Happy reading!______________________________________
Part 1. Aku bertemu kamu
"Kenapa?"
Dia memandang tak percaya pada Lawan bicaranya kali ini. Telinga nya mendengar bisik bisik orang membicarakan nya semakin jelas.
"Gue bosen sama lu. Lagian gue terima lu juga karna kasian."
Setelah mengucapkan itu dengan seenaknya dia pergi meninggalkan seorang gadis yang kini hanya bisa menunduk. Dia tidak menangis. Orang-orang memandang nya iba. Bagaimana tadi dia di permalukan oleh kekasihnya sendiri. Saat tangannya di tepis sangat kuat. Padahal dia hanya ingin mengajak nya duduk. Tatapannya seolah muak dan BOMM kekasihnya meminta putus.
Dengan tangan yang semakin mencengkram kuat kotak yang ada di tangannya, dia pergi meninggalkan tempat itu. Sungguh dia tidak tidak suka ditatap iba seperti itu. Dia merasa tatapan itu seperti menyadarkan betapa menyedihkannya dia.
****
Hanasta keshwari. Gadis yang baru saja di putuskan dengan alasan bosan itu. Apakah tidak ada alasan lain yang lebih manusiawi. Bukankah dalam hubungan, rasa bosan itu pasti ada itu lah ujian dalam suatu hubungan, apakah kita bisa bertahan atau justru mengakhiri nya. Dan apa, kasihan? Hana bukan orang yang minta di kasihani seperti itu. Dia hanya ingin mencintai dan di cintai sewajarnya tanpa ada unsur terpaksa apalagi kasihan.
Hana memandang kotak bewarna hitam di tangannya. Dia sedang duduk di salah satu bangku taman yang lumayan jauh dari tempat tadi. Padahal Hana sudah merencanakan untuk memberi hadiah pada Leo, mantan pacarnya. Ya sudah mantan sekarang. Akhirnya tetesan air mata keluar begitu saja dari mata Hana. Mau bagaimana pun dia hanya gadis biasa, dia tidak sekuat itu untuk menahan tangisnya. Sungguh rasanya sesak. Sangat.
Kenapa dia harus merasa rasa sakit ini. Apakah orang biasa seperti dia tidak boleh merasakan apa itu di cintai? Mengapa selalu Hana yang mencintai. Mengapa memberikan sebuah harapan yang hanya berujung menyakitkan. Jangan beralasan tidak enak hati dan merasa kasihan. Sungguh itu adalah kekeliruan yang sangat fatal.
Apa kalian tau, orang yang kalian kasihani ini setiap malam selalu memikirkan bagaimana caranya membahagiakan kekasihnya. Selalu tersenyum saat mengingat perhatian kecil dari kalian. Tapi ternyata semua itu hanya kasihan.
Tolong jangan campur adukan rasa kasihan dengan rasa kasih sayang. Itu sangat berbeda.
Hana menghela nafasnya dengan perlahan. Dia sudah cukup lama menangis tadi. Dia tidak menyadari bahwa sudah ada seseorang yang duduk di sampingnya. Dia sedari tadi memperhatikan Hana yang menangis sambil menutup wajahnya.
Hana tersentak saat tiba tiba ada sebuah tangan mengulurkan sapu tangan kepadanya. Atensinya langsung tertuju pada seseorang di sampingnya ini. Hana mengernyit heran, sejak kapan ada orang di sampingnya.
"Ini sapu tangan untuk membersihkan sisa air mata kamu. Terima." Ucapnya dengan tulus.
Hana pun mengambil sapu tangan itu, dan mengucapkan terimakasih yang langsung di balas dengan anggukan.
"Kenapa kamu menangisi seseorang?"
"Karena orang itu penting di hidup kita kan?" Hana menjawab dengan ragu.
Mendengar jawaban yang cukup ragu dari lawan bicaranya. Dia tersenyum dan melanjutkan.
"Bukan kah lebih baik bila kita tersenyum melepaskan nya. Ikhlaskan. Bukan berarti saya melarangmu untuk menangis. Tentu tidak. Perkara meninggalkan dan di tinggalkan sebenarnya kita sendiri yang memutuskan."
Hana memandang dengan bingung. Oh ayolah,sekarang pikirannya sedang tidak bisa diajak berfikir.
"Begini, kamu dulu menyambut kedatangan dia di hidup kamu dengan senyuman. Kamu juga harus melepaskan nya dengan senyuman. Jangan paksa untuk tetap tinggal. Semua sudah di atur waktunya. Begitu juga luka, akan sembuh dengan seiringnya waktu."
Dia balas memandang Hana yang sedari tadi memperhatikan nya saat sedang berbicara. Hana paham maksud dari kalimat itu. Namun yang membuat nya bingung, kenapa laki-laki ini seolah tau bahwa dia sedang patah hati. Apa begitu keliatan jelas.
"Ku fikir kamu sudah paham apa yang aku ucapkan tadi."
Hana pun mengangguk kan kepalanya menanggapi. Dia masih memperhatikan laki-laki itu dari samping. Dari tatapan nya,cara senyum nya dan bagaimana dia berbicara. Sangat tenang.
"Cakara Adiwilaga. Itu nama ku jika kamu ingin tau." Dia berbicara sambil memandang taman yang semakin sepi karna sebentar lagi siang akan berganti malam.
Wah, sepertinya laki-laki di sebelah nya ini cenayang. Hana memang ingin menanyakan itu tadi.
" Kufikir kita bisa berteman." Ucapnya sambil tersenyum menoleh pada Hana dan mengulurkan tangannya.
" Hanasta keshwari." Ucap Hana sambil membalas uluran tangan Cakara.
Hana fikir tidak ada salahnya berteman dengan orang baru. Lagi pula seperti nya Cakara ini orang yang baik.
" Nah Hanna, sepertinya aku harus pergi. Sampai bertemu lagi di taman ini."
Cakara pun beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Hana sambil melambaikan tangan dan tersenyum. Hana pun ikut melambaikan tangannya membalas.
Hari ini Hana kehilangan seseorang tapi hari ini dia juga bertemu dengan orang baru di hidupnya. Takdir memang sulit di tebak.
________________
Semoga kalian suka ya!
Happy reading guys and stay safe ya.Btw, aku mau ngasih tau kalo fyp ku isinya Jennie sama GD semua:))))
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakara
Teen FictionJUDUL SEBELUM NYA : ALZHEIMER "Bukan rasa ini yang menghilang, tetapi atensimu yang perlahan menjauh dari pandangan." Bagaimana bila kita melupakan sesuatu yang sangat tidak ingin kita lupakan? Bagaimana rasanya? Bagaimana rasanya ketika orang terp...