Chapter 21: My (new) Family

1.5K 137 5
                                    

Cerita ini adalah hasil remake dari fiksi milik penulis HyagI_0z dengan judul yang sama.

Karakter hanya milik Tuhan, keluarga, orangtua, SMEnt, LabelV, dan dirinya sendiri.

Mohon maaf apabila ada kejadian atau nama yang serupa, bukan merupakan unsur kesengajaan.













"There comes a time in your life when you have to choose to turn the page, write another book or simply close it."
― Shannon L. Alder














Hujan dan mobil yang mogok. Benar-benar merupakan perpaduan yang sempurna untuk membuatku terlambat pulang ke rumah hari ini.

Aku bahkan sudah malas melihat jam di tanganku. Seharusnya aku sudah ke tempat penitipan anak untuk menjemput Chenle hari ini, tapi karena hujan lebat dan mobilku mogok aku jadi tidak bisa pergi kemana pun.

Ternyata rasanya cukup menyesakkan berada dalam mobil di tengah cuaca dan keadaan seperti ini. Menelepon mobil derek pun rasanya tak enak, mengingat mereka juga harus turun dan hujan-hujanan hanya untuk memasangkan kail derek untuk bisa menarik mobil ini ke bengkel.

Maka dari itu, yang bisa kulakukan sekarang hanya menunggu dan berharap Ten tidak mengamuk sampai kami pulang. Selain itu, aku juga tak punya payung untuk keluar dari sini dan berjalan mencari bus.

"Astaga, bagaimana aku bisa pulang jika begini caranya?" ucapku sembari mengusap wajahku dengan kasar.

Hatiku rasanya tak tenang karena pagi ini tiba-tiba Ten mengeluh dan mengatakan bahwa badannya terasa tidak enak. Saat mendatangiku tadi, wajahnya pucat sekali dan dari sorot matanya, ia terlihat begitu letih.

Padahal aku sudah menawari untuk mengantarkannya melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, tapi ia malah menolak dan memilih pergi sendiri ke sana. Sementara Chenle merengek tak ingin pergi ke rumah sakit dengan Phao-nya dan memilih untuk tinggal di tempat penitipan anak sampai salah satu dari kami menjemput.

"Aku penasaran dari siapa sifat keras kepala anak itu menurun?"

"Huft," aku meniup helaian anak rambut yang ada di dahiku.

Bosan.

Kuambil ponsel dari saku jas kerjaku lalu menelepon Ten. Kuharap pemeriksaannya telah selesai dan tak ada hal buruk yang terjadi padanya.

Perasaanku saat ini benar-benar tidak tenang, karena ini pertama kalinya selama pernikahan kami, Ten menunjukkan gejala seperti ini. Selain itu, feromon yang ia keluarkan pun menjadi begitu kuat hingga aku rasanya tak tahan berada di satu ruangan yang sama dengannya.

"Halo?" ucapku begitu merasa Ten sudah menjawab teleponku.

"Kun? Apa kau sudah menjemput Chenle?"

"Belum."

"Eh─ ada apa?"

"Mobilku mogok, di sini hujan lebat dan aku belum bisa menelepon mobil derek," aku mengambil napas berat lalu menatap jalanan yang semakin padat, "Kau masih di rumah sakit?"

"Iya."

"Kau pulanglah dulu, aku akan menjemputnya sebentar lagi."

"Apa tidak apa-apa?"

"Tentu saja. Aku ini Baba-nya, bagaimana pun, mengurusnya merupakan tanggung jawabku juga."

"Baiklah. Terima kasih, Kun," cicit Ten dari ujung sambungan telepon kami. 

[Remake] My MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang