[37] Menyerah

20 8 0
                                    


Di tengah pertikaian antara Gralexa dan Fika, Ghea memasuki kamar Kaptenal diwaktu yang tidak tepat. Ghea melihat Fika yang memegangi perutnya. Ia menghampiri Fika dan membantunya berdiri. Kaptenal dan Ibon tentu dibuat terkejut, dengan kedatangan Ghea yang tiba-tiba.

"Fika? Kamu kenapa?"

"Mamah..." Kaptenal menyingkirkan laptopnya, dan berusaha turun dari kasurnya. Ia juga terkejut, melihat Gralexa yang memberi Fika sebuah pukulan.

Gralexa mundur beberapa langkah. Ghea memerhatikan Gralexa, dan beralih menatap Fika untuk meminta jawaban dari pertanyaannya.

"Fika, gak apa-apa kok."

"Gak apa-apa gimana? Sebenarnya ada apa ini?"

"E-emm, tante...." Gralexa merasakan geraknya yang menjadi gugup.

"Iya, Tavisha?"

Fika langsung menoleh pada Ghea. "Tavisha?" Detik kemudian, Fika tertawa membuat Ghea kebingungan.

"Kenapa kamu tertawa, Fika?"

Fika meredakan tawanya, menatap Kaptenal, Ibon, dan Gralexa bergantian. "Oh, ternyata gitu. Pantes aja dia ada di sini." Fika beralihnya pada Ghea. "Tante? Nama Dia Gralexa. Gralexa Embun Tavisha. Yang udah buat Tenal jadi kayak sekarang."

Mata Ghea membulat. Ia menatap Gralexa, dan berdiri di depannya. Tangan Ghea terangkat menampar Gralexa, menimbulkan suara yang cukup nyaring.

"Kenapa kamu ada di sini..." ucap Ghea dengan nada dingin dan wajah datarnya. "Dan kenapa kamu berbohong? Kalian berdua juga Nal, Ibon!"

Ibon beranjak dari duduknya. Kaptenal melangkah perlahan menuju Gralexa, tak peduli dengan keadaan kakinya. Ia membawa Gralexa ke belakang tubuhnya. "Mah, dengerin Tenal dulu."

"Jangan pernah kamu bela dia, Kaptenal! Kamu kena masalah karena dia! Kamu sakit karena dia!"

"Enggak, mah! Seenggaknya mamah dengerin dulu Tenal. Percaya sama Tenal, mah!"

"Kenapa lo belain orang yang udah buat lo kecelakaan?" sahut Fika, memasang wajah barunya di depan Ghea.

Ibon menghampiri Fika. "Lo gak usah lupa diri, deh! Jelas-jelas lo, biang masalahnya!"

"Lo apaan, sih! Kenapa malah di arahin ke gue? Dia yang salah!"

"Cukup Fika! Udah cukup lo buat masalah sampai di sini! Gue bakal ceritain semuanya ke mamah!" tegas Kaptenal, memberikan tekanan.

Fika sudah tidak bisa lagi berfikir, jika Kaptenal akan benar-benar menceritakan semuanya. Namun ia berusaha tenang, memikirkan hal lain untuk menyelamatkan dirinya.

"Lo mau cerita apa? Cerita kalau selama ini, lo selalu dapet masalah gara-gara dia? Tapi lo gak peduli, karena lo suka sama dia, kan!" sungut Fika.

"Diem, lo!"

"Cukup! Fika benar, Nal! Setiap kamu pulang dari sekolah, mamah selalu lihat kamu pulang dengan luka. Itu karena dia, kan?"

Pembelaan Ghea membuat Fika tersenyum penuh kemenangan. Di belakang tubuh Kaptenal, Gralexa hanya menundukkan kepalanya. Ia memberanikan diri untuk menatap ke depan dan maju.

"Aku gak pernah ngelakuin apa-apa, tante. Semuanya dateng dari Fika. Begitupun waktu kecil..." Gralexa mencoba membela dirinya. "Selama ini aku tahunya, kalau anak laki-laki yang menyelamatkan aku udah meninggal. Aku baru tahu, waktu Kaptenal cerita sama aku."

"Tetap saja anak saya mendapatkan masalah karena kamu!"

"Tante. Waktu kecil Fika coba dorong--" Ucapan Ibon terhenti, melihat tangan Kaptenal yang terangkat.

Kaptenal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang