[28] Deo marah

15 8 4
                                    


3 jam sudah perjalanan mereka tempuh. Di Bus Gralexa dan rombongannya, mereka duduk dengan tenang. Gralexa yang duduk bersama Olin, merasa bosan. Ia melirik Olin yang sedang tertidur, Gralexa menyandarkan kepalanya pada jendela bus sembari memperhatikan jalanan kota Bandung. Gralexa mengambil ponselnya. "Tenten pasti belum sampai di Surabaya, Kea juga mungkin ada di satu bis yang sama, kan?"

Perbedaan jarak dari tujuan mereka berbeda. Jika saat ini Gralexa sudah sampai di kota Bandung, itu karena jaraknya cukup dekat sehingga hanya membutuhkan waktu 3 atau 4 jam. Sedangkan jarak yang di tempuh oleh Kaptenal dan rombongannya, mungkin membutuhkan waktu sekitar 8 jam.

Gralexa berniat menghubungi Kea. Ia ingin tahu, bagaimana keadaan Kea juga Kaptenal dan Ibon. Ponselnya ia dekatkan pada telinganya.

"Eh, Gralexa? Gimana, lo udah sampe?" tanya Kea, di tempat yang berbeda.

"Aku baru sampai Bandung, bis nya belum berhenti. Gral juga bosen, makannya aku telpon kamu. Oh iya, Tenten ada sama kamu?"

"Ada kok. Eh bentar-bentar, gue ganti jadi video call ya, Gral." Panggilan itu berubah menjadi video call, supaya Kea dapat menunjukan Kaptenal pada Gralexa. Kea berbalik, ia juga memutarkan kameranya menjadi kamera belakang. "Tuh, Gral. Kaptenal sama Ibon lagi tidur, mana sender-senderan lagi!"

Melihat Kaptenal sedang tertidur dengan kepalanya yang bersandar ke kepala Ibon, membuat Gralexa tertawa karena merasa lucu. Olin yang sedang tertidur, terbangun karena suara tawa Gralexa.

"Emm, lo kenapa ketawa Gral?" gumamnya, mencoba membuka mata.

"Eh, Olin? Kamu bangun karena aku, ya? Maaf, maaf, aku lagi ngomong sama Kea."

"Wah wah, Nyai Olin tidur toh?" ledek Kea, yang barusan mendengar ucapan Gralexa.

"Diem lo, Ke! Gue tuh ngantuk! Mana pegel lagi," keluh nya.

"Heh, lo aja pegel apalagi gue! Mana waktu istirahatnya masih dua jam lagi."

"Syukurin!" balas Olin.

Kea nampak menggerutu. Ia kembali duduk di kursinya. "Oh iya, Gral. Nanti kalau bis gue berenti buat istirahat, gue telpon lo lagi ya. Gue pengen tidur."

Dapat Gralexa lihat, Kea mulai menguap. Mungkin Kea sudah sangat mengantuk. "Iya, kamu tidur aja. Nanti kita lanjutin lagi."

"Bye, Gral! Have fun ya kalian berdua tanpa gue."

Gralexa dan Olin tertawa. "Tenang aja, nanti kita cari pengganti lo," gurau Olin, diakhiri dengan tawanya.

"Gak bakal dapet! Gue kan limited edition. Udah ya, gue ngantuk banget nih. Dah Gral, Lin!"

"Daahh!" Gralexa dan Olin melambaikan tangan mereka pada Kea. Panggilan pun terputus, Kea langsung menyimpan ponselnya dan mengambil posisi nyaman untuk tidur.

Tidak lama setelah itu, bus Gralexa berhenti. Semua orang yang masih tertidur, di bangunkan. Mereka memastikan barang bawaan mereka tidak ada yang tertinggal, dan membawanya turun. Mereka semua turun di depan penginapan, dimana tempat ini adalah tempat untuk mereka beristirahat. Guru pembimbing mereka menyuruh untuk masuk ke dalam, dan memilih kamar yang di mana masing-masing di isi oleh 4 orang.

Seluruh murid berjalan memasuki penginapan. Saat Olin akan menarik tangan Gralexa, Gralexa menahannya. "Kita satu kamar sama siapa, Lin?"

Olin mengangkat bahunya. "Sama siapa aja Gral, kelas sebelah juga boleh. Gak papa, ya? Tenang aja, gue bakal sama lo terus, kok."

Gralexa mengangguk. "Ya udah, gak papa, Lin."

"Ayo masuk, kita cari orang yang mau nampung kita," ucap Olin, diakhiri dengan tawanya juga tawa Gralexa. Mereka berdua kemudian berjalan, menyusul yang lainnya.

Kaptenal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang