04

4K 595 279
                                    

warn! bahasa agak vulgar
(ノ°∀°)ノ

keesokan harinya, sesuai janji yang telah keduanya buat kemarin. demi kenyamanan pihak yang merasa dirugikan, baik jungwon maupun jay kini sudah duduk berhadapan.

"jadi tolong jelasin dari awal,"

"jelasin apa? tentang kita yang ketemu di bar?" tanya jungwon dan dibalas anggukan cepat dari laki laki di depannya.

"gue juga gak begitu inget karena malam gue juga posisi mabuk. yang gue inget, lo dateng ke tempat gue terus lo pesan kamar buat kita. dan lo yang mulai duluan," ya kalimat yang jungwon susun memang sengaja agar terkesan menyalahkan jay.

"demi tuhan, gue sama sekali gak inget malam itu. tapi yang gue inget jelas dua minggu yang lalu itu mabuk paling berat selama hidup gue," balas jay.

"tapi disini bukannya gue gak mau disalahin. tapi disana keadaannya lo masih setengah sadar. tapi kenapa lo gak cegah gue?" lanjut jay sambil menatap wajah yang lebih muda.

jungwon menghela nafasnya lalu mengusap wajahnya kasar, "gue sebenarnya gak mau bilang ini. tapi saat ini lo bener bener gak ngasi gue kesempatan buat ngelawan. bahkan pas gue sadar ada banyak kissmarks di leher sampai bagian dada gue,"

"lo yakin itu anak gue?"

pertanyaan jay membuat wajah jungwon langsung kosong tak bisa dideskripsikan. wajahnya benar benar datar. sedetik setelahnya kelopak matanya mulai basah.

"LO PIKIR GUE JALANG YANG SEENAKNYA MAU BERHUBUNGAN DENGAN SEMUA ORANG?" nada bicara jungwon agak mengninggi membuat jay sedikit panik. walaupun kafe sedang sepi tapi tetap saja.

"maaf, maksud gue bukan gitu. tapi gue bener bener gak inget pernah melakukan seks sama siapapun," balas jay sambil perlahan menghapus air mata jungwon yang satu persatu mulai berjatuhan.

"gue gak tau harus ngomong apa lagi biar lo percaya. gue bener bener cuma berhubungan badan sama lo jay," setelahnya jungwon mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang sengaja ia bawa.

tek!

benda itu diletakan tepat dihadapan jay. test pack dengan dua garis merah yang terlihat sangat jelas.

"ini test pack yang gue pakai kemarin, dan hasilnya masih positif," perlahan jungwon menarik tangan jay untuk ia genggam. berusaha meyakinkan laki laki itu.

"papa mama minta lo buat kerumah segera,"

jay hanya diam saat jungwon mengusap usap jemari nya yang lebih besar. pikirannya masih kalang kabut. belum juga masalah dengan kekasihnya selesai sudah muncul masalah baru yang lebih serius sekarang.

jungwon tidak lama tiba tiba lari menuju kamar mandi yang kebetulan tidak jauh dari tempat mereka.

"huek! huek!"

melihat jungwon membuat jay semakin merasa bersalah. jay berdiri tidak jauh dari tempat jungwon. setelah selesai dengan masalah mualnya jungwon bersandar pada wastafel dan menatap jay dengan wajah sayu.

"gak papa?" tanya jay khawatir sambil berjalan mendekat.

jungwon mengangguk. "gak papa, udah biasa," katanya berjalan keluar dari kamar mandi dengan tangan memegang perutnya.

sebelum jungwon keluar, jay menahan tangan laki laki manis itu. lalu menatap jungwon lamat lamat. "besok gue bakal ketemu orang tua lo,"

jungwon tersenyum tipis, padahal ia berusah keras menahan wajah bahagianya. karena rencana nya berhasil.

"boleh gue pegang?" tanya jay, tentu jungwon tahu maksud pembicaraan laki laki yang lebih tua itu. perlahan si manis mengaggukkan kepalanya. dan jay langsung bersimpuh, berusaha mensejajarkan kepalanya dengan perut jungwon yang masih rata.

"sehat sehat ya disana," ucapnya dengan tangan mengusap usap perut si empu nya pelan. walaupun sejujurnya jay tidak begitu yakin, bukan tidak yakin hanya saja belum bisa mempercayai semua ini.

[the truth untold]

pembicaraan mereka berakhir dan keduanya pulang ke rumah masing masing. kebetulan saat jay pulang baik mami ataupun papinya sedang bersantai di ruang keluarga.

"pi, mi, jay mau ngomong sesuatu,"

"kenapa? ayo ikut duduk disini," panggil maminya sambil menepuk nepuk tempat kosong disebelahnya. bukannya duduk disana jay malah jongkok dihadapan kedua orang tuanya.

"tumben, kenapa sih kamu. mukanya serius banget kaya habis hamilin anak orang aja," celetuk sang papi bercanda.

"papi bener," balas jay menunduk. membuat kedua orang tuanya terheran heran.

"papi bercanda kali ah. serius banget kamu,"

jay menggeleng, lalu menggenggam tangan masing orang tuanya. "jay hamilin anak orang pi,"

"ah, jangan bercanda kamu,"

jay menundukkan kepalanya tidak sanggup melihat raut wajah kecewa dari orang tuanya. "maaf pi, maaf mi. jay jadi cowok brengsek. jay tahu jay salah,"

"siapa yang kamu hamilin jay? helena?" tangan maminya menarik dagu jay perlahan agar menatap kearahnya.

lagi lagi jay menggeleng. "bukan mi, namanya jungwon."

"jungwon?"

"aku tau ini aneh. dia laki laki dan dia bisa hamil. dan sekarang dia lagi mengandung anak jay mi. jay harus tanggung jawab, karena ini total salah aku,"

"besok jay bakal ketemu sama orang tua jungwon," lanjutnya membuat kedua orang tuanya sedikit kaget, walaupun kecewa tapi baik papi atau pun maminya merasa bangga melihat sang anak yang mau bertanggung jawab atas kesalahannya.

"kata siapa kamu boleh pergi kesana?" ucap papinya dengan nada ketus yang susah diartikan. membuat jay kembali menundukkan kepalanya.









"kita pergi kesana bareng barenglah," kata sang papi.

jay langsung menegakkan kepalanya dan mematap kedua orang tuanya tidak percaya. lalu memeluk keduanya erat.
"makasih pi, mi,"

"udah kamu minggir, papi sama mami jadi kelewatan drama nya kan," gurau papinya membuat jay tersenyum bahagia.

[the truth untold]

pagi ini kelarga jay sudah siap siap untuk datang kerumah keluarga jungwon. jay juga sudah meminta calon nya itu untuk mengirimkan alamat rumahnya. dengan pakaian teramat rapi jay duduk di kursi kemudi dengan kedua orang tuanya duduk di kursi belakang. ia persis seperti supir taksi.

"mami masih belum nyangka sebentar lagi udah mau punya cucu pi,"

"sama mi, padahal dari dulu anak kamu itu terus minta dibuatkan adik. tapi sekarang udah mandiri, buat adik sendiri,"

sebenarnya keluarga jay sangat humoris, terutama papinya. entah sikap sok keren jay datangnya dari mana. tapi sayangnya karena kedua orang tuanya terlalu sibuk, terkadang jay selalu merasa kesepian.

"kalo mau ghibah jangan didepan orang nya juga dong," protes jay dari depan.

"mana ada ghibahin dari depan orang mami sama papi duduk dibelakang,"

jay mau protes, tapi benar juga.

tidak lama keluarga jay sampai di depan rumah jungwon.

tok!
tok!

pintu itu terbuka menampilkan sosok laki laki berseragam rapi.



"JAMES?"

"JHONNY?"

————————

jadi nikah ga kira kira?

A/N jangan lupa vote🤍

the truth untold Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang