Ikhlaskan dia, untuk berada di sisi Tuhannya.
Hari kamis.Setelah melaksanakan piket kelas, Gea tidak berniat untuk langsung pulang. Setelah berpikir panjang dan menimang-nimang dengan matang, ia memutuskan untuk pergi ke SMA Kejora.
Oke, katakan kalau ini memang konyol.
Gea memang tahu kalau SMA Kejora tidak ada akur-akurnya sama sekali dengan SMA Angkasa. Bahkan, anak-anak SMA Angkasa enggan jika harus datang dan masuk ke pintu gerbang SMA Kejora. Sebenarnya, Gea juga enggan. Namun, ini lain kondisi. Ia berniat ke SMA Kejora bukan dengan niat kosong.
Ya, tujuan Gea datang ke SMA Kejora tak lain adalah untuk menemui seseorang yang biasa ia sebut dengan 'Cowok aneh'. Dengan letak keanehan berada di sifatnya yang musiman. Kemarin² lusa konyol, kemarin lusa dinginnya minta dibawa dijemur ke Gurun Sahara, dan kemarin—ah! Gea malas untuk menyebutkannya.
Bukan tanpa alasan juga Gea ingin menemui Dirgha. Ia ingin mengajak cowok itu ke lorong keramat. Cari mati memang, tapi dia sudah siap mental dengan bekal hafalan-hafalan ayat suci Al-Qur'an-nya. Gadis itu berniat untuk menyihir Si Jubah Hitam dengan hafalannya. Barangkali makhluk seram itu merasa terancam dan mau membuka mulut tentang Queena 2.0. Setelah itu, akan Gea lenyapkan dia dan kapaknya.
Kini, gadis dengan setelan seragam identitas SMA Angkasa itu tengah berada di depan pintu gerbang SMA Kejora. Nope, bukan tepat di depannya. Ia berada di semak-semak pinggiran gerbang. Lagian Gea masih waras untuk tidak terang-terangan berada di depan gerbang dengan badge SMA Angkasa yang terjahit rapi di lengan seragamnya.
Samar-samar, Gea melihat beberapa siswa berhamburan keluar gerbang dari balik dedaunan. Matanya terus menyapu satu persatu siswa untuk mencari Dirgha. Hingga kepadatan siswa telah berkurang. Namun, ia belum melihat batang hidung Si Cowok Aneh. Gea berdecak frustasi. Haruskah ia menyerah sekarang? Andai hubungan antara SMA Angkasa dan SMA Kejora terjalin baik, mungkin udah dari tadi gadis itu nyelonong masuk.
"Oke, mungkin gue harus nyerah sebelum ada yang mengetahui keberadaan gue," pikir Gea dalam hati. Tangannya meremat dedaunan yang ia petik secara tak sadar untuk menetralisir jantungnya yang tengah berpacu cepat.
"Ah nggak! Gue nggak boleh nyerah. Pokoknya nggak ada kata nyerah dalam kamus hidup gue!" Gea berpikir dua kali. Dengan semangat membara, ia membuang kasar dedaunan malang itu. Lalu mengepalkan tangannya erat seakan ada api berkobar di sekujur tubuhnya.
Masih dengan semangat 45 nya, Gea tetap menunggu hingga halaman sekolah terlihat sepi. Kini, hanya terlihat lalu lalang satu dua siswa. Sontak, matanya melebar kala melihat seseorang yang ia tunggu-tunggu tengah berjalan lurus dengan raut datar.
Tanpa cepika-cepiki pun, ia langsung keluar dari semak-semak dan memasuki pintu gerbang sekolah tanpa ragu. Karena sekarang disana hanya ada Dirgha. Ia berharap tidak ada murid lain disana.
Gea menuju ke arah Dirgha dengan sedikit berlari. Kemudian berdiri di depan Dirgha bak mencegat cowok itu. Terlihat, Dirgha sedikit terkejut melihat Gea datang ke sekolahnya. Namun, ekspresi itu hanya ditunjukkan sesaat. Dengan cepat Dirgha mengubah rautnya menjadi datar kembali.
"Minggir!" Ketus Dirgha kala Gea menghalangi jalannya.
Gea melongo, sedikit kaget dengan perubahan sikap Dirgha yang tiba-tiba . Dan apa tadi katanya? Minggir? Hel low, dia kira Gea sampai disini diantar oleh kepala sekolah? Tolong hargai dikit. Bahkan Gea harus menyiapkan mental untuk sampai kesini. Belum lagi ia harus lama menunggu di balik semak-semak. Dan lihat, apakah ini hasilnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL'S PUZZLE✔️ [END]
Horror[COMPLETED] ʜᴜᴍᴏʀʀᴏᴜꜱ-ʜᴏʀʀᴏʀ||ꜰᴀɴᴛᴀꜱɪ-ʀᴇᴍᴀᴊᴀ Mencari konspirasi mengenai perubahan sikap Queena, sahabatnya membuat Gea terseret ke dalam lingkar teka-teki yang diciptakan jiwa tersesat yang ingin 'menuntut keadilan'. Bagi Gea, inilah yang akan menj...