Jeno sendirian tanpa ada anak buah yang biasanya mengekor dibelakang. Senyum serigai Jeno tercetak ketika melihat Sky sudah berjalan mendekat kearahnya. Ia juga menunjuk Kai, Sehun dan Edward dengan jari telunjuk sembari tersenyum remeh.

Obsidian gelap milik Jeno sepenuhnya menatap Sky. Sky sendiri sama sekali tidak merasa takut atau apapun setelah mengetahui bahwa dirinya sedang intimidasi oleh cowok seumuran Jackson didepannya ini.

Kepala Sky menengadah menatap Jeno lamat. "Mau apa?" Pandangan Sky teralih kearah vas bunga yang sudah pecah. Totalnya ada 3; bunga anggrek putih kesayangan Suho, bunga kaktus, dan bunga Juliet rose (bunga yang bahkan membutuhkan waktu 15 tahun untuk tumbuh). Bahkan Sky tidak bisa membayangkan betapa marahnya Suho nanti ketika mengetahui salah satu bunga yang berhasil menghabiskan banyak uang pribadinya, hancur oleh tangan laki-laki brengsek didepannya ini. Sebab untuk satu tangkai bunga Juliet rose saja, ia harus merogoh kocek senilai 3 juta poundsterling atau setara dengan 57 milyar rupiah.

Kedua mata Sky menunjuk ketiga vas itu dengan tatapan datar. "Vas bunga beserta bunganya itu. Bahkan lebih mahal dari harga diri lu." 

Jeno sontak meradang setelah mendengarnya. Hampir saja ia menepuk bahu kanan Sky, namun Richard lebih dahulu menghalau tangan itu. Mereka terlibat persitegangan dalam diam, sebab keduanya saling menatap tajam tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Di sekon berikutnya, Jeno melepaskan tangannya dari genggaman Richard dengan paksa. Irene yang masih tenang dibelakang Sky mulai mengedarkan pandangan, hingga ia dapat melihat eksistensi Stella yang berdiri di balkon, melihat kebawah dengan senyum tipisnya.

"Tebakan Sky hampir semuanya benar." Gumam Irene yang masih dapat didengar oleh Annette.

"Tebakan apa?" Annette bertanya namun tidak dijawab lebih oleh Irene.

Tawa sumbang milik Jeno membuat semuanya mengunci tatapan kearah cowok tersebut. Dia sudah gila, pikir Sky. Bahkan Kai yang berdiri disamping Edward sudah ingin mengumpati Jeno kalau saja tidak disuruh diam oleh Sehun.

"Awalnya gue memilih diam, membiarkan lo—" Tunjuk Jeno kepada Sky "Hidup sedikit lebih tenang, menikmati posisi sebagai ratu dalam Squad Lane, yang adalah squad dari musuh gue. Namun setelah 6 bulan berlalu, gue gak bisa tahan melihat seorang pembunuh hidup tenang tanpa rasa bersalahnya."

Perkataan Jeno mampumengundang kernyitan di dahi squad Richard dan Sky, terkecuali Richard sendiri yang masih memertahankan raut wajah datar. Hingga Sehun adalah orang yang pertama bertanya kepada Jeno, "Siapa pembunuh yang lo maksud? Tidak mungkin itu Sky."

"Iya! Dia." Tunjuk Jeno sekali lagi. "Yang berhasil membunuh Papa gue, diruang kerjanya."

"Bagaimana bisa gua kenal bahkan tahu papa lu? Apalagi sampai membunuhnya. Sebab, seingat gua, gua tidak pernah membunuh seseorang sepanjang gua hidup sampai sekarang." Sky membantah, nada bicaranya datar.

Jeno kembali tertawa kecil. Tanganya meraba saku lalu menunjukkan sebuah gelang rantai perak dengan liotin namanya ditengah-tengah gelang tersebut. Sebuah kejutan yang tidak pernah Sky bayangkan, sebab yang Sky tahu adalah gelang tersebut sudah hilang sejak satu tahun yang lalu. "Bagaimana bisa?"

"Ini, gue temukan disamping jasad Papa gue. Gak usah sandiwara dengan pura-pura kaget. Ini gelang lo kan?"

Tanpa merubah ekspresi, Sky menatap lamat kepada Jeno. Jemarinya membuka layar ponsel dan menghubungi seseorang yang sejak tadi berdiri dibalkon.

SKYLANE [PCY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang