part sepuluh

837 83 4
                                    

Pertanyaan Gus Adnan membuatku terdiam. Aku belum berpikiran untuk menikah secepat ini. Kejadian akhir akhir ini sudah membuatku gelisah. Bagaimana pendapat para santri nanti kalau tiba tiba aku menikah dengan Gus afeef? Belum juga reaksi bunda dan ayah saat mendengar aku akan menikah tanpa meminta pendapat mereka? Walaupun Gus afeef sendiri yang akan berbicara kepada bunda dan ayah. Apakah aku terlihat seperti tidak menghargai ayah dan bunda? Sepertinya iya, tapi aku sendiri masih bingung dengan situasi ini

" Bagaimana ghina? Kalian langsung menikah apa mau tunangan dulu? " Tanya ulang Gus Adnan padaku

Aku langsung melihat kearah Gus afeef dan dia sepertinya juga menunggu jawaban dariku

" Emm menurut ghina sebaiknya tunangan dulu Gus. Kalau langsung menikah pasti nanti banyak yang berfikir macam macam ke ghina. Dan juga orang tua ghina belum tau tentang ini " jawabku dengan hati hati

Keadaan hening setelah mendengar jawabanku yang membuatku sedikit canggung

" Apa jawabanku salah? " Tanyaku dalam hati

Aku hanya menundukkan kepalaku. Aku takut kalau membuat keluarga ndalem marah dengan jawabanku

" Sepertinya kamu harus sabar sedikit lebih lama lagi boy " kata Gus Adnan sambil menepuk bahu Gus afeef yang membuatku langsung mendongak

" Abi apaan sih, kok kesannya afeef kaya kebelet nikah " kata Gus afeef dengan sewot

Sontak perkataan Gus afeef langsung mengundang gelak tawa semua orang yang ada diruang tamu. Aku hanya terkekeh sambil menutupi mulutku dengan tangan kananku. Tadinya aku kira Gus Adnan akan marah mendengar jawabanku, tapi itu semua hanya perkiraan ku saja

" Itu afeef marahkan mas, kamu sih " ucap Ning Syifa menyalahkan Gus Adnan

" Hehe maaf sayang " ucap Gus Adnan dengan wajah melasnya

Aku melongo saat melihat Gus Adnan yang sangat berbeda dari yang biasanya aku lihat, mungkin ini devinisi dari kata kata cinta memang mampu membuat seseorang berubah demi orang yang dicintainya dan kini aku melihatnya sendiri

" Kakak ipar jangan kaget gitu, om Adnan memang sok cool kalau diluar rumah " kata akifa yang membuatku langsung menoleh kearahnya

" Kalau Gus afeef kaya Gus Adnan juga nggak Ning? " Tanyaku dengan polos

Gus afeef kaget dan langsung menoleh kearahku sedangkan aku hanya merutuki mulutku yang asal bicara ini

" Emm Gus, Ning, kyai kakung, ibu nyai putri, ghina pamit mau keasrama dulu assalamu'alaikum " pamitku dan langsung mencium tangan mereka satu persatu dan menagkupkan tangan ke Gus afeef, Gus Adnan, dan Abah kyai Abdullah

Setelah keluar dari ndalem aku hanya mampu merutuki mulutku. Sepanjang koridor pesantren banyak yang melihat kearahku dengan tatapan aneh karna sedari tadi aku terus menepuk nepun pelan mulutku sambil terus mengomel

" Assalamualaikum " salamku saat masuk kekamar

" Waalaikumsalam " jawab khanza dengan nada khawatir

" Ghin kamu nggak papa kan? Kamu tadi kena hukuman apa? Ya ampun aku khawatir banget sama kamu? Jawab dong ghin jangan diem aja " kata Khanza tanpa jeda didepan pintu kamar

" Biarin aku masuk dulu za, nanti aku jelasin sama kamu " jawabku dengan lembut

Dia langsung menampilkan senyum khasnya dan menggeser sedikit badannya agar aku bisa masuk

" Tapi kamu beneran nggak papa kan ghin? " Tanya Khanza memastikan setelah aku duduk diranjangku

" Aku nggak papa kok " jawabku disertai senyum manis

" Za kamu tadi lihat pas didepan kelas nggak? " Tanya ku ke khanza sedikit malu

" Owh yang kamu sama Gus afeef kan? Lihatlah, Gus afeef romantis ya walaupun terlihat cuek " kata Khanza dengan senyumnya

" Kamu dihukum sama Gus Adnan karna masalah itu? " Lanjut khanza tiba tiba

Aku langsung gelagapan saat melihat perubahan ekspresi wajah khanza

" Eh eng_enggak zha, tapi Gus Adnan malah melamar aku buat Gus afeef " jawabku pelan diakhir kalimat

" HAH "

Suara jeritan khanza langsung memenuhi ruang kamar kami. Aku hanya bisa meringis dan menutupi kedua telinga ku agar suara khanza tidak terlalu melengking saat masuk kedalam telinga

" Dan kami memutuskan buat tunangan dulu " kataku lagi

" APA "

Kali ini suara khanza lebih nyaring dari yang sebelumnya. Aku sendiri juga bingung Khanza makan apa hingga suaranya sangat melengking

" Ya ampun Za, telinga aku sakit nih dari tadi kamu teriak teriak terus " keluhku ke Khanza

" Hehe maaf, habisnya aku kaget banget " jawab Khanza disertai cengirannya

Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat Khanza, konyol

" Eh trus kamu terima nggak? " Tanya Khanza dengan tidak sabaran

" Emm iya " jawabku malu malu

" Aaaaaa ya ampun sahabatku mau taken dong " kata Khanza dengan heboh

" Apaan sih Za, kita tunangan dulu kok " jawabku dengan pipi yang memerah

Ntah kenapa pipiku langsung terasa panas saat menyebut kata tunangan. Ini masih seperti mimpi bagiku

" Ulululuu calon pengantinnya malu nih " goda Khanza sambil mencubit pelan pipiku


















Hay guys apa kabar..
Jangan lupa vote and comentnya..
Jangan jadi pembaca gelap ok😅

Salam sayang dari author

Oh iya jangan lupa doanya buat saudara kita yang terkena musibah ya guys

Jumpa lagi di part selanjutnya

Tasbih Cinta Gus AfeefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang