[01] Di Acuhkan

212 16 63
                                    

01. Diacuhkan

"Tenten, aku bawa minum buat Tenten!"

"Oh iya, aku juga bawa makan buat Tenten. Tenten mau makan sama minum yang aku bawa, kan?"

"Kaku keringetan banget. Sini aku lap keringatnya, Ten."

Seorang gadis berseragam sekolah, dengan kemeja putih yang dipadukan dengan jas dan rok selutut berwarna coklat tua melekat di tubuhnya. Ia tampak sedang berusaha untuk mendekati seorang pria yang ia panggil Tenten tersebut. Gadis ini terlihat manis dengan wajah yang terlihat lembut, ia memiliki senyuman yang juga nampak menambah kesan manisnya.

Saat ini, gadis itu tengah mendekati seorang pria tampan yang sedang mengenakan baju basket. Ia terus menawari minuman dan juga makanan, yang ia bawa untuk pria itu. Namun, sang pria terlihat risih karena gadis ini terus mendekatinya.

"Ngapain sih lo. Pergi sana, jauh-jauh dari gue!" usir seseorang yang dipanggil Tenten itu, karena sungguh ia benar-benar merasa tidak nyaman berada dekat dengan gadis ini.

"Tenten? Kenapa Tenten selalu cuek sama Gral?" tanya gadis itu, yang diketahui bernama Gralexa, dengan menatap sendu pria yang kerap ia panggil Tenten itu.

Pria itu menatap Gralexa, sembari mengembuskan napas beratnya. "Denger gue baik-baik. Pertama, nama gue Kaptenal, bukan Tenten. Kedua, lo buat gue risih tau gak!" papar pria tersebut, bernama Kaptenal.

"Tapi kan, Gralexa cuma mau deket sama Tenten."

"Bodo amat deh, terserah lo Gral!" setelah mengucapkan itu, Kaptenal pergi meninggalkan Gralexa sendiri. Kaptenal tidak perduli dengan gadis itu, Gralexa selalu saja menggangunya setiap saat.

"Eh, Tenten mau kemana? Kok Gral ditinggal sih!" pekik Gralexa, dan berlari kecil berniat untuk menyusul Kaptenal.

Sedangkan pada posisi Kaptenal, ia terus berjalan. Tidak peduli dengan gadis yang berada di belakang, dan terus meneriaki namanya. Pria itu terus berjalan dengan cepat menuju ruang ganti pakaian, untuk mengganti bajunya dengan seragam sekolah. Karena, jam kelas akan segera dimulai. Dan Kaptenal harus cepat, agar tidak terlambat masuk kelas. Kaptenal bukan pria yang menyukai bolos, ia sangat disiplin. Karena, disiplin adalah prinsipnya untuk mencapai cita-cita yang sedari kecil ia impikan. Itu pun, jika ia sedang sadar saja.

"Kaptenal, tungguin Gralexa!"

"Kaptenal, Gralexa capek!"

"Tenteeenn!"

Kaptenal menghentikan langkahnya, dan berbalik menghadap Gralexa. Kaptenal berhadapan dengan Gralexa cukup dekat, walau masih tercipta sedikit jarak. "Gue, gak minta lo ngikutin gue. Dan stop, buat ngikutin gue. Mending lo ke kelas, gih!"

Namun kepala Gralexa menggeleng tegas, menandakan ia tidak ingin. "Nggak.Aku mau bareng sama kamu!"

"Lo tuh-" Kaptenal menahan perkataannya. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. "Terserah lo, Gral."

Kaptenal melanjutkan langkahnya, tentunya dengan Gralexa yang masih mengekor di belakang Kaptenal. Lorong-lorong sekolah sudah sepi, mungkin yang lain sudah bersiap di kelas mereka masing-masing. Kaptenal berbelok ke arah ruang ganti pakaian. Gralexa masih mengikuti Kaptenal, hingga tidak sadar bahwa Kaptenal berjalan ke arah ruang ganti pakaian pria. Begitupun dengan Kaptenal, yang tidak sadar bahwa Gralexa masih mengikutinya.

Pria tersebut berhenti melangkah, ia merasa ada yang mengganjal. Rasanya seperti ia sedang diikuti oleh sesuatu. Kaptenal dengan ragu-ragu mencoba untuk memberanikan diri, dengan memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang telah mengikutinya hingga ruang ganti pakaian. Ia langsung memutar tubuhnya dengan cepat.

Kaptenal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang