Chapter 18

1.1K 150 17
                                    

Cerita ini adalah hasil remake dari fiksi milik penulis HyagI_0z dengan judul yang sama.

Karakter hanya milik Tuhan, keluarga, orangtua, SMEnt, LabelV, dan dirinya sendiri.

Mohon maaf apabila ada kejadian atau nama yang serupa, bukan merupakan unsur kesengajaan.














"When you give yourself permission to communicate what matters to you in every situation you will have peace despite rejection or disapproval. Putting a voice to your soul helps you to let go of the negative energy of fear and regret." ― Shannon L. Alder














"Sampai kapan kau akan tinggal di sini?"

Aku hanya bisa tersenyum saat ibu bertanya seperti itu padaku.

"Mungkin sampai Kun sudah tidak sibuk lagi."

"Memangnya suamimu itu sibuk apa? Bukannya setiap hari pekerjaannya hanya memeriksa laporan dan jarang turun ke lapangan?"

Aku menggeleng dan mengeluarkan aroma feromon yang menandakan bahwa perasaanku sedang tidak begitu baik, "Akhir-akhir ini pekerjaannya cukup banyak. Terakhir aku dengar ada satu orang yang dimutasikan ke Daegu, maka dari itu beban kerjanya bertambah, Bu."

Aku menghela napas cukup panjang setelahnya. Sudah cukup lama aku tidak kemari untuk berlibur. Meskipun rumah ibu termasuk ke daerah pinggiran kota, tapi suasananya masih begitu asri. Ada banyak pepohonan di sekitar sini, semuanya terasa rindang dan budaya gotong royong warganya pun masih begitu kuat.

Aku begitu senang setiap kali pulang ke rumah. Apalagi Chenle memang selalu ingin bermain dengan kakek dan neneknya, terlebih setelah mereka menelepon, anak itu pasti akan langsung menangis dan ingin pergi ke Damyang.

Sekarang, di sinilah ia. Bermain dan berbagi canda tawa dengan kakek dan neneknya tanpa lelah dan seakan tak ada hari esok.

Aku segera merapikan dan membawa piring-piring bekas cemilan yang dimakan oleh Chenle ke dapur, kemudian mencucinya.

"Bu, aku mau makan nasi tim ayam lagi," ujarku sembari membilas piring yang telah aku cuci.

"Bukannya sudah kuberikan resepnya? Mengapa kau tidak membuatnya sendiri?"

"Aku malas."

"Kau ini!" ibu bangkit dan berjalan dengan terburu-buru ke arahku kemudian memukul punggungku cukup keras hingga aku mengaduh, "Perlu kukatakan berapa kali? Belajar masak dengan benar supaya Kun semakin mencintaimu!"

Aku mencebikkan bibirku sembari mengelus bekas pukulan ibu dan melanjutkan pekerjaanku tanpa menjawab ucapan yang diarahkan padaku.

"Chenle selalu menangis jika kalian menelpon. Ia seringkali merengek ingin datang ke sini," ujarku memulai percakapan, "Ibu tahu? Chenle selalu bertanya pada Kun apakah ia bisa membawa Louis dan Leon kemari? Tapi Kun selalu menolak dengan alasan takut membuat Louis dan Leon stres karena perjalanan yang jauh. Chenle pasti selalu menangis setelah itu. Sebenarnya aku masih ta-"

"Ten," aku berhenti bicara saat ibu memanggil namaku dengan suara yang lirih.

Aku sepertinya tahu apa yang akan ibu katakan kepadaku.

"Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan kalian di sana, tapi asal kau tahu bahwa aku dan ayahmu bisa sampai pada titik ini bukan hanya karena duduk berdua, berjalan bersama, makan satu meja, atau tidur satu ranjang."

[Remake] My MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang