𝔻ℙ [40] || The End.

138 33 13
                                    

"Mungkin kata 'diem' akan menjadi kata terakhir untuk kita. Berbahagialah bersama dia. Berangan kalau lo akan meneriaki nama gue, mencekal tangan gue, dan mencegah gue pergi, adalah harapan yang mustahil.

from: Dean yang terpojokkan:/

•𝔻𝔼𝕍𝕀𝕃'𝕊 ℙ𝕌ℤℤ𝕃𝔼•


"Queena bilang di pemukiman kumuh di jalan Karang no 10. Tapi disini nggak ada pemukiman kumuhnya," celetuk Gea yang sudah berada di jalan Karang no 10 bersama dengan Dirgha. Pandangannya mengarah ke seluruh penjuru tempat itu untuk mencari pemukiman kumuh. Namun netranya hanya menangkap pepohonan rindang dan sebuah gubuk yang sudah tidak asing lagi baginya.

Sebuah gubuk tua dengan kayunya yang sudah melapuk. Namun masih berdiri dengan tegak. Seketika kilas balik tentang perjalanannya saat koma memenuhi benaknya. Sekali lagi ia kecewa dengan Dean. Ah! Lebih tepatnya dengan jin yang merasuki tubuh Dean. Mengapa dengan teganya ia menyerahkan Queena kepada Si Jubah Hitam? Sama saja dia juga menjadi dalang dibalik permainan ini.

"Pemukiman kumuhnya memang berada di tempat yang sama, namun dimensinya berbeda. Bukannya lo udah berpikir begitu dari awal. Terus ngapain lo nanya?" tukas Dirgha.

Gea terhenyak. Ia memang sudah berpikir seperti itu. Lagian apa salahnya nanya, toh belum tentu juga pemikirannya benar. "Ya suka-suka gue lah!" sembur Gea.

"Iya dah! Suka-suka lo," imbuh Dirgha.

"Gue heran. Lo beneran Sadewa kan? Maksudnya... kok dari tadi lo ngalah gitu aja," tanya Gea dengan kernyitan di dahinya. Berjaga-jaga dengan cowok aneh yang bertingkah aneh malam ini.

"Diem! Tujuan kita ke sini untuk menemui Queena kan?" sela Dirgha.

Gea mengangguk. "Ya iya lah! Ya kali mau nyapu jalanan."

"Kita udah telat!" sambung Dirgha yang langsung mendapat pelototan dari Gea.

"Maksud lo?"

"Coba lo cek sekarang jam berapa," suruh Dirgha.

Dengan cepat, Gea pun mengeluarkan ponselnya dari saku cardigannya. "Satu kurang sepuluh menit," ejanya dengan mantengin layar hp nya.

"Lo lihat bulan di atas," perintah Dirgha kemudian.

Sempat mendengus sebal, kemudian Gea mendongakkan kepalanya ke atas. Ia sempat terkagum ketika melihat bulan purnama utuh yang bersinar terang di antara bintang-bintang. Mengapa ia baru ngeh kalau sekarang bulan purnama?

"Bulan purnama," gumam Gea yang masih setia mendongakkan kepalanya.

"Tepat pukul dua belas pada bulan purnama menjadi kemungkinan untuk arwah keluar dari raga yang di tempati. Lo tahu tentang berita kematian Keyra?"

"Nggak tahu sih. Cuma pernah dengar aja," balas Gea. Mengingat-ingat isi chat yang ada di grup angkatan. Ada ribuan chat yang masuk. Namun boro-boro ia mau nimbrung, nyimak saja males.

"Keyra dibunuh Si Jubah Hitam karena telah mengirim jampi-jampi pada Queesya. Ia merasa dibohongi oleh setan berwujud Queena itu. Karena menaruh dendam pada Queesya, lantas ia meminta Pak Karto untuk menyakiti Queesya. Lo juga tahu kan berita kematian dukun yang tinggal di pojok hutan itu?"

Tanpa mengeluarkan suara, Gea hanya mengangguk. Berita itu juga dibicarakan di grup angkatan.

"Dia juga dibunuh Si Jubah Hitam. Antara kematian Keyra dan Pak Karto, sebenarnya ada hubungannya karena pembunuh mereka yang sama. Namun setelah Si Jubah Hitam membunuh keduanya, Queesya tetap merasa kesakitan. Ia sudah tidak bisa bertahan dalam raganya Queena. Lalu ia pun memutuskan untuk keluar dari raga Queena. Walaupun Si Jubah Hitam menolak, tapi Queesya tetap bersikeras dengan mengeluarkan banyak alasan. Dendamnya sudah terbalaskan, jadi ia ingin pergi ke atas."

DEVIL'S PUZZLE✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang