"Waktu memang tidak dapat diputar ulang. Jangan sia-siakan setiap saat hanya untuk sesuatu yang tidak berguna. Setiap menyadari sudah terlalu terlambat, penyesalan akan selalu menghantui tiap langkah untuk menuju masa depan."
—DEA—
Dea hanya menatap kejadian satu-persatu yang membuatnya sedih dari posisinya berada.
Suara pukulan datang dari depan pintu rumah, Mama Dea mencoba menyusul ayahnya dan melihat bahwa rumah mereka dimasuki beberapa orang.
"Ka--Kalian siapa?!!" Mama Dea melihat suaminya yang pingsan dekat pintu dengan keadaan babak belur karena dipukuli.
Beberapa orang mulai menahan Dea kecil dan mamanya agar diam ditempat sementara mereka menyusuri seluruh rumah dan memasukkan beberapa barang berharga ke dalam tasnya.
Dea yang mematung berdiri melihat kejadian itu terus sesegukan menangis melihat rumahnya berantakan dan dibongkar. Ia menggelengkan kepalanya berusaha menolak untuk melihat. Dea jatuh terduduk dan memeluk lututnya sendiri sambil melirik ke arah Dea kecil yang menangis histeris memanggil mamanya.
Sementara di lantai atas terdapat Lena yang tertidur lelap dan dua orang mencoba menggendong Lena membawanya ke bawah. Keluarga beranggotakan empat orang itu dikumpulkan di tengah-tengah ruang tamu.
Dea terdiam melihat Lena yang masih tertidur dan Ayahnya yang terluka pingsan. Mamanya hanya tersenyum kepada Dea kecil menyuruhnya tenang. Melihat keluarganya di kepung membuat dirinya ingin mengutuk para perampok itu.
Dua jam berlalu, Dea memperhatikan keluarganya sambil menangis mengingat apa yang dilakukannya sungguh hal yang paling ia benci.
Semua penyusup bertopeng itu selesai dan puas akan hasil rampasannya. Mereka mengancam Mama Dea, satu-satunya orang dewasa yang sadar agar diam. Sementara Dea kecil dijadikan sandera selama mereka bersiap kabur setelah selesai memasuki barang curian ke dalam mobil.
Dea kecil merasa tidak nyaman dan menggigit tangan orang yang menahannya dengan kencang membuat orang itu berteriak.
"Anak kurang ajar!!"
Panik melanda mereka karena suara Dea kecil yang terus menangis histeris. Para perampok itu dengan segera mulai bersiap keluar rumah dan pergi. Sementara orang yang digigit Dea kecil melempar gadis itu sampai mengenai jendela besi yang membuat kepalanya berdarah.
Melihat anaknya disakiti, tentu saja Mama Dea langsung marah dan mendorong pria itu. Ia juga memukulinya dengan payung dan tongkat bola suaminya. Namun sayangnya ia kalah dan berhasil dilumpuhkan. Mama Dea terjatuh dan berbalik dipukuli oleh pria perampok itu. Suasana sangat mencekam.
Dea kecil yang masih tersadar bangun dari tempatnya dan sedikit merasakan pening di kepalanya. Matanya langsung melotot marah setelah dirinya melihat mamanya dipukuli.
"MAMA!!" teriaknya sambil menangis mencoba berjalan tertatih mendekati mamanya. Namun, Dea kecil menatap sekilas ke dapur dan berlari dengan cepat kesana untuk mengambil pisau.
Sudah ada beberapa perampok yang kabur setelah mendengar suara teriakan tadi dan tersisa dua orang di sana. Satu menjaga di depan sementara yang satu memukuli mamanya. Sehingga tidak akan ada yang menyadari apa yang terjadi sekarang di dalam rumah.
Dea kecil tidak peduli lagi dan berlari kencang ke arah perampok itu. Dirinya menangis memanggil mamanya yang terluka dengan banyak lebam di tubuhnya. Tanpa sadar Dea menusukkan pisau ke perut perampok sampai ke dadanya dan membuat darah keluar dari perutnya. Tidak puas, Dea berteriak sambil menusukkan pisaunya ke kepala dan leher perampok.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEA ✓ (WM) TERBIT
Teen FictionGadis kuat dan keras kepala yang harus kehilangan satu persatu kebahagiaannya sejak kecil. Bahkan di saat dirinya menginjak usia remaja di mana seharusnya bersenang-senang, ia harus kehilangan pendengarannya. Setidaknya ia tidak akan mendengar caci...