"Di sini nggak perlu seseorang, cukup diriku sendiripun sudah cukup. Aku sudah dapat tahu bahwa yang perlu sadar untuk berjuang dan bertahan adalah diriku sendiri."
—DEA—
"Huh ... Huh ... Huft .... "
Kenapa semuanya sangat gelap?? Aku bahkan tidak bisa melihat tanganku sendiri dan cahaya apapun.
"Tolong!! Siapapun!!"
Dea berlari dengan cepat tanpa melihat apapun, ia tidak peduli akan menabrak sesuatu karena memang tidak merasakan apapun di sekitarnya selain pemandangan gelap gulita yang luas.
"Tolong!! Ayah!! Dea sendiri!! Cris!!" Dea memanggil siapapun yang muncul di kepalanya bahkan nama-nama semua teman kelas yang tidak pernah baik padanya.
"Siapapun!! Yang penting tolongin Dea, keluarin Dea dari sini!!"
Dea berhenti berlari dan jatuh terduduk sambil merenung karena kelelahan, ia tidak tahu sudah berapa lama berada di sini.
Beberapa waktu kemudian berlalu dengan Dea habiskan menangis dalam diam, ia merasa tubuhnya sangat berat dan tertarik jatuh secara mendadak ke bawah.
Badannya terlentang dan napasnya terasa sesak, ia memegang lehernya dengan kedua tangan seperti ingin melepaskan sesuatu. Dea menangis merasakan sakit di kedua telinganya dan kepalanya.
"To--long!! Tolong!!" Dea memejamkan matanya walaupun tahu penglihatannya masih gelap gulita, kemudian tiba-tiba tubuhnya mulai merasa pulih. Ia perlahan duduk dari posisi tidurnya sambil terengah-engah dan mengambil napas sebanyak-banyaknya.
Dea merasakan sesuatu memegang tangannya, ia takut terjadi sesuatu, tetapi di depannya terdapat suatu bola cahaya terang. Hanya itu yang dapat ia lihat di kegelapan gulita itu, tangannya perlahan bergerak memegang bola bercahaya itu dan pandangannya merasa sakit karena bola itu mengeluarkan cahaya yang sangat terang.
Dea mengerjapkan membuka matanya perlahan, menyesuaikan bias cahaya yang masuk ke manik matanya. Ia langsung terkejut mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang ia kenali. Kamar tidurnya.
Tunggu ....
Kenapa dirinya bisa berada disini??
"Dea!!"
"Apa??" Dea membalik badannya menghadap ke pintu kamar dan melihat seseorang yang sangat ia takuti berdiri di depannya sambil menyilangkan tangan.
Dea gemetar dan merasa mual, ia masih takut dengannya. Sosok yang selalu menghantuinya dan bersekolah di tempat yang sama. Gadis licik itu yang membenci Dea, gadis itu yang tiba-tiba muncul dan masuk ke sekolah yang sama dengan Dea, gadis itu yang telah menabraknya membuatnya jatuh di lorong sekolah, gadis itu yang tidak sadar bahwa dialah yang membuat hidup Dea menderita.
Dea menjauh dari gadis itu sambil menggelengkan kepalanya, ia semakin mundur setelah melihat gadis itu semakin maju menghampirinya.
Dea hanya memejamkan matanya dengan takut dan gemetar, ia tidak tahu kenapa gadis itu bisa berada di kamarnya.
Beberapa saat berlalu, Dea membuka matanya terkejut dan segera merasa panik karena ternyata, saat gadis itu berjalan ke arahnya langsung menembus keberadaan Dea.
Apakah dia sudah mati??? Apa yang terjadi?? Tunggu sebentar!! Bukankah ia mengalami kecelakaan dan sedang menjalani operasi?!! Ayahnya dimana?!!
Dea merasa pusing dan bingung bersamaan, ia tidak ingat apa yang sedang terjadi pada dirinya sekarang. Ia merasakan kepalanya semakin berat dan ingin terjatuh pingsan, tetapi dirinya mendadak pulih secara tiba-tiba lagi. Ada apa ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
DEA ✓ (WM) TERBIT
Teen FictionGadis kuat dan keras kepala yang harus kehilangan satu persatu kebahagiaannya sejak kecil. Bahkan di saat dirinya menginjak usia remaja di mana seharusnya bersenang-senang, ia harus kehilangan pendengarannya. Setidaknya ia tidak akan mendengar caci...
