Chapter 8

1.7K 236 35
                                    

Cerita ini adalah hasil remake dari fiksi milik penulis HyagI_0z dengan judul yang sama.

Karakter hanya milik Tuhan, Keluarga, Orang Tua, SMEnt, dan dirinya sendiri.

Mohon maaf apabila ada kejadian atau nama yang serupa, bukan merupakan unsur kesengajaan.







"Life is not made up of minutes, hours, days, weeks, months, or years, but of moments. You must experience each one before you can appreciate it."

― Sarah Breathnach









"Biar aku saja yang mencucinya," ucapku saat Qian Kun mulai membawa piring dan mangkuk, yang tadi kami gunakan untuk makan, ke bak cuci piring.

"Tidak perlu. Carilah tempat yang nyaman, aku ingin memperlihatkan sesuatu padamu setelah aku menyelesaikan ini," balasnya tanpa memberikan celah untuk menyela sedikitpun.

Tak ingin berdebat, aku memilih untuk berjalan menjauh dari dapur dan menuju ke arah ruang tengah yang berhadapan dengan sebuah kamar yang sepertinya milik Qian Kun.

Dia bilang bahwa aku harus mencari tempat nyaman untukku sendiri, bukan? Jadi aku memilih duduk pada salah satu sisi sofa tersebut sembari menunggunya.

Sikapnya ini benar-benar berbeda dengan saat kami berada di kantor. Di rumah ini, aku tidak menemukan seorang Qian Kun yang arogan dan senang mendiskriminasiku.

Jika boleh jujur, sebenarnya aku sama sekali tidak membenci Qian Kun. Yang kubenci adalah sikapnya yang selalu memandang rendah aku dan status omega-ku.

Aku tahu dia punya pribadi yang baik di balik sikapnya yang seperti itu, tapi aku tidak akan pernah lupa bagaimana caranya mengatakan bahwa aku hanya akan mengganggu orang lain dengan feromon yang aku keluarkan.

Hell, apa dia pikir alpha tidak mengeluarkan feromon?

Tapi kuakui bahwa apa yang dia katakan itu benar. Sebagai seorang omega, mau tidak mau aku akan selalu mengeluarkan feromon sesuai dengan suasana hatiku. Terlebih jika sudah dekat dengan masa heat-ku, aroma feromonku akan semakin menguat dan aku sadar bahwa itu kerap kali mengganggu konsentrasi orang-orang di sekitarku.

Tapi aku tak pernah lupa meminum pil suppressant, aku yakin bahwa aroma feromonku tak sekuat itu.

Aku pun tak pernah bisa melupakan apa yang ia katakan di tengah rapat elit divisi tempo hari. Saat semua orang berkumpul dan bahkan komisaris besar pun ada di sana. Awalnya semua berjalan dengan baik, hingga saat dia naik ke podium untuk menyampaikan laporan bulanan, dengan lantang dia mengatakan bahwa dia tidak menginginkan seorang omega berada di divisinya.

Aku tahu dia atasanku. Dia juga bekerja di sana sudah jauh lebih lama daripada diriku. Tapi sungguh, dia benar-benar meremehkan kemampuan dan rekam jejakku.

Tsk.

Tidak profesional.

Pria itu benar-benar membuatku tak menyukainya. Selain karena dia selalu memandangku sebelah mata, dia juga terlihat tidak suka pada apapun yang kulakukan dan seolah ingin menyingkirkanku dari divisi kami secepat yang dia bisa.

Tapi lihat sekarang.

Aku malah sedang mengandung anak dari alpha yang kubenci itu.

"Aku pernah dengar dari Seulgi noona bahwa buah baik untuk orang yang sedang hamil, jadi aku membelikan buah stroberi untukmu saat di perjalanan pulang tadi."

"Eh?"

"Tapi seingatku kau tidak suka tekstur buah utuh, maka dari itu aku mengubahnya menjadi smoothie. Minumlah," ujarnya sembari menyodorkan sebuah gelas berisi cairan kental berwarna merah muda yang diberi susu cokelat di atasnya padaku lalu kembali ke dapur untuk mengambil minumannya sendiri.

Mataku mengerjap beberapa kali. Tidak percaya dengan apa yang ada di hadapanku saat ini.

Seorang Qian Kun? Melakukan hal baik padaku?

Sungguh sulit dipercaya.

"Ah sudahlah," ucapku dalam hati.

"Mengapa kau melakukan ini?"

"Apanya?"

"Mengapa kau peduli? Padahal kau tahu bahwa aku bisa saja membuang anak ini."

Sial.

Mengapa tiba-tiba suaraku serak? Ada apa denganku?

Apa karena anak ini? Tidak. Tidak mungkin, aku tidak mungkin mengalami hal seperti itu. 

Tuhan, sudah cukup morning sickness yang kualami, aku mohon jangan ditambah dengan mood swing seperti ini.

"Jadi kau ingin membuangnya?"

Air mataku tiba-tiba meleleh saat mendengar Qian Kun bicara seperti itu. Aku tidak bisa melihat bagaimana wajahku sekarang, tapi aku bisa melihat bagaimana pria itu menatapku masih dengan tatapan mata sedingin es. Tatapan yang sama yang mempermalukanku di depan umum waktu dulu.

"Aku–"

"Bagaimana caranya kau membuang anak itu? Mengaborsinya? Atau kau akan melahirkannya dulu baru setelah itu memberikannya pada panti asuhan atau membuangnya ke tempat sampah?"

"Ti-tidak, itu–"

"Kau akan menenggelamkannya ke sungai?"

"Tidak–"

"Atau memotongnya menjadi beberapa bagian lalu membuangnya di tempat yang berbeda untuk menghilangkan jejak?"

"Tidak–"

"Lalu apa? Memberikannya pada sekawanan anj-"

"Kubilang tidak! Tidak! Tidak akan pernah kulakukan hal semengerikan itu pada anakku sendiri!" seruku dengan napas terengah dan keringat dingin yang merembes perlahan dari dahiku.

Bodoh.

Mana mungkin aku melakukan hal itu? Meskipun aku tidak mengiginkan anak ini dan pernah berpikir untuk mengaborsinya, tapi aku tidak sekejam itu.

"Aku–"

"Aku tahu kau tidak akan melakukan semua itu," ujar Qian Kun dengan ekspresi wajah yang begitu tenang.

Lalu tiba-tiba aku merasakan pinggangku menghangat karena ada sepasang tangan yang melingkar di sana dengan erat.

Qian Kun.

Pria itu memeluk dan menyejajarkan wajahnya dengan perutku kemudian mengusakkan pipinya pada bagian tubuhku yang kini masih datar itu. Sementara aku? Aku hanya bisa diam seperti orang bodoh saat merasakan sentuhan itu.

Ini pertama kalinya dalam seumur hidupku, aku diperlakukan semanis ini oleh seorang alpha. Bahkan Jinseok yang selalu berlaku baik padaku saja tidak pernah memelukku seperti ini.

Ini sungguh–

Masih dengan mata yang berlinang, perlahan aku mengangkat tanganku untuk mencoba menyentuh rambutnya yang sekelam malam. Tapi tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu rumah dengan sangat keras sembari memanggil Qian Kun terus menerus.

"Tuan Kun! Anda di dalam? Tuan Kun?"

Seru pria di luar sana yang membuat Qian Kun melepaskan pelukannya dan juga aku yang mengurungkan niat untuk mengusap rambutnya.

"Siapa yang datang?" tanyanya dengan nada sangat pelan dan penuh kehati-hatian.

Aku menggeleng. Meski aku juga penasaran dengan orang di luar sana, tapi ada perasaan lain yang lebih mengganggu karena diam-diam aku yang merasa kecewa karena tidak berhasil mengusap surai sehitam malam itu.

"Tuan Kun! Terjadi pengeboman di pusat kota! Inspektur Heechul meminta Anda untuk datang ke sana sekarang juga!"

[Remake] My MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang