[40] Ajakan

19 8 0
                                    


"Gral? Lo yakin mau bales Fika?" tanya Kea, yang sedang duduk di atas ranjang Gralexa bersama dengan Olin. Sedangkan Gralexa, ia duduk di atas kursi belajarnya yang ada di samping tempat tidur.

"Iya, aku gak mungkin diem aja. Apalagi, setelah aku tahu Fika selalu ngelakuin hal yang berbahaya sama Kaptenal."

"Tapi, lo mau ngebales Fika kayak gimana?" Olin bertanya.

Gralexa menggeleng pelan. "Aku juga gak tahu, mau bales Fika kayak gimana. Tapi, aku pingin dia sadar dan gak iri lagi sama aku. Walaupun, harus pakai cara kasar..."

Kea dan Olin saling pandang. Entah kenapa, mereka merasa bahwa ada kelebihan yang ada pada Gralexa. Kelebihan apa, mereka berdua juga tidak tahu.

"Em, gimana kalau kita teror dia?" saran Kea.

"Teror apa?"

"Pokoknya, dia harus ngakuin kesalahan yang dia buat di depan mamahnya Kaptenal."

Gralexa dan Kea menyetujui ucapan Olin.

Kea nampak berfikir. "Kita ajak Ibon aja gimana?"

Gralexa mengangguk. "Boleh aja, tapi kita ajak dia besok. Sekarang udah malem juga."

Sejenak, mereka bertiga terdiam dengan pikiran masing-masing. Hingga Olin, kembali membuka percakapan diantara mereka.

"Kaptenal sama Ibon, mereka udah nyelesain masalah mereka?"

"Setahu gue, Kaptenal sama Ibon paling jarang berantem sampai diem-dieman kayak gitu. Kayak, hampir gak pernah," sahut Kea.

"Diantara mereka berdua, Ibon itu paling dewasa. Kaptenal paling pengertian. Tapi, tiba-tiba aja, mereka jadi sama-sama egois. Biasanya, Ibon lebih sering dukung Kaptenal. Tapi tadi pagi, dia debat sama Tenal," papar Gralexa.

Gralexa mencoba mengalihkan pembicaraan, untuk mengistirahatkan pikirannya dari Kaptenal.

"Oh iya, Lin. Kamu sama Tio, apa kabar?"

Nampaknya, Kea tertarik. Ia ikut menimpali pertanyaan Gralexa. "Iya, iya. Gimana lo sama Tio? Sekarang jangan ada rahasia lagi, ya. Gue geprek lo, Lin!"

Olin melirik sini Kea. "Ya akhir-akhir ini, gue sama dia udah deket lagi. Dia juga, pernah ngajak gue balikan."

"Terus, terus? Lo balikan sama dia?"

Kepala Olin menggeleng. "Gue tolak, soalnya gue masih gak yakin."

"Kalau menurut aku, kamu terima Tio aja lagi. Aku pernah kok, ada di posisi Tio. Salah paham sama mata sendiri, sering malah," saran Gralexa, diakhiri tawa kecilnya.

Kea tertawa. "Kalau lo, kita juga gak heran Gral. Waktu sama Fika, lo salah paham. Waktu sama Vrida, lo juga salah paham. Udah cinta banget ya?"

"Mana ngejelasin nya susah banget," celetuk Olin.

Gralexa memajukan bibir bawahnya. "Ya makanya, aku ngerti perasaan Tio. Lagian, siapa yang gak cemburu lihat orang yang di sayang bercanda sama orang lain? Bahkan lebih deket dari pada sama pasangannya."

Olin mencoba menangkap maksud dari Gralexa, memikirkan sesuatu dari ucapan itu. Hembusan nafas terdengar dari Olin. "Lo bener Gral, gue gak terlalu deket sama Tio. Selama ini, cuma dia yang deketin gue."

"Tapi, kalau dia mudah salah paham kayak gitu ... kita balikan pun percuma. Gimana kalau nanti, dia terus-terusan salah paham?"

Gralexa tertawa kecil. Ia beranjak, menghampiri Olin. Tangannya menyentuh bahu Olin. "Tio bukan aku, yang selalu berpikir jauh. Keliatannya juga, dia dewasa. Aku pikir, dia akan belajar dari kejadian yang udah-udah."

Kaptenal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang