Chapter 12

1.6K 202 49
                                    

Cerita ini adalah hasil remake dari fiksi milik penulis HyagI_0z dengan judul yang sama.

Karakter hanya milik Tuhan, Keluarga, Orang Tua, SMEnt, dan dirinya sendiri.

Mohon maaf apabila ada kejadian atau nama yang serupa, bukan merupakan unsur kesengajaan.





"Most misunderstandings in the world could be avoided if people would simply take the time to ask, "What else could this mean?"
― Shannon L. Alder
















Aku terbangun saat cahaya menyilaukan berusaha menerobos kelopak mataku. Sebenarnya aku sudah bangun dari tadi tapi aku cukup takut untuk membuka mata karena takut akan menemukan diriku sedang berhadapan dengan malaikat maut atau bahkan sudah berada di ambang pintu surga atau neraka.

Hanya saja, suara yang sedari tadi menggangguku membuatku mau tak mau harus bangun. Saat kuberanikan diri membuka mata, aku menemukan Kun sedang duduk sembari mengupas sebuah apel. Seseorang yang kukira malaikat mautku, ternyata adalah pria yang meloloskanku dari maut itu sendiri.

"Kau sudah bangun?"

"Kun?" tanyaku masih dengan suara parau khas orang yang baru terbangun dari tidur.

"Kau mau duduk?" 

Dia menawariku setelah menaruh apel yang sudah selesai dia kupas ke atas piring bersama pisaunya. Aku menggeleng, tubuhku masih terlalu lemah bahkan hanya untuk makan sekalipun.

"Baiklah, akan kupanggil dokter ka-" sebelum Kun dapat mengakhiri kalimatnya dan pergi terlalu jauh dari tempat tidurku, aku menarik tangannya sembari memberikan tatapan memelas sebaik yang aku bisa.

"Ada apa?"

"Jinseok?"

"Kasusnya sudah mulai diproses. Mengingat semua kejahatan yang telah dia lakukan, menurutku hukumannya akan sangat berat. Untuk penculikan dan penganiayaan terhadap petugas dan beberapa penduduk di sekitar tempat mereka melaksanakan aksinya, akan dapat pasal berlapis. Selain itu, ia juga dikenakan tuduhan pembunuhan dan penyelundupan obat-obatan terlarang. Sepertinya Inspektur Heechul sudah membawanya ke Seoul untuk menunggu penyidikan selesai sehingga dapat segera dilakukan proses peradilan."

"Maafkan aku. Karena kesalahanku, kau tidak bisa menangkapnya lebih cepat."

"Mengapa kau berpikir seperti itu?"

"Ia menggunakanku sebagai alat untuk membuat alibi. Ia juga memanfaatkan status omega-ku untuk―"

"Sudah kukatakan bahwa aku tidak peduli." 

Entah ini sudah yang ke berapa kalinya ia mengatakan hal tersebut, tapi mendengarnya mengatakan itu berulang-ulang membuatku merasa diterbangkan ke langit ke tujuh lalu dihempaskan ke tanah begitu saja. Awalnya aku begitu senang karena kukira dia datang untuk menolongku, namun sepertinya aku hanya terlalu percaya diri. 

"Berhenti berpikir yang macam-macam," Kun menyentil dahiku dengan pelan, "akan kupanggil dokter untuk memeriksa keadaanmu."

Selama Kun pergi, aku terus menatap langit-langit ruangan bernuansa serba putih dan soft blue ini. Rasanya sakit, tapi lebih sakit saat aku menyadari bahwa mungkin saja aku sudah kehilangan janin di dalam kandunganku.

Ya. 

Aku yakin bahwa anak ini tidak akan bertahan setelah Jinseok menendang perutku waktu itu.

[Remake] My MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang