part tujuh belas

488 61 5
                                    

Pagi ini ku awali dengan senyuman. Mengingat semalam, membuat pipiku tiba tiba memanas. Hari ini masih pukul delapan lima belas pagi. Karna hari ini kegiatan pesantren masih free, aku memutus untuk mengisi buku harian ku. Aku membuka buku dan mengambil pena yang berada diatas meja belajarku. Aku mencari halaman buku yang masih kosong dan mulai menggoreskan tinta hitam diatas kertas putih itu

Dear kamu..
Terimakasih untuk seutas senyum kasih yang terbit karna mu.. 
Pertemuan singkat yang lalu ternyata bukan hanya sekedar pertemuan..
Dimana dulu hanya sekedar mimpi sekarang akan menjadi nyata..
Selangkah lagi kamu dan aku akan menjadi kita..

Aku menutup buku harian ku bersamaan dengan Khanza yang membuka pintu

" Assalamualaikum " salam Khanza saat memasuki kamar

" Waalaikumsalam " jawabku diakhiri dengan senyum

Setelah menutup pintu, Khanza langsung menghampiriku yang sedang duduk diatas ranjang

" Mbak manten lagi ngapain nih? " Tanya Khanza dengan nada menggoda

Aku hanya menepuk bahu Khanza pelan sambil menahan senyumanku.

" Apa sih Za. Jangan gitu aku malu " balasku sambil menyembunyikan rona merah di pipiku

" Oh ya Za, kok santri- santri bilang, Gus Afeef jadi Gus Adnan ke dua? Kan emang gua Afeef anaknya Gus Adnan " tanyaku ke Khanza

" Dulu tuh, Ning Syifa juga santri disini. Singkat cerita mereka nikah tapi karena salah paham gitu. Terus banyak problem gitu di pernikahan mereka sampai buat Ning Syifa pergi dari Gus Adnan. Tapi akhirnya mereka bisa bahagia. Gitu sih yang aku tau " jelas Khanza panjang lebar

" Owhh, pantes sih santri-santri bilang gitu " sahutku

Aku tak menyangka akan menjadi salah satu wanita beruntung yang dipilih oleh salah satu keturunan dari keluarga besar kyai Abdullah. Bukan disebut keberuntungan tapi takdir Tuhan

" Gimana perasaan mu Ghin?" Tanya Khanza tiba tiba

"Perasaan apa Za?" Kataku dengan bingung

" Maksud ku gimana perasaan kamu udah otw jadi menantunya Gus Adnan " ulang Khanza

" Campur aduk Za " jawabku sambil memandangi buku harian ku

" Nggak bisa diungkapkan dengan kata kata " lanjutku lagi

Apakah ini yang dulu Ning Syifa rasakan saat akan menikah dengan Gus Adnan?

" Udah ah, ke taman pesantren yuk " ajak Khanza sambil berdiri dari duduknya

" Ngapain? " Tanyaku sambil menatapnya bingung

" Ya terserah Ghin, aku bosen dikamar terus " jawab Khanza

Aku hanya pasrah dengan kemauan Khanza. Aku langsung mengembalikan buku harian ketempat semula dan sedikit merapikan jilbabku didepan kaca

" Yuk " ajak Khanza yang  hanya aku angguki

" Yang ikhlas dong Ghin, nanti kalau kamu udah nikah kita enggak bisa kaya gini lagi " kata Khanza yang membuatku merasa bersalah saat melihat wajah sedihnya

" Kamu ngomong apa sih Za, aku juga nggak bakal jauh dari kamu " jawabku sambil memeluknya

" Malah jadi sedih gini, katanya mau ketaman " kataku sambil menampilkan senyum manis

Aku menarik pelan tangan Khanza pelan keluar kamar. Aku tak suka melihat sahabatku sedih apalagi menangis. Saat sampai di taman pesantren banyak santri yang sedang menikmati waktu kosong. Aku dan Khanza duduk dibawah pohon yang memang ditanam disana

" Rebahan disini enak kayanya Ghin " kata Khanza tiba tiba

" Rebahan aja Za " jawabku dengan menyandarkan punggungku sambil memejamkan mata

Aku langsung membuka mataku saat sudah tak mendengar suara Khanza lagi

" Kamu ngelihat apa sih Za? " Tanyaku saat melihat Khanza tak mengalihkan pandangannya dari satu titik

" Lihat itu Ghin " kata Khanza sambil menunjuk sesuatu

Aku langsung mengarahkan pandanganku kearah yang ditunjuk Khanza. Ternyata Rasya yang sedang berjongkok didepan masjid sambil mengelus kepala kucing yang terlihat sangat imut dan Rey yang hanya memperhatikan kembarannya sambil berdiri bersedekah dada

" Kucingnya lucu Ghin, jadi pengen nyulik yang pegang " kata Khanza ngelantur

" Kayanya kamu udah gila deh Za " kataku sambil memegang dahinya

" Ihhh Ghina " kata Khanza sambil mengerucutkan bibirnya

Aku langsung tertawa melihat raut wajahnya yang kesal

" Tapi dia terlalu abu abu buat aku Ghin " kata Khanza tanpa mengalihkan pandangannya dari Rasya

" Nggak ada yang nggak mungkin buat Allah Za " jawabku dengan lembut








Hay guys apa kabar
Maaf nih udah lama nggak up

Jangan lupa vote and coment kalian ya

Salam manis dari author





Tasbih Cinta Gus AfeefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang