Ditinggalkan

125 39 51
                                        

"Bukan hanya aku saja yang sulit bertahan di dunia ini. Masih banyak orang-orang yang bahkan lebih sulit untuk hidup. Aku seharusnya bersyukur dan menerima takdir yang sudah ditetapkan untukku."

DEA

Dea menelentangkan tubuhnya di jalanan. Tidak peduli dirinya ditembus oleh orang lain yang sedang berlalu lalang.

Ia ingin segera sadar dan terbebas dari ingatan mimpi buruk ini.

Hidupnya sudah dipenuhi banyak masalah dan ia ingin bertemu Cris kembali, sahabat dimana ia bisa melepaskan emosi dan keluh kesahnya.

Dea kemudian mengingat Devan, dirinya juga ingin segera mengganggu Devan lagi.

Ia menutup mata dan telinganya tidak ingin ada di dalam ingatan yang buruk ini. Dirinya yang selalu menderita dan pikirannya yang mulai tidak waras.

Sementara Dea masih berada di tanah dengan keadaan menutup mata dan telinganya, Dea kecil tersenyum kepada ayahnya setelah terbebas dari penjara yang membuatnya menderita.

Ia bergandengan dengan tangan ayahnya sambil masuk ke dalam mobil. Matanya mengedar ke sekeliling mencari keberadaan saudarinya.

"Lena kemana?"

Ayahnya hanya diam tidak menjawab sambil memfokuskan perhatiannya untuk mengendarai mobil. Dea kecil tersadar bahwa topik ini tidak boleh dibicarakan lagi.

Ia diam sambil memainkan jari tangannya, ternyata ayahnya sudah berubah.

"Ayah punya kabar bagus, perampok yang waktu itu menyebabkan kamu berakhir seperti ini telah tertangkap."

"Baguslah, setidaknya beban dan rasa kesal Dea sudah mereda." jawab gadis itu dengan senyumnya. Wajahnya terlihat lelah terbukti dengan kantung mata yang berada di bawah matanya.

Dea kecil hanya berkata ia senang mereka sudah tertangkap. Ia melihat ayahnya yang juga tersenyum tipis menyuruhnya melupakan masa lalu yang buruk itu dan terima kenyataan.

"Iya, Ayah. Dea sudah terima kenyataan dan berharap ke depannya akan lebih baik lagi."

Ayahnya hanya tersenyum kecut sambil mengendarai mobilnya. Sesekali gadis itu ingin membuka percakapan pasti berakhir dengan cepat.

Dea kecil melihatnya. Jarak yang terbentang luas antara dirinya dengan ayahnya. Sekarang ia sadar sekalinya dianggap penjahat walau tidak bersalah tetap penjahat.

Dea melihat rumah lamanya dan para tetangga yang menatap aneh pada Dea. Hanya Dea yang dapat merasakan tatapan benci, jijik, marah dan meremehkan itu. Ia tau semua arti tatapan itu sekarang.

"Dea, kamu tunggu disini, ya?" Dea dengan bingung bertanya maksud dari ayahnya, tetapi ia melihat ayahnya yang pergi ke dalam rumah meninggalkannya di luar.

Beberapa menit berlalu, Dea kecil melihat dua koper besar yang dimasukkan ke dalam bagasi.

"Kita mau kemana?"

"Ke tempat yang hanya ada kita berdua di dunia ini." Ayahnya memeluk gadis itu dengan erat dan menggandengnya. Dea hanya mengikutinya dalam diam. Mereka memasuki mobil dan pergi membelah jalanan kota lagi.

Sudah beberapa jam mobil masih belum sampai tujuan, Dea kecil yang tadi ketiduran sekarang sudah terbangun dari tidurnya dan melihat ayahnya yang menyetir. Sepertinya mereka pindah ke kota lain.

Dea memandang wajah ayahnya. Ia dapat merasakan kehangatan ayahnya lagi setelah melihat sang ayah yang menurunkan air mata.

"Ayah, kenapa tiba-tiba nangis?"

DEA ✓ (WM) TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang