[13] Kembali dekat

63 8 27
                                    

[13] Kembali dekat

"Kaptenal! Tungguin aku! Jalannya jangan cepet-cepet dong."

Kaptenal menghentikan langkahnya. Gralexa tersenyum dan mensejajarkan dirinya di samping Kaptenal. "Kaptenal udah sayang aku?"

Kaptenal melirik ke arah Gralexa sekilas. "Jangan ngarep! Jawaban gue tetep nggak."

"Terus, kenapa Teten gak bolehin aku buat jadian sama orang lain?" tanya Gralexa, melemparkan sebuah senyuman pada Kaptenal.

Kaptenal gelagapan. "Yang gak ngebolehin siapa? Boleh. Tapi, jangan sama si Deo. Gue udah bilang berulang kali!"

"Emang kenapa sih? Kamu kok kayaknya gak suka gitu, Ten?"

"Lo, gak tau dia!"

"Aku kenal kok. Emangnya kamu ta-"

"Tau!" selah Kaptenal cepat. "Gue tau dia. Makanya, gue bilang gitu sama lo. Jangan ngerusak rumah tangga orang!"

Gralexa tertawa mendengar penuturan Kaptenal. "Apaan sih, Ten? Emangnya aku deket sama suami orang apa? Kamu ada-ada aja!"

Kaptenal menghela napasnya. Sudah ia duga, Gralexa tidak akan mendengarkannya. "Terserah, dah!"

Kaptenal melanjutkan langkahnya kembali. Begitupun dengan Gralexa, yang juga mengikuti langkah Kaptenal. "Tenten? Emangnya kamu serius gak suka sama aku?" tanya Gralexa, menatap Kaptenal di sampingnya.

Tanpa menghentikan langkahnya, Kaptenal mendengus. "Gue sama lo gak bakal bisa bersatu. Lagian, lo ngapain sih? Berharap terus sama gue!"

Gralexa tersenyum. "Kata orang, mimpi harus di kejar. Kamu bagi aku adalah mimpi, dan mimpi aku gak akan pernah tergapai kalau bukan aku yang mengejar."

Kaptenal tertegun dengan penuturan Gralexa. Di dalam batinnya, Kaptenal berkata, Mau lo suka sama gue, gue suka sama lo, ataupun kita berdua sama-sama suka sekalipun. Kita gak bakal bisa bersatu. Selain karena kesalahan pahaman, gue juga penyakitan, Gral.

Gralexa menatap Kaptenal. Mereka berdua masih berjalan dipinggir trotoar. Gralexa menepuk Kaptenal, membuat Kaptenal kembali sadar dari lamunan nya. "Kok malah ngelamun?" tanya Gralexa.

Kaptenal melirik Gralexa, dengan sedikit menundukkan kepalanya. Karena, tinggi Gralexa hanya setinggi bahunya saja. "Suka-suka gue, lah!"

Gralexa mengangguk saja, menyahuti nya. "Ibon kemana, Nal? Biasanya, kan, sama kamu?"

"Pulang duluan kali."

"Nal?"

"Apaan sih?"

"Kamu hati-hati ya."

Kaptenal menatap Gralexa. "Hati-hati apaan lagi? Kalau ngomong tuh yang bener!"

"Hati-hati dari saudara kamu."

Kaptenal kembali menatap Gralexa. Raut wajahnya menambah bingung. "Saudara gue? Yang mana? Kenapa juga harus hati-hati?"

"Fika. Dia bilang, mau celakaiin kamu," jawab Gralexa, memberitahu Kaptenal agar waspada pada Fika.

Kaptenal mengernyit. Namun, tak lama ia tertawa. "Fika? Nyelakain gue? Gak salah lo?"

Gralexa memasang wajah cemberut nya. "Aku serius, Nal! Waktu kemarin pulang sekolah, Fika datengin aku. Katanya, dia mau nyelakain kamu."

Kaptenal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang