Ditolak

110 36 61
                                        

"Yang selalu menemani dan setia di samping lo adalah gue, tetapi kenapa orang lain yang singgah di hati lo? Gue harap orang lain itu tergantikan oleh gue."

DEA

"PEMBUNUH!!!" Dea yang pucat setelah melihat temannya jatuh dari lantai empat itu langsung menoleh ke belakang. Melihat teman sekelasnya yang memang menemani gadis yang memojokkan Dea itu.

"Bukan gue!! Dia jatuh sendiri karena gagal mau dorong gue!! Dia yang mau bunu—" Dea remaja itu membulatkan matanya sangat terkejut. Ia panik dan berusaha menjelaskan tentang kejadian kepada teman dari gadis yang jatuh itu namun omongannya langsung diselak.

"Pembunuh!! Lo pembunuh!! Lo udah bunuh temen gue!! Dasar monster!!"

Ngiing ....

Kepala Dea berdengung mendengar suara nyaring yang kencang. Ia membuka matanya dan menyadari dirinya melompati waktu ingatan lagi. Yang tadinya melihat Dea remaja yang pucat pasi di atas sekolah, sekarang ia menyadari telah berada di ruang interogasi yang paling dirinya benci.

Dea hanya mengingat di saat ia sangat putus asa dan benci kepada semua orang.

Dea remaja melihat seorang teman sekelas dari gadis yang jatuh karena gagal mendorong dirinya, gadis itu menangis dan menjadi saksi akan kematian temannya menyatakan kebenaran sambil menuduh Dea.

Dea remaja mengelak mengatakan bahwa dirinya lah yang akan didorong oleh dua gadis yang telah mengganggunya itu, karena menolak untuk membuat kerusuhan agar hari kelulusan menjadi lebih seru.

Dea remaja menatap gadis yang menangis dan menjadi saksi itu dengan tajam, ia lalu berbicara kepada polisi menyerahkan ponselnya yang ternyata berisi percakapan mereka saat itu. Tentu saja gadis itu terkejut.

"Ini dapat menjadi bukti untukmu, kami dari kepolisian akan memeriksa apakah ia jatuh karena dirinya sendiri atau ada seseorang yang mendorongnya."

"Bohong!! Dia pasti manipulasi percakapan saya sama teman saya!! Bapak lebih percaya pembunuh itu daripada ucapan orang tua teman saya yang terbunuh sama dia?!!"

Dea remaja hanya pasrah dan matanya tertuju kepada tangannya sendiri.

Sekali lagi ingatan itu berganti ke beberapa hari setelahnya.
Dea tidak menemukan siapa pun selain ruangan gelap.

Dirinya melangkah pergi menembus dinding dan melihat Cris yang berdiri sambil memeluk dirinya yang sedang.menangis.

Ini adalah hari dinyatakan Dea tidak bersalah karena tidak ada bukti yang cukup kuat untuk menjadikannya tersangka.

Untungnya Polisi menyimpulkan bahwa kedua murid yang mengganggu murid lain yang menyebabkan kejadian awal terjadi. Mereka berniat mendorong Dea karena tidak puas dan marah atas penolakannya.

Salah satu dari kedua murid itu tidak sengaja menginjak tanaman yang basah dan tergelincir melewati pagar pembatas lalu jatuh ke bawah. Itulah laporan dari polisi.

Dea dinyatakan tidak bersalah dan pihak polisi memberi surat kepada kepala sekolah agar lebih menangani masalah perilaku murid terutama masalah penindasan, perundungan dan pengintimidasian kepada murid lain.

"Untung polisinya nggak mau disogok sama mereka, gue masih beruntung bisa hidup di luar dengan bebas sekarang."

Ngiingg ....

Dea memegang kepalanya sambil merasakan pening di kepalanya. Ia membuka mata perlahan dan mengerjapkannya sehingga melihat dirinya sedang berdiri di tengah-tengah sekolah.

DEA ✓ (WM) TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang