part sebelas

787 82 4
                                    

Dulu aku tak pernah mengira akan menjadi bagian dari cerita hidupnya..
Jalan takdir memang indah..
Disaat aku sendiri tak yakin dengan impianku..
Tiba tiba dia datang dengan membawa sejuta harapan..
Bukan hanya sekedar mawar dan coklat, tapi mahar dan seperangkat alat sholat..
Ya dia Gus ku

Ku tutup buku harianku dengan senyum yang terus terukir diwajahku.kejadian kemarin masih terngiang ngiang jelas difikiranku. pasti bukan hanya aku yang beranggapan sebuah kata cinta yang dibuktikan dengan janji suci dihadapan tuhan adalah kado paling indah bagi kaum perempuan. Dimana saat dimana sebuah tangan seorang pria yang berani berjabat tangan dengan cinta pertama bagi semua perempuan, ayah.

Kapan nikah? Itu adalah pertanyaan horor untukku saat aku pulang dari pesantren. Dan aku selalu jawab dengan simple jodoh itu ditangan tuhan, kalau aku ambil duluan takutnya nggak sopan, tapi kalau nggak diambil ditanyain terus kan ghina jadi pusing. Dan sekarang dia datang. Pria yang mampu membuatku jatuh cinta hanya karna senyumnya

" Assalamualaikum " salam seseorang dari luar

Aku dan Khanza yang sedari tadi sibuk dengan novelnya  menoleh kearah pintu kamar dan ternyata seorang santriwati yang tak ku ketahui namanya

" Waalaikumsalam " jawabku dan Khanza

" Mbak ghina, dipanggil ke ndalem " kata santriwati itu

" Emang ada apa mbak? " tanyaku

" Katanya ada orang tuanya mbak " jawabnya

" Yaudah aku pamit dulu mbak, assalamualaikum " lanjutnya lagi

" Waalaikumsalam " jawabku dan Khanza

Aku langsung melihat kearah khanza yang tengah tersenyum sambil melihat kearahku

" Kenapa Za? Kok senyum senyum gitu? " Tanyaku dengan heran

" Kayanya om Fadli sama Tante indah kesini mau nentuin tanggal pertunangan kamu " kata Khanza sambil menerawang

" Udah ah aku ke ndalem dulu " jawabku sambil berusaha menutupi pipiku yang memerah

Aku langsung bergegas menuju ndalem. Ada rasa sedikit takut untuk menemui bunda dan ayah. Aku takut mereka marah karna tidak meminta pendapat mereka terlebih dahulu tentang rencana ini. Tapi aku mengenyahkan semua fikiran fikiran negatif tentang bunda dan ayah, walau bagaimanapun aku tetap salah disini

" Assalamualaikum " salamku saat memasuki rumah

" Waalaikumsalam" jawab semua orang yang berada di ruang tamu

Aku langsung tersenyum kikuk saat semua mata menatapku, terutama Gus afeef

" Sini sayang duduk " kata Ning Syifa kepadaku

Aku melangkahkan kaki ku untuk menyalami satu persatu dari ayah, bunda, Ning Syifa, ibu nyai, Ning akifa dan menangkupkan tanganku ke arah Gus afeef, Gus Adnan, dan Abah kyai. Aku duduk diantara bunda dan Ning Syifa tepat didepan Gus afeef

" Ghina " panggil bunda dengan nada lembut

Aku langsung menoleh kearah bunda yang sedang tersenyum tulus kepadaku

" Iya bunda " jawabku

" Kamu sudah yakin mau menikah sayang? " Tanya bunda dengan mengelus pucuk kepalaku

" Insya Allah bunda " jawabku pelan

Bunda langsung tersenyum kearahku

" Kalau ghina udah yakin mau menikah, ghina harus niatkan hanya untuk ibadah, meraih surganya Allah bersama dengan suami ghina. Dan ghina juga harus  tau, menikah bukan hanya sekedar menikah aja, tapi ghina juga harus siap dengan semua pahit manisnya pernikahan. Dan yang paling penting, ghina jangan pernah mengucapkan kata cerai. Ghina paham? " Kata bunda panjang lebar dengan nada lembut yang diakhiri dengan senyuman

" Ghina paham bunda, trimakasih " ucapku dan langsung memeluk bunda erat

" Ghina sayang bunda " lanjutku lagi dengan pelan

" Bunda juga sayang ghina " jawab bunda sambil membalas pelukanku

Setelan beberapa saat bunda mengurai pelukanku dengan pelan

" Udah ah melownya, nggak malu dilihat calon suami tuh " kata bunda sambil terkekeh

Aku langsung menoleh kearah Gus afeef yang mungkin sedari tadi memperhatikan aku

" Apaan sih bunda, malu tau " kataku

" Yaudah jadi kalian mau tanggal berapa buat tunangannya? " Tanya Ning Syifa dengan antusias

" Tapi jangan kelamaan ya feef? Soalnya ummah nggak sabar punya cucu " kata Ning Syifa lagi

" Ummah jangan gitu, istrinya afeef malu tuh " kata Gus afeef sambil terkekeh

" Masih calon boy " ralat Gus Adnan

Bukan hanya Gus afeef yang terkekeh saat mendengar ucapan ning Syifa tapi semua orang yang berada di ruang tamu. Aku hanya bisa menunduk sambil menyembunyikan pipiku yang bersemu merah

" Afeef pengen pertunangannya seminggu lagi dan pernikahannya sebulan setelah acara pertunangan, gimana? " Kata Gus afeef dengan serius

" Kalau ghina gimana? " Tanya kyai kakung kepadaku

" Kalau ghina ikut gimana baiknya aja kyai " kataku

" Kalau yang lain? " Tanya kyai kakung lagi

" Adnan setuju bah, lebih cepat lebih baik " ujar Gus Adnan

Semua orang setuju dengan ucapan Gus adnan

" Ghina mau mahar apa dari saya? " Tanya Gus afeef tiba tiba kepadaku

" Eh iya, kakak ipar mau minta mahar apa dari Abang? " Tanya Ning akifa menimpali

" Yang tidak memberatkan Gus afeef dan tidak merendahkan ghina " jawabku dengan mantap
















Hay guys..
Gimana kabar kalian..
Jaga kesehatan kalian, jangan sakit sakit..

Gimana nih pendapat kalian dipart ini..
Jangan lupa vote and comentnya..
Jangan jadi pembaca gelap🤫

Jumpa lagi dipart selanjutnya


Tasbih Cinta Gus AfeefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang