Rindu Mama

117 36 36
                                        

"Kenangan akan terus berputar selama ingatan itu masih ada. Hal yang paling menyakitkan adalah kenangan buruk yang sudah merusak mental dan jiwa."

DEA

Dea mengerjapkan matanya beberapa kali, ia mengedarkan pandangan ke sekitarnya kemudian terkejut karena dirinya berpindah tempat dan suasana lingkungannya berubah.

"Apa sekarang gue melompati waktu??" gumamnya kepada dirinya sendiri sambil menutup mulut menganga tidak percaya.

Sekarang dirinya berada di suatu sekolah, Dea tertawa mengingat sekolahnya dulu. Ia melihat beberapa anak kecil memasuki kelas dan Dea mengikutinya, ia memasuki kelasnya dimana Dea kecil berada.

"Dea, kamu udah ngerjain tugas??"

"Belum nih, gimana ya?? Eh, liat tugas kamu!!" Dea kecil murung dan mengajak temannya untuk meminta bantuan kepada teman kelasnya yang lain.

"Aduh, ternyata gue emang nggak rajin dari dulu, jadi malu sendiri."

Dea keluar kelas dan berkeliling dengan riang, ia tidak peduli karena keberadaannya memang tidak terlihat di sana. Ia bebas sehingga dapat melompat dari atas gedung dan terjun namun dirinya masih baik-baik saja.

"Lalalalala ...."

Langkahnya terhenti melihat toko makanan yang dulu sangat ia sukai.

"Aaaa!!! Gue mau!!! Cemilan kesayangan gue!!" Dea kecewa hanya bisa menatapnya tanpa dapat memegang cemilan kesukaannya itu. Ia duduk di atas meja toko dan melihat sekolahnya dari sana.

Pandangan Dea berubah lagi ke tempat lain di saat sedang memandang bangunan sekolah masa kecilnya. Sepertinya mulai sekarang, ia sudah tidak terkejut lagi dan akan mulai terbiasa.

Dea menyadari dirinya sedang duduk di atas pagar melihat Dea kecil memasuki rumah bersama Lena.

Dea mengikuti kedua anak kecil itu yang memasuki rumah dan masuk ke dalam. Ia melihat Mamanya sedang memasakkan sesuatu.

"Kami pulang!!"

"Kami pulang!!" Dea ikut mengatakan hal itu berbarengan kedua anak kecil yang memasuki rumah. Ia terkekeh pelan sambil melompat berlari ke arah mamanya diikuti kedua anak kecil itu. Memeluk dan mencium mama kesayangan mereka.

Dea masih ingat akan hal itu. Setelah mencium mamanya, Dea segera naik tangga dan pergi ke atas di mana kamarnya berada tanpa membuka pintu dan dengan senang hati menembusnya.

"Hmm ...." Dea melihat sekeliling kamar dan tidak melihat ada yang berubah.

"Kamu kenapa begitu, sih?! Dibilang bukan aku yang makan kue kamu!!" Dea mendengar teriakan Dea kecil yang memasuki kamar bersama Lena.

"Aku nggak peduli!! Kue aku harus kamu balikin!!" Lena bersikeras untuk menyuruh Dea kecil mengganti kuenya.

"Terserah kamu!!"

Dea hanya memandang malas perdebatan kedua bersaudara itu, ia memutuskan turun kembali ke bawah dan menghampiri mamanya yang sedang memasak.

"Mama masak apa? Dea bantu, ya??" Dea melangkah masuk ke dapur. Tangannya mendekati penggorengan dan berpura-pura sedang menggoreng ayam.

"Dea belajar masak loh ...."

Dea berdeham karena masih tidak mendapat respon dari mamanya yang sibuk memotong sayur.

"Kata Cris masakan Dea enak banget dan minta selalu dimasakin. Ekhem, Sebenarnya akhir-akhir ini Dea suka sama seseorang. Mama mau dengar, nggak?" Dea mengingat Devan dan langsung merasakan rindu.

DEA ✓ (WM) TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang