Aku menghadiri acara pernikahan teman lama ku yang hampir jarang bertemu. Namun kami masih sering berkomunikasi ya walaupun melalui telpon. Aku ikut bahagia karena dia menikah dgn wanita pilihannya dan aku tidak menyangkah jika dia akan menikah secepat ini jika melihat sikapnya yang dingin dan pendiam.
Gedung ini terlihat sangat mewah, berbeda dgn acara pernikahan ku sebelumnya yang hanya di hadiri oleh keluarga terdekat saja, bahkan hampir semua pengawai dikantorku tidak tau wajah istriku, mereka hanya mengetahui jika aku sudah menikah, itu saja.
Yaa, aku memang tidak pernah membawanya kekantor dan dia pun tidak menuntut akan itu, di tambah lagi dia sibuk kuliah jadi tidak ada waktu untuk datang kemari, mungkin bisa meluangkan waktu sebentar jika aku yang memintanya. Dia gadis yang sangat baik, semua harus atas ijinku dan aku beruntung memilikinya.
Tapi itu dulu.
Aku telah menyia-nyiakan gadis yang sangat baik. Dia rela mengorbankan segalanya untukku dan aku bodoh tidak pernah mengerti ataupun memahaminya. Betapa buruknya aku yang sangat egois akan diriku sendiri tanpa memikirkan perasaannya. Aku menyesal, sangatt.
Bodohnya aku.
Aku berjalan dan sesekali membalas sapaan orang yang menyapa memanggilku, hingga akhirnya aku stuck disini. Bersama rekan kerjaku dan para pembisnis lainnya, mereka semua membicarakan tentang bisnis yang membuatku hanya mengangguk-angguk dgn senyuman tipis diwajah. Aku sungguh bosan terjebak disini bersama mereka semua, aku ingin segera pulang dan mengistirahatkan tubuh serta pikiranku. Aku lelah karena beberapa hari ini terus menerus mencari nya, dan otakku terasa sakit setiap kali aku gagal dan berpikir keras kemana dia berada.
Aku menenguk minumanku dgn mereka yang masih asik berbicara. Aku seperti seorang patung yang hanya diam dgn pikiranku sendiri.
Menghela nafas sejenak.
Kulihat semua orang asik menikmati acara pernikahan ini, namun tidak dgnku, aku merasa bosan.
Aku mengerutkan dahiku dan menyipitkan mataku untuk memastikan, saat melihat orang-orang yang menghadiri acara ini tanpa sengaja aku melihatnya.
Ya itu dia.
Aku yakin itu dia, tanpa berpamit kakiku membawa tubuhku kearahnya. Rekan kerjaku yang memanggilkupun tidak ku hiraukan karena ingin memastikan yang kulihat ini. Langkahku terus berjalan kearahnya yang sedang duduk menikmati sebuah kue coklat. Tubuh ku bergetar, karena itu memang dia, Dia yang kucari selama ini. Dia terlihat berbeda, sangat cantik namun terlihat sedikit kurus. Apa dia tidak baik-baik saja selama ini?.
Langkahku berhenti tepat di depannya. Dia yang tidak menyadari keberadaan hanya diam tanpa bicara. Aku terus memandanginya, hingga suara ponselnya terdengar, dia mengambil ponsel itu dari tas kecil yang dia bawa, kulihat dia menjawab panggilan itu lalu mengatakan "Iya, baiklah" setelah itu mengakhiri panggilan lalu berdiri dgn raut wajah yang terlihat panik.
Dia terkejut saat pandangan matanya tertuju padaku. Wajah yang kurindukan ada didepanku saat ini, namun kenapa dia terlihat biasa saja.
"Maaf, permisi." katanya lalu berjalan meninggalkan ku begitu saja.
"Kookie tunggu." aku menarik pergelangan tangannya untuk menghentikan langkahnya.
"Maaf, kita bukan muhrim." katanya setelah melepaskan tanganku pada pergelangan tangannya.
Dia berbalik akan meninggalkan ku lagi namun aku mencegahnya.
"Kookie aku mau bicara." dia tidak mendengarkanku, langkahnya terus berjalan hingga keluar dari gedung tersebut. Aku yang tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya terus mengikuti dari belakang.
" Kookie kumohon, aku ingin berbicara dgnmu." langkahku berhenti karena melihatnya yang berhenti seketika.
"Ada apa? Tolong cepat, aku sedang terburu-buru." katanya yang enggan menoleh kearahku. Nada bicaranya kenapa terasa asing bagiku, apa beberapa bulan ini telah merubahnya seperti itu?.
"Kemana saja kamu selama ini? Aku mencarimu kemana-mana tapi tidak pernah ketemu." terasa canggung saat sikap nya yang dulu begitu ramah kini berubah menjadi dingin.
"Aku tidak bisa memberitahu, sudah tidak ada lagi yang dibicarakan bukan?. Aku harus pergi."
"Tunggu." aku mencegahnya agar tidak pergi dariku begitu saja.
"Aku minta maaf kookie, kumohon maafkan aku." aku mengatakan itu semua dgn tulus, aku sadar bahwa ini semua memang kesalahan dan kebodohanku.
Dia diam.
Aku tau ini semua pasti sudah terlambat, aku terlalu banyak menyakitinya hingga dia tidak bisa memaafkan ku.
"Aku sudah memaafkanmu." setelah jungkook mengatakan itu dia pergi begitu saja dgn tergesa-gesa. Entah ada apa dgnnya. Dia menuju pada mobil yang berwarna putih.
"Aku seperti kenal mobil itu." gumam ku sambil menginggat-ingat.
"sebentar itu mobil Ibu mertuakan?." aku langsung masuk kedalam mobilku saat aku ingat bahwa mobil itu milik ibu mertua ku.
Melajukan mobil dgn kecepatan penuh agar bisa mengikutinya dari belakang.
"Semenjak kapan dia bisa membawa mobil sendiri." gumamku yang masih terus menatap mobil didepanku.
.
.
.Mobil itu berhenti tepat didepan Rumah Sakit besar. Aku mengerutkan dahiku bingung, siapa yang berada disini?.
Kulihat jungkook turun dari mobil lalu berjalan masuk kedalam dgn raut wajah yang panik. Aku yang khawatir memutuskan mengikutinya dari belakang.
Sebuah ruangan, jungkook masuk kedalam sebuah ruangan. Aku tidak tau siapa yang berada disana. Namun karna rasa penasaranku kini aku sudah berada diambang pintu untuk melihat orang tersebut.
Kedua bola mataku melebar, terkejut. Itu Mama Jin,ibu mertuaku. Aku langsung masuk tanpa permisi hingga semua orang yang berada didalam ruangan itu melihat kearahku.
"Tae. Kamu disini?." tanya ibu mertuaku, aku mengangguk mengiyahkan lalu berjalan mendekat kearahnya. Kulirik jungkook yang sedang berada disamping ibu mertuaku, dia hanya melihatku sekilas lalu membuang muka seolah kita tidak saling kenal.
Sakit.
Kenapa sakit sekali.
"Mama sakit apa? Kenapa tidak memberitahu tae?." ibu mertuaku tersenyum lembut sambil menggelengkan kepalanya.
"Maafkan tae ma." ujarku penuh penyesalan.
Selama jungkook pergi aku terbilang tidak pernah melihat nya hanya sekedar untuk menjenguk, aku lupa akan kewajibanku, aku melupakan orang sekitarku hanya untuk mencari orang yan sangat berharga untukku.
"Mama baik-baik saja taehyung. Kamu tidak perlu khawatir, darah tinggi mama dgn kambuh saja, sebentar lagi juga membaik."
Kedepannya bagaimana??
Komen yuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Dalam Diam [Taekook]
Romance(Completed) Aku mencintainya dan aku selalu berdoa agar dia di kirimkan untukku. namun aku tidak tau rencana apa yang sedang Allah takdirkan untukku. _Jjk_