𝔻ℙ [17] || Si Jilbab Hitam.

116 28 18
                                    

Gue tahu lo bisa nglewatin semua ini Ge, tapi dengan cara blak-blakan seperti ini nggak akan bisa ngasih solusi.


Kini Gea dan Dirgha telah berada di suatu pemakaman. Setelah acara pemakaman jasad Vanes usai, mereka merencanakan untuk langsung  pulang. Lagian tadi Dirgha juga sudah menyampaikan pesan dari Vanes kepada mamanya.

Walau awalnya Bu Rita a.k.a mama Vanes sempat terkejut bahkan hampir tidak percaya dan menangis disertai sesegukan. Namun, perlahan wanita itu sudah bisa ikhlas untuk melepas kepergian putrinya. Karena bagaimanapun ini sudah menjadi garis takdir Sang Pencipta. 

Saat mereka akan berbalik, tiba-tiba ada seseorang yang mencegat mereka. "Gue ngerasa ada yang aneh," ujarnya dengan tersenyum sinis.

Gea mendongak, "ini bukan urusan lo dan kami tidak melakukan hal-hal yang tidak pantas pada Vanes," ujarnya seraya berlalu melewati Keyra yang masih memandanginya dengan raut sinis.

Sementara Dirgha juga ikut berlalu tanpa menoleh sedikitpun kearah Keyra.

Kini Gea dan Dirgha berjalan beriringan di antara jajaran makam. Namun, tiba-tiba Gea menghentikan langkahnya, reflek Dirgha pun juga ikut berhenti. Terlihat, Gea berpikir sejenak. Tak lama, gadis itu pun berjalan ke arah kiri.

Melihat langkah Gea yang tak searah dengan jalan keluar area makam, Dirgha mengernyitkan dahinya. Namun, tanpa berpikir panjang Dirgha pun memilih untuk mengikuti Gea.

Lagi-lagi Gea menghentikan langkahnya, tapi bukan dengan raut berpikir seperti tadi karena sekarang ia memperlihatkan ekspresi terkejut. Itu semakin membuat Dirgha bingung.

"Ada apa?" tanya Dirgha pada akhirnya. Gerak-gerik Gea membuatnya penasaran. Gea menggeleng sebagai jawaban. Melihatnya, Dirgha berdecak. "Lo bohong," sahutnya dengan netranya yang mengikuti arah pandang Gea. Netra Dirgha menangkap dua orang wanita yang mungkin berumur kepala empat tengah beradu argumen di depan salah satu makam.

"Terserah kamu, saya ada urusan," ujar salah satu wanita dengan pakaian serba hitam serta jilbab hitamnya yang menutupi hampir seluruh wajahnya.

"Kenapa wanita itu bisa bersama mama di dekat makam papa?" gumam Gea lirih. Namun masih terdengar jelas oleh Dirgha.

"Siapa mereka?" tanya Dirgha yang semakin dilanda penasaran.

"Dia mama, dan yang satunya—" Gea menggantungkan kalimatnya. Matanya menatap nanar wanita berjilbab hitam yang telah berlalu meninggalkan mamanya yang masih mengumpat di depan makam papanya. Huft! Bukannya mendoakan Rio, Kirana malah mengumpat di depan makamnya.

Dirgha menyerngit, "siapa?"

"Gue nggak tahu. Yang jelas, orang itu selalu datang ke makam papa gue." Gea menghembuskan nafasnya. Kemudian ia menoleh ke arah Dirgha yang ternyata tengah menatapnya secara lekat. Gea membalas tatapan itu tak kalah lekat.

"Dia misterius, jilbab hitamnya seakan-akan digunakan untuk menutup diri agar identitasnya tidak diketahui," tutur Gea palan. Bermaksud agar Kirana tak mengetahui keberadaannya.

Dirgha memutuskan tatapan itu. Kini, tatapannya kembali beralih ke arah Kirana yang masih berada di dekat makam Rio. "Sedikit mencurigakan," gumam Dirgha.

"Kenapa harus ada kata sedikit?" desis Gea. Seketika ia ingat mengenai surat perceraian Kirana dan Bram tempo hari lalu. Apakah ini ada kaitannya?

Gea tidak menyangka bahwa hidupnya bisa serumit ini. Awalnya ia hanya menyangka kalau kehidupannya hanya akan berjalan biasa. Namun, setelah papanya terbukti membunuh seseorang hingga beliau telah meninggal, hidupnya berubah drastis.

DEVIL'S PUZZLE✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang