𝔻ℙ [26] || Benci-Bencana.

85 26 15
                                    

Nggak usah percaya sama dia, orang ngelantur bisa ngomong apa saja.


Dirgha melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tidak bisa mengendalikan emosinya. Cowok itu memukul keras stang motornya. Dengan gerutuan yang ia keluarkan berkali-kali.


Sampai pada akhirnya ia melihat ada dua preman yang menagih uang di kedai Bu Hani yang sudah tak jauh darinya. Seketika, tangannya terkepal erat dengan buku-buku jarinya yang memutih dan nafas naik turun. Cowok itu semakin mempercepat laju motornya, kemudian menepikannya di depan kedai Bu Hani dengan cepat. Dan melepas helmnya lalu turun dari motornya.

Dengan gesit, ia menarik kerah belakang salah satu preman tersebut. Sontak, preman itu menoleh ke arah Dirgha. Bersamaan dengan itu, cowok remaja itu langsung menojok keras pipi kanan preman bertato dengan gaya sok sangar itu. Membuat si preman meringis kesakitan.

Melihat kawannya yang lebam karena tonjokan Dirgha, sontak preman yang satunya itu menarik kerah seragam Dirgha. Lalu menojok pipi cowok itu dengan keras.

Bukannya mengaduh kesaktian, Dirgha malah terkekeh mengejek. "Kurang keras bang, mau gue contohin?" tekannya yang sengaja memanasi preman itu.

Bugh

Dengan cepat, Dirgha menendang perut preman tersebut. Bahkan preman beranting banyak itu tidak sempat menghindar. "Wow, padahal ini masih level ringan," kekeh Dirgha. Tersenyum miring ketika berhasil melampiaskan kekesalannya sekaligus menambah pahalanya karena membantu Bu Hani.

Kedua preman itu sedikit kaget ketika melihat name tag Dirgha. Mereka menelan salivanya kasar. Jelas mereka tahu siapa Sadewa Dirgha. Bahkan semua komplotan preman pada tahu dan pernah merasakan tonjokan dari pemuda itu.

Dengan tangan yang masih memegangi luka masing-masing, keduanya langsung pergi tanpa kata-kata.

Melihatnya, Dirgha semakin tersenyum miring, kepuasan menjalar di hatinya. Kemudian ia menoleh ke arah Bu Hani yang masih memandangnya dengan raut tak percaya dan mulut menganga yang ia tutupi dengan kedua tangannya.

Dirgha mengubah senyum miringnya menjadi senyum manis yang biasa ia tunjukkan pada Bu Hani. "Ibu nggak papa?" tanyanya seraya berjalan mendekat ke arah wanita yang ia sayangi selain mama kandungnya dan Mama Ratna.

Bukannya menjawab, Bu Hani malah memukul pelan bahu Dirgha, membuat cowok itu mengaduh kesaktian. "Sekarang dipukul dikit mengaduh, padahal tadi ditonjok malah tersenyum," cibir Bu Hani yang membuat Dirgha terbahak.

"Soalnya pukulan preman itu hanya terasa kayak cubitan manja," balas Dirgha dengan entengnya. Tersenyum lalu terbahak.

"Bisa aja. Ibu kaget lho saat tahu ternyata kamu pandai bela diri," puji Bu Hani dengan sorot kagum. Membuat Dirgha pede dan merapikan kerah seragamnya agar terlihat berwibawa.

Melihat tingkah Dirgha, Bu Hani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ternyata anak itu punya sisi sombong juga.

"Eh, tadi Gea kesini," celetuk Bu Hani saat teringat kedatangan Gea tadi.

Dirgha terdiam. Itu membuatnya teringat pada cewek yang sudah ia klaim sebagai pacarnya.

"Dia datang sama cowok, kalau kalau tidak sih namanya De—ah De siapa ya?" lanjut Bu Hani seraya mengingat-ingat nama cowok yang datang bersama Gea tadi.

"Dean," sahut Dirgha yang langsung bertanggap cepat.

Melihat raut muka Dirgha yang berubah, Bu Hani mengernyitkan keningnya. "Kalian lagi nggak ada masalah kan?"

DEVIL'S PUZZLE✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang