[21] Satu Kelompok

25 8 0
                                    


[21] Satu Kelompok


Sore harinya Kaptenal masih berada di rumah sakit. Walaupun tak ada selang infus pada tangannya, ia tidak diperbolehkan untuk pergi kemana-mana. Jangankan untuk keluar, pindah dari ranjang rumah sakit saja tidak diperbolehkan. Sekarang ia merasa seperti bayi yang sedang aktif, yang di perhatikan agar tidak terjatuh.

"Bon?"

Ibon menoleh pada Kaptenal. "Apaan?"

"Pinjem HP lo, dong!"

Ibon menyipitkan matanya, menatap Kaptenal dengan curiga. "Mau ngapain, lo?"

"Gak ngapa-ngapain. Pinjem aja bentar."

"Yaudah ini. Jangan macem-macem loh, ya!"

Kaptenal mengambil ponsel Ibon. Ia nampak berfikir. Setelah itu, Kaptenal mencari kontak seseorang di ponsel itu. Setelah dapat Kaptenal mendekatkan ponsel itu ke telinganya, seperti sedang menelpon.

Kening Ibon berkerut. "Lo telpon siapa?" tanya Ibon sedikit berbisik.

Kaptenal menunjukkan layar ponsel itu pada Ibon. Ia menyimpan jari telunjuknya di bibir, saat Ibon akan bersuara. Ia melihat ke arah Ghea yang berada di sofa sedang berbicara dengan Bisma.

"Nanti mamah denger!" bisik nya.

Di lain tempat, Gralexa sedang duduk di meja belajarnya mengerjakan tugas sekolah. Aktifitasnya terhenti saat seseorang mengetuk pintu kamarnya. Gralexa melangkah, membuka pintu. "Bunda? Kenapa? Ada yang mau Gral bantuin?"

"Enggak, kok," jawab Tesa, Ibu dari Gralexa.

"Terus? Bunda mau apa?"

"Deo nyari kamu di depan, tuh!" beritahu Tesa, pada anaknya.

Gralexa memajukan bibir bawahnya. "Yah bun, Gralexa lagi ngerjain tugas sekolah. Bunda bilangin aja sama Deo, Gral lagi gak bisa ketemu yaaa."

Tesa menggeleng. "No, no, no. Kamu temuin dia dulu sebentar."

"Tapi kan, Gral..." Gralexa menghela nafas. "Yaudah, deh."

Dengan langkah gontai, Gralexa berjalan menuju pintu rumahnya. Ia meraih handle pintu dan membukanya. Gralexa tersenyum singkat. "Deo? Ngapain?"

"Hai, Gral," sapa Deo. "Gue cuma mau ketemu sama lo doang, kok."

"Masuk, Yo."

Deo masuk setelah Gralexa mempersilahkan. Ia dan Gralexa duduk di sofa yang aad, gadis itu menawarkan minum pada Deo. "Kamu mau minum apa? Nanti Gral bikinin."

"Nggak usah, Gral. Gue cuma sebentar kok di sini."

Gralexa mengangguk singkat.

"Lo, kenapa ngelamun?"

Gralexa menoleh. "Dari pagi aku gak lihat Kaptenal. Kamu lihat dia gak?"

Rasanya telinga Deo sakit mendengar nama Kaptenal disebut oleh Gralexa. "Gak liat!" jawab Deo dengan malas. "Lagian ngapain sih nanyain Kaptenal? Emang dia penting banget?"

"Penting. Aku 'kan sayang dia. Gak mungkin aku gak peduli sama dia."

"Kan ada gue, Gral."

"Kamu belum berhasil buat aku lupa sama Kaptenal."

"Gimana bisa lupa kalau setiap hari lo mikirin dia terus!"

"Kok kamu malah debat sama aku?"

Deo menghela nafasnya. "Ya karena gue cemburu! Kenapa lo harus nanya cowok lain ke gue?"

Kaptenal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang