Cerita ini adalah hasil remake dari fiksi milik penulis HyagI_0z dengan judul yang sama.
Karakter hanya milik Tuhan, keluarga, orangtua, SMEnt, dan dirinya sendiri.
Mohon maaf apabila ada kejadian atau nama yang serupa, bukan merupakan unsur kesengajaan.
"One day you will do things for me that you hate. That is what it means to be family."
― Jonathan Safran Foer, Everything is Illuminated
Badanku terasa hampir remuk setelah seharian duduk di belakang meja, mengerjakan laporan yang menumpuk hampir setengah tinggi badanku.
Ini sudah pukul setengah tiga pagi dan aku masih di parkiran kantor.
Huh, merepotkan.
Terlebih besok aku masih harus datang pagi-pagi sekali untuk rapat pergantian staf. Karena sejak Ten berhenti bekerja, posisi yang pada mulanya ia tempati, kosong dan hingga kini kami belum menemukan penggantinya. Hal itu pula lah yang menjadi beban kerja divisi kami bertambah. Sebenarnya jika aku berniat untuk menekan anggaran, aku bisa saja mempertahankan formasi yang sudah ada, tapi aku khawatir bahwa jika terlalu sering lembur dapat membuat kepuasan kerja anggota divisiku menurut, jadi kurasa itu sedikit keterlaluan. Aku bekerja dengan manusia, bukan robot.
Aku seringkali membayangkan jika Ten yang ada di posisi mereka sekarang. Kurasa jika itu terjadi, aku sudah dapat rutukan seribu kali dalam sehari untuk setengah tahun ini.
Mengerikan.
Aku bisa menahan apapun kecuali rutukan pria itu.
Aku mengusap wajahku kasar dan mulai menyalakan mesin mobil sebelum akhirnya membawa kendaraan beroda empat itu perlahan membelah jalanan yang sudah begitu sepi.
Sebelum menikah, aku lebih memilih tidur di kantor daripada pulang ke rumah di pagi buta seperti ini. Namun sekarang, jika aku tidak kembali ke rumah rasanya ada hal besar yang kulewatkan begitu saja.
Tak butuh waktu lebih dari lima belas menit hingga aku tiba di rumah. Usai memarkirkan mobil ke dalam garasi, aku langsung masuk dan mengunci rumah dan membersihkan diriku seperti biasanya.
Seperti biasa, lampu-lampu di rumah ini dalam keadaan menyala. Ten, anak itu, entah apa yang ia alami di masa lalu hingga ia begitu tidak bisa tidur dengan lampu yang dimatikan.
Aku sudah berkali-kali meminta padanya untuk mematikan lampu jika hendak pergi tidur, tapi ia tetap bersikukuh untuk menyalakan lampunya. Aku pun seringkali bertanya alasannya, namun ia tak pernah memberikan jawaban yang bisa membuatku mengerti dengan pilihannya. Selain itu, aku pun sudah berulang kali mengatakan bahwa aku tidak terbiasa tidur dengan lampu yang menyala, tidurku tak akan nyenyak dan mataku akan terasa perih jika lampu kamarku tidak dimatikan saat aku tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Remake] My Mate
FanfictionDi dunia ini selain jodoh dan kematian, tidak ada hal yang benar-benar pasti. Bisa saja di hari ini kau membenci seseorang, tapi keesokan harinya, kau begitu mencintai orang tersebut seakan dia adalah manusia terakhir di muka bumi. Omegaverse. Alpha...