Mengapa lo mengklaim kalau cuma lo yang tersakiti, dan cuma gue yang bersalah?
"Demi apa, si Noni Belanda itu kayak nya punya dendam kesumat sama gue. Tadinya nyuruh ngerjain tugas ini itu, udah gue turutin! Masih aja kena sembur! Mana lagi plus dapet hukuman ngebersihin got lagi. Ah, sumpah! Nih hasrat syaiton gue jadi pengen njeblosin kaki tuh Noni Belanda ke got sekalian!" cerocos Brian panjang, bahkan karena saking asyiknya nyerocos, pisang goreng yang ada ditangannya masih utuh."Aku murid baik, aku diam. Aku diam, karena aku murid baik. Sebagai murid baik, aku diam. Diam a—"
"Bacot lo, cih." Brian melemparkan pisang goreng yang yang sedaritadi belum ia makan kearah muka Darel. Membuat Darel reflek melotot ketika pisang tersebut tepat mengenai matanya. "Makan noh! Lo mah enak," kesal Brian yang disertai cengengesan Darel.
Darel menangkap pisang malang yang bertengger di atas hidungnya. "Enak banget. Pertama, gue nggak dihukum sama Bu Noni. Kedua, gue dapet pisang gratis. Masih utuh lagi, muah..." girang Darel seraya mengecup pisang goreng itu. Membuat Brian kembali berdecih.
"Ogeb!" Suara dingin itu mengingatkan dua kawanan yang tengah debat dengan topik unfaedah itu. Mereka menolehkan kepalanya kearah Dirgha yang selalu mengasingkan diri dari mereka dengan alasan mencari ketenangan. Dih! Rasanya Brian ingin berbisik lalu tiba-tiba berteriak di telinga Dirgha dengan berkata 'kalau lo gak tenang punya teman, yaudah... GAK USAH PUNYA TEMAN SEKALIAN!'. Tapi ia masih punya hati dan tidak sejahat itu. Lagian ia juga tidak mau kalau Dirgha menjauh bahkan membencinya hanya karena satu kalimat yang masih tertahan itu.
"Apa itu ogeb?" tanya Darel dengan tampang sok polos yang dibuat-buat. Menatap Dirgha penuh tanda tanya.
Lama tidak mendapat respon dari Dirgha, kini tatapan sok polos dengan penuh tanda tanya itu beralih ke arah Brian yang kelihatannya sudah tidak bisa menampung kejengkelannya. Tanpa berpikir, lantas Brian menjambak rambut Darel yang membuat cowok itu menjerit kesakitan. "Eh, lepas! Sakit ogeb!" sentak Darel seraya menghempaskan tangan Brian kasar.
"Wuihhh, kutu nya terbang-terbang!" heboh Brian. Tangannya menengadah seakan-akan mau menangkap kutu-kutu yang turun dari surga mereka alias rambut Darel.
"Mana ada kutu. Emang ya, tuh mata udah nggak normal kali," cibir Darel seraya merapikan rambutnya kembali.
"Ehh, beneran lo nggak tahu ogeb?" tanya Brian yang kini menatap Darel dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Aku polos, aku nggak tahu. Aku nggak tahu, karena aku polos. Sebagai cowok polos, aku ng—" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba mulut Darel dibungkam kasar oleh tangan Brian.
"Kalau lo nggak tahu, namanya bukan polos tapi bego!" Sembur Brian dengan mendekatkan mulutnya dengan mulut Darel 'yang untungnya' masih terhalang oleh tangannya.
"Beo apaan? Ang buat ngali tanah itu ya?" Tanya Darel dengan mulut yang masih tersumpal oleh tangan Brian yang bau.
"Kawannya sekop." Mungkin kesabaran Brian sudah hampir habis. Ia jauhkan tangannya dari mulut Darel. Kemudian langsung ia gunakan untuk menujuk wajah Darel. "Entah mengapa, si Noni Belanda itu malah selalu pilih kasih sama lo daripada sama gue. Jelas-jelas gue lebih pintar bin cerdas daripada lo."
Seraya memegang pundak Brian dengan senyum, Darel berkata, "bro, sekarang mah yang pintar kalah dengan yang ganteng. Gue kan ganteng nih ya, jadi wajar dong kalau kasihnya Bu Noni lebih ke gue daripada lo." Ia masih tersenyum sok menguatkan kawannya. Walau kemudian langsung membenarkan dasinya dengan gaya sok keren. "Emang napa lo? Kok nggak seneng banget kalau Bu Noni milih gue. Apa jangan-jangan lo cemburu ya," terka Darel yang membuat Brian membolakan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL'S PUZZLE✔️ [END]
Horror[COMPLETED] ʜᴜᴍᴏʀʀᴏᴜꜱ-ʜᴏʀʀᴏʀ||ꜰᴀɴᴛᴀꜱɪ-ʀᴇᴍᴀᴊᴀ Mencari konspirasi mengenai perubahan sikap Queena, sahabatnya membuat Gea terseret ke dalam lingkar teka-teki yang diciptakan jiwa tersesat yang ingin 'menuntut keadilan'. Bagi Gea, inilah yang akan menj...