Part 4. Cakara Adiwilaga

70 11 1
                                    


"Cakara hadirmu tiba-tiba, tak pernah ku perkirakan tapi ku tahu takdir yang merencanakan."  Hanasta Keshwari






Part 4. Cakara Adiwilaga

Dengan perlahan Cakara memasuki ruangan yang bertema serba putih dan bau obat-obatan dengan cepat menghampiri Indra penciuman nya. Ini memang jadwal rutin Cakara untuk memeriksakan dirinya.

Suara decitan pintu yang terbuka dan suara ketukan sepatu Cakara yang menggema baru bisa mengalihkan atensi seseorang yang sedari tadi sibuk memeriksa catatan nya. Seseorang yang sedari tadi sudah menunggu Cakara datang.

Dia dokter Ryan. Dokter yang menangani Cakara selama ini. Dokter Ryan pun tersenyum dan menyuruh Cakara untuk duduk di depannya.

"Saya sudah nunggu kamu dari tadi." Ucap Dokter Ryan mengawali percakapan.

"Maaf Dok, saya tadi pamit ke kamar mandi sebentar." Ucap Cakara

"Hahahaha santai saja Cak tidak usah tegang seperti itu."

Cakara hanya tersenyum menanggapi. Dokter Ryan ini mempunyai selera humor yang sangat receh. Lihat saja, bukankah sedari tadi tidak ada yang lucu tapi tiba-tiba dia tertawa.

Melihat tidak ada tanda-tanda Cakara akan ikut tertawa. Dokter Ryan pun langsung menghentikan tawanya.

"Ekhem!"

"Saya ingin berbicara serius Cak."

"Kamu harus segera operasi Cak!"

Dokter Ryan mengucapkan nya dengan sangat seriuss. Berbanding terbalik saat ia tertawa tadi. Dokter Ryan pun melanjutkan

"Kondisi kamu semakin hari semakin menghawatirkan, saya harap kali ini kamu tidak akan menolaknya." Ucap Dokter Ryan sambil memandang Cakara dengan lekat.

"Harusnya dokter pasti sudah tau jawaban saya. Saya tetap tidak akan mau melakukan operasi itu."

Dari satu tahun yang lalu kata operasi memang selalu muncul diantara perbincangan dia dengan dokter Ryan. Cakara tidak paham mengapa dokter Ryan sangat gigih menyuruh nya operasi.

Dokter Ryan memandang pasien nya dengan prihatin. Dia tau, pasien nya kali ini sangat berbeda dengan pasien-pasien nya yang lain.

Dia tau bahwa ada banyak sekali tanggung jawab yang harus Cakara pikul dari dulu hingga sekarang dan sepertinya tanggung jawab itu semakin besar. Hebatnya Cakara tidak pernah sekalipun mengeluh dan tidak merasa terbebani akan semua tanggung jawab itu apalagi marah dengan takdirnya.

Dokter Ryan dulu pernah bertanya pada Cakara, mengapa dia tidak pernah terlihat sedang mengeluh. Dan Cakara pun dengan tenang menjawab.

" Untuk apa mengeluh, sebenarnya apa fungsi mengeluh itu. Bukan kah mengeluh tidak akan membuat penyakit dalam diri saya membaik kan dok?"

Saat itu Ryan sadar bahwa selama ini terlalu banyak mengeluhkan hal-hal yang sudah terjadi. Bukankah lebih baik untuk segera memperbaikinya. Kita boleh merasa lelah, namun kita tidak boleh mengeluh.

"Dokter?"

"Dokter Ryan!"
Ucapan Cakara cukup untuk membuat kembali ke realitanya. Dia pun kembali membuka suaranya.

"Kenapa kamu bersikeras tidak ingin di operasi? Apa karena alasan yang sama?".
Dokter Ryan menghela nafas nya lalu memandang Cakara lekat dan melanjutkan.

"Cakara. Kelenjar getah bening yang kamu derita sudah menyebar hampir di seluruh bagian otak. Dan kamu tau."

Dokter Ryan menjeda ucapan nya, ia pun lalu membuka kembali hasil diagnosis Cakara saat cek tadi. Dan menunjukkan hasilnya pada Cakara.

" Ada pengendapan protein di dalam diri kamu. Kamu tau kan artinya apa, saraf otak akan menjadi kacau."

" Dari hasil cek hari ini, kami mendiagnosis bahwa kamu-"

"Bahwa kamu menderita Alzheimer."

Hening. Ucapan Dokter Ryan adalah suara terakhir yang keluar di ruangan itu. Mereka sama-sama diam dengan pikiran yang berbeda.

Cakara diam, dia memandang hasil diagnosis nya dengan tenang. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Sebenarnya Cakara sudah menduga ini sejak awal.

"Apa sudah selesai? Saya harus segera pergi ke distro." Ucap Cakara sambil beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu.

Saat Cakara sudah akan memegang kenop pintu. Dokter Ryan kembali berbicara dan menghentikan pergerakan nya.

"Mengapa kamu tidak bereaksi apapun dan bahkan cenderung menghindar. Apa kamu tidak merasa terkejut dan sedih?

Mendengar ucapan Dokter Ryan Cakara pun membalikkan badannya menghadap Dokter Ryan. Dia pun tersenyum saat menatap dokter Ryan.

" Terkejut? Sedih? Tentu saja saya merasakan keduanya. Bahkan bukan hanya kedua rasa itu, saya pun merasakan marah, kecewa dan itu semua menyatu menjadi satu  di dalam diri saya."

" Terlalu banyak rasa sakit yang saya terima, sampai-sampai saya pun bingung harus bereaksi seperti apalagi."  Cakara mengucapkan nya sambil tersenyum memandang dokter Ryan. Dia pun melanjutkan

" Seperti nya saya memang harus pergi, hari sudah semakin sore. Selamat sore dok, sampai bertemu lagi di bulan depan."

                      ________________

Yeay finally!!!

Akhirnya aku up lagi setelah sekian abad. Bercanda

Hari ini full di rumah sakit. Koreksi bila ada kesalahan atau kritik dan saran sangat aku tampung.

Dan buat yang belum tau Alzheimer itu apa.
Alzheimer adalah penyakit progresif yang menghancurkan memori dan fungsi mental penting lainnya. Koneksi sel otak dan sel-sel sendi merosot dan mati, akhirnya menghancurkan memori dan fungsi mental penting lainnya. Tidak dapat di sembuhkan. Biasanya di derita oleh lansia.

Timbulnya Alzheimer adalah saat pengendapan protein di dalam otak yang menghalangi asupan nutrisi sel-sel otak, sehingga sel otak menjadi rusak. Kerusakan sel otak akan menurunkan kadar zat kimia di dalam otak, yang menyebabkan koordinasi antar saraf otak menjadi kacau.

Dan kalo kalian tanya apa aku pernah bertemu penderita alzheimer yang masih muda. Jawaban nya pernah!!

Happy reading guys, buat semua yang udah setia baca cerita ku makasih banyak ya!!!










CakaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang