[08] Teman Masa Lalu

56 12 111
                                    


[08] Teman Masa Lalu


Gralexa menaiki motor Kaptenal. Setelah dirasa gadis itu sudah duduk dengan nyaman, Kaptenal kemudian melajukan motornya. Baik Gralexa ataupun Kaptenal, tidak ada yang mau berbicara. Hingga menimbulkan keheningan dan rasa canggung.

Hingga akhirnya Kaptenal membuka suaranya. "Gral. Di depan, kita belok kanan ya," ujar Kaptenal, sedikit berteriak agar Gralexa dapat mendengarnya.

"Belok kanan, Ten? Rumah aku, kan, lurus?" ucap Gralexa, yang juga ikut teriak.

"Gue laper!"

"Oh, ya udah. Kalau gitu, makan dulu aja."

"Emang mau makan ini anjir. Lo kira bawa motor gak pake tenaga apa?"

"Emangnya bawa motor pake tenaga ya, Ten? Aku kira pake bensin...."

Di dalam helmnya, Kaptenal mendengus. Sebenarnya ada dimana otak Gralexa? Kenapa sulit menerima maksudnya. Tanpa berniat membalas, Kaptenal hanya diam dan fokus mengendarai kendaraan.

Begitu sampai di tempat yang dituju, Kaptenal memarkirkan kendaraannya di depan sebuah warung ketoprak yang cukup sederhana. Gralexa turun dari motor itu, lalu di susul dengan Kaptenal.

Laki-laki itu terlebih dahulu masuk ke dalam warung dan memesan makanannya. Sedangkan Gralexa duduk manis, menunggu Kaptenal dan makanannya. Tidak lama, Kaptenal pun membawakan dua piring ketoprak itu. Yang dimana diperuntukkan untuk Kaptenal dan Gralexa.

"Nih, makan!" ujar Kaptenal, sembari memberikan makanannya pada Gralexa. Gadis itu tersenyum dan dengan senang hati menerimanya. "Makasih, Ten."

"Kaptenal! Nama gue Kaptenal!"

"Tapi, Teten panggilan sayang dari aku."

Kaptenal menghela nafasnya. "Ya udah, terserah!" cetus nya, dan segera melahap makanan yang ada di hadapannya. Begitupun dengan Gralexa yang juga ikut memakan makanannya.

"Kamu suka makan di tempat ini ya, Ten?"

"Iya. Gue lebih suka makan di sini, ketopraknya enak." Gralexa hanya mangut-mangut menimpalinya.

"Abisin makanannya. Terus nanti, ikut gue."

"Ikut kemana, Ten? Terus, mau apa?"

"Gak jauh dari sini ada taman kecil. Mau apanya, nanti juga lo tahu. Gak usah bawel, lo." Gralexa hanya mendengus, lalu melanjutkan makanannya.

Setelah Kaptenal dan juga Gralexa menghabiskan makanan tersebut, mereka berdua pergi setelah membayar makanan yang di pesan. Sesuai dengan perkataan Kaptenal tadi, ia membawa Gralexa ke sebuah taman kecil.

Kaptenal berdeham. "Gral? Soal tadi di sekolah, gue sama Fika itu...."

"Aku gak mau denger."

"Lo harus tahu!"

"Aku gak mau tahu sedikit pun, Nal."

"Tapi gue mau lo tahu. Dan karena itu lo harus tahu!"

"Tapi aku belum siap..." Kaptenal menatap bingung Gralexa. Apa yang membuat Gralexa belum siap tentang Fika adalah saudaranya?

"Apaan sih, lo. Gue cuma mau bilang kalau Fika itu saudara gue. Dia sepupu gue. Atas nama Fika, gue minta maaf." Gralexa reflek menoleh pada Kaptenal, matanya membulat.

"Fika saudara kamu?"

"Iya. Lo cemburukan sama Fika tadi? Makannya lo nyuekin gue?"

Gralexa menjerit di dalam hatinya. Aaaaa kenapa aku payah banget sih! Jadi malu! Olin sama Kea juga, kenapa gak ngasih tau!

Kaptenal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang