part dua puluh satu

320 49 6
                                    

" Ghina kamu salah paham " teriak Gus Afeef

Suara teriakan Gus Afeef membuat langkahku yang belum jauh darinya terhenti

" Semuanya sudah jelas menurut Ghina Gus " jawabku setelah menghadap kearah nya

Gus Afeef melangkah mendekat ke arahku sebelum menjawab

" Tolong kasih kesempatan aku buat jelasin semuanya sebentar Ghina " jawab Gus Afeef dengan lembut

Aku hanya memalingkan wajahku saat mendengar nada lembut dari mulut Gus Afeef. Tanpa kami sadari ternyata banyak santri santri yang menjadikan kami sebagai tontonan

" Kita masuk ke dalam yuk, nanti aku jelasin semuanya, nggak enak dilihat banyak santri " ucap Ning Syifa sambil memegang bahuku lembut

" Beri Ghina waktu buat menata kembali hati Ghina sebelum mendengar semua penjelasan kamu Gus " kataku sambil menampilkan senyum simpul

Aku langsung beralih menatap Ning Syifa yang berada di sampingku

" Ghina permisi ke asrama Ning, assalamualaikum " kataku kepada Ning Syifa

" Ayo Za " ajakku ke Khanza dan berlalu pergi tanpa menunggu Khanza berpamitan

Hilang sudah impian ku untuk membangun sebuah istana indah yang sederhana bersama Gus Afeef. Semua impian itu langsung menguap begitu saja saat Gus Afeef memperkenalkan wanita lain sebagai istrinya. Memang dari awal aku sudah menduga, mana mungkin seorang anak dari kyai besar seperti nya mencintai gadis biasa seperti ku? Tapi semua pemikiran itu aku enyahkan saat melihat betapa teguh nya dia meyakinkan ku

Sepanjang koridor asrama, banyak yang menatapku iba dan berbagai kata semangat yang mereka lontarkan. Apakah aku terlihat sangat menyedihkan? Mungkin saja

" Ghina tungguin " kata Khanza saat berhasil menyusul ku yang sudah terlebih dahulu masuk kedalam kamar

"  Masih ada aku, jangan sedih. Kamu bisa meluapkan semua keluh kesah mu ke aku " lanjut Khanza sambil mengusap kepalaku dengan posisiku yang telungkup

" A_aku udah terlanjur jatuh cinta sama dia Za " kata ku lirih

" Aku tau Ghin, mungkin kalau aku aku yang ada diposisimu aku nggak akan sanggup " ucap Khanza panjang lebar

" Aku bilang apa sama bunda dan ayahku Za, aku takut mereka kecewa " tanyaku lagi dengan nada yang sama

Khanza terdiam dengan pertanyaan ku

" Apalagi kakak aku Za, dia pasti marah banget " lanjut ku lagi karna Khanza tak juga menjawab perkataan ku

" Aku takut Za " lirihku kembali

Khanza terus mengusap kepalaku lembut sambil menenangkan ku. Dadaku terasa sesak saat kilatan kejadian tadi terus berputar dikepala ku seperti kaset rusak. Tangisku pun tak kunjung mereda hingga suara seseorang membuat usapan tangan Khanza dikepalai terhenti

" Assalamualaikum " salam seseorang

" Waalaikumsalam" jawab Khanza dan aku hanya terdiam

" Ning Kifa, silahkan masuk Ning " kata Khanza memberi ruang untuk Ning Kifa duduk di sebelahku

Suara derap langkah Ning Kifa seperti mendekat ke arahku, dan tak lama kemudian aku merasakan sebuah pelukan hangat dan suara lirih dari Ning Kifa

" Kakak maafin Abang kak, bang Afeef nggak bermaksud buat hati kakak ipar sakit kaya gini " kata Ning Akifa lirih di dekat telinga ku

" Kalau nggak bermaksud terus apa Ning? Dia selalu meyakinkan Ghina buat Nerima dia, dia selalu memperlakukan Ghina seperti orang yang spesial buat dia, tapi kenapa akhirnya dia juga yang membuat luka dihati Ghina Ning? Apa yang harus Ghina katakan ke ayah, bunda, dan kakak Ghina nanti? " Jelasku panjang lebar

Ning Akifa terdiam begitu saja saat mendengar semua perkataan ku

" Apa ini teguran dari Allah karna aku telah berharap selain kepada-Nya Ning? Tapi ini sangat menyakitkan bagi Ghina. Ghina juga sudah terlanjur malu kepada semua santri disini Ning. Sekarang Ghina harus apa Ning? " Lanjut ku lagi ke Ning Akifa

Aku merubah posisiku yang tadi telungkup membelakangi Ning Akifa sekarang menjadi duduk menghadap nya

" Ghina harus gimana Ning setelah ini? " Ulang ku lagi

Ning Akifa dan Khanza hanya menatap ku yang terlihat sangat menyedihkan. Mereka serempak langsung memelukku dan pada saat itu juga tangis ku pecah kembali

" Apa sangat menyakitkan Ghin? " Tanya Khanza lirih

" Jangan pernah merasa sendiri kakak ipar, aku dan kak Khanza selalu ada buat kakak " timpal Ning Akifa

Aku hanya diam tanpa menjawab pertanyaan ke duanya. Aku masih butuh menata ulang kembali hatiku yang telah hancur. Apa meninggal tempat ini untuk sementara waktu adalah jalan yang terbaik? Mungkin saja___ iya

" Za " panggilku

" Kaya nya aku mau pulang dulu aja " kataku dengan pandangan yang kurus kedepan tanpa melihat Khanza maupun Ning Akifa













Hay guys apa kabar..
Maaf nih udah lama nggak up..
Ada yang kangen Gus afeef sama Ghina nggak nih..

Jangan lupa ninggalin jejaknya..

Jumpa lagi di part selanjutnya guys

Tasbih Cinta Gus AfeefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang