[43] Berkorban

26 8 0
                                    


Gralexa berdiri tepat di samping ranjang Kaptenal. Ia melihat tubuh Kaptenal yang terbaring dan sama sekali tidak ada pergerakan darinya. Tangan Kaptenal, ia genggam dengan lembut. Tangan Gralexa yang bebas, membelai pipi Kaptenal dan sedikit merapikan rambutnya.

"Nal? Maafin aku, ya. Aku baru tahu waktu keadaan kamu kayak gini."

"Aku dateng buat lihat kamu, Nal. Aku kangen kamu, kamu gak mau peluk aku?"

Gralexa mulai terisak. Ia menyatukan dahinya dan dahi Kaptenal, dengan sebelah tangan yang masih menggenggam. Gadis itu menatap lekat wajah Kaptenal dari dekat.

"Aku selalu mau lihat wajah kamu dari deket, tapi bukan dengan keadaan kamu yang kayak gini."

Ke-2 tangan gadis itu, beralih pada pipi Kaptenal. "Nal? Ayo bangun. Aku ada di sini buat kamu."

Ujung bibir Gralexa terangkat, menjadikan sebuah senyuman. "Aku tahu, kamu sayang sama aku, kan? Kamu juga udah suka sama aku, kan? Perasaan aku masih sama! Jangan buat aku, ngerubah perasaan aku Nal."

"Aku gak mau orang lain! Aku cuma mau kamu."

"Sebentar lagi kita mau lulus. Kamu mau pergi ke luar negeri buat kejar cita-cita kamu, iya? Aku gak akan larang kamu. Aku bakal selalu dukung kamu. Tapi janji sama aku, kalau pulang nanti, kamu harus kembali lagi. Temuin aku, Nal."

"Nal!" Gralexa mengguncang tubuh Kaptenal, berharap ia akan membuka matanya.

"Kamu bisa denger aku, kan?"

"Jangan diemin aku lagi!"

"Aku udah naruh semua harapan aku sama kamu!"

"A-aku sayang kamu! Cinta pertama aku."

Gralexa mendekatkan wajahnya. Ia mencium kening Kaptenal dengan waktu yang cukup lama. Gadis itu berdiri tegak, masih dengan menatap Kaptenal. "Kamu cepet sembuh ya, Nal. Aku pasti selalu ada buat kamu."

"Aku pergi dulu, ya?"

Gadis itu keluar dari ruang Kaptenal. Di sana, semua orang masih ada. Gralexa menghampiri sahabat-sahabatnya.

"Makasih om, udah izinin aku ketemu sama Kaptenal."

Bisma tersenyum. "Datang dan temui Kaptenal kapan pun kamu mau."

Ghea menatap tidak setuju pada suaminya itu. "Kenapa kamu mendatangkan masalah lagi buat Tenal!"

Ucapan Ghea membuat Gralexa menunduk.

"Kaptenal bilang, kalau Fika penyebab semuanya. Saya percaya, dan kamu tidak. Artinya sudah jelas, saya lebih baik di banding kamu, Ibunya."

"Aku yang melahirkan nya!"

Bisma tersenyum remeh. "Lalu kenapa kamu lebih membela dan percaya pada ponakan yang tidak kamu lahirkan, di banding anak yang telah kamu lahirkan?"

Balasan dari Bisma mampu membuat Ghea terdiam membisu. Gralexa yang melihat itu, tentunya merasa tidak enak. "Om, tante. Aku gak mau liat orang tua Kaptenal berantem kayak gini. Kalau Kaptenal tahu, dia pasti putus asa."

"Iya om, tante!" setuju Ibon. "Harapan Kaptenal buat sembuh, ada sama kalian. Jadi Ibon mohon, jangan rusak harapan Kaptenal."

"Tante, kita berdua bakal bantu Gralexa buat ngasih bukti sama tante. Sahabat kita gak bersalah, tapi ponakan tante yang bersalah!" tegas Olin.

"Kita bakal pastiin, kalau Fika yang tante bela, adalah biang dari semuanya!" timpal Kea.

"Terserah kalian mau bicara apa, tapi pergilah! Kalau perlu, tidak usah datang lagi ke sini!" usir Ghea.

Kaptenal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang