19. Memperkenalkan
Hana memandang pantulan dirinya di cermin. Memeriksa penampilan, takut ada yang salah dengan pakaian nya. Hari ini Cakara mengajak nya pergi ke tempat yang spesial. Hana tak tahu bahwa tempat yang akan mereka kunjungi kali ini, belum pernah Cakara datangi sebelum nya.
Hana tahu tempat ini berbeda dengan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi. Ini bukan lagi seperti saat ia dan Cakara pergi ke festival ice cream atau saat Cakara membawanya pergi ke bukit pinggir kota. Dan bukan juga saat Cakara mewujudkan keinginan- keinginan randomnya. Ada yang ingin Cakara beritahu.
Setelah puas dengan penampilan nya, tatapan Hana beralih melihat jam di dinding. Sebentar lagi Cakara akan datang. Dan Hana memutuskan untuk menunggu nya di teras.
Hari ini cuaca cerah, cahaya matahari dengan lembut menyinari teras rumah Hana. Menambah kecantikan tanaman-tanaman bundanya. Hana juga ikut ambil dalam membesarkan tanaman tanaman itu.
' bunda harus kasih aku hadiah ' batin Hana, tersenyum bangga.
Tin tin
Suara klakson mobil Cakara, menghentikan aktivitas Hana sebelum nya. Dia berteriak berkata akan pergi lalu kemudian berlari-lari kecil menghampiri Cakara.
Suasana di dalam mobil sepi. Tidak banyak yang bisa Hana lakukan. Dia hanya memandangi Cakara yang sedang menyetir dengan serius. Hana baru menyadari, tampilan Cakara terlihat baru.
Cakara yang sadar sedang di perhatikan. Balik menoleh sekilas pada Hana. Cakara menaikkan salah satu alis nya. Bertanya pada Hana. Apakah ada yang salah?
Hana yang paham langsung menggeleng sebagai jawaban. Dan langsung meraih salah satu tangan Cakara untuk ia genggam. Tangan ini, tangan ini sangat cocok dengan tangannya. Terasa sangat pas.
" Hari ini kakak keliatan beda, apa cuma perasaan aku saja?" Ucap Hana memecah keheningan.
"Oh ya, apa bedanya. Saya merasa tetap sama " jawab Cakara yang tetap fokus pada kemudi.
Hana menggeleng tidak setuju.
" Kakak hari ini tambah ganteng. Kadar kegantengan kak Kara meningkatkan 100 persen. " Kata Hana sambil menggerakkan kedua tangan nya membentuk lingkaran besar.
" Kamu juga tambah cantik, semakin cantik setiap hari nya. Selalu buat saya terpesona. " Balas Cakara. Ingin mengikuti gerakan Hana tapi dia sedang menyetir.
Mungkin bagi Cakara sudah biasa mengucapkan kalimat itu seperti biasanya. Tapi bagi Hana itu tetap saja terasa baru. Selalu berhasil membuat Hana tersipu.
********
Cakara menghentikan langkahnya. Rasanya langkah kakinya berat sekali. Cakara menghela nafas sebentar. Matanya melirik gapura di depannya. Gapura yang bertuliskan pemakaian umum itu seperti menyambut nya.
Ini kali pertama baginya
mengunjungi tempat ini. Jika boleh jujur, Cakara masih belum siap, bahkan mungkin selamanya tidak akan siap. Tapi dengan Hana di samping nya, ia yakin dia bisa.Hana yang berdiri sebelah Cakara ikut memandang gapura tersebut. Dia tahu kencan kali ini akan berbeda, tapi dia sama sekali tidak memikirkan tempat ini. Hana berusaha mengendalikan rasa keterkejutan nya. Dia disini untuk membantu Cakara, menemani Cakara dan menguatkan Cakara.
Cakara memandu Hana yang ada di sampingnya. Dia tahu Hana terkejut, namun melihat Hana yang justru mengeratkan genggaman tangannya dan tersenyum kepadanya. Membuat hati Cakara tenang.
Meskipun ini kunjungan pertamanya, Cakara tahu letak makam tersebut. Tidak salah lagi itu makamnya. Di nisan tertulis nama ayah dan adik Cakara.
Cakara melepas genggaman tangan nya pada Hana. Ia berjongkok memandang kedua nisan itu cukup lama. Tangannya terangkat mengelus nama di kedua nisan. Cakara masih tidak menyangka dirinya berada di sini. Ingatan itu masih jelas tersimpan di memori otaknya, ingatan akan kecelakaan yang merenggut dua orang paling berharga di hidupnya. Cakara ingat bagaimana truk yang lepas kendali menghantam mobil mereka dari samping, mobil menghantam beton. Rusak parah. Ingatan terakhir yang ia miliki adalah suara sirine polisi. Dan setelah itu dia tidak mengingat apapun lagi.
" Mengapa hanya dirinya yang selamat? " Pertanyaan itu masih terus terlintas di benaknya.
Hana melihat semua tindakan Cakara dalam diam. Mengikuti, berjongkok di sebelah nya. Menaruh bunga yang ia bawa di atas kedua makam. Hana berbicara, memecah keheningan.
" Halo om, halo adiknya kak Kara. Saya Hana, pacar kak Kara." Hana memperkenalkan diri. Tersenyum." Kalian gak usah khawatir, saya bakal selalu ada di samping kak Kara. Selalu. "
Cakara diam memperhatikan, tidak memotong ucapan Hana.
" Nanti Hana tabok kalo bandel."
Cakara tertawa, hatinya membaik. Dia lalu menatap Hana. terimakasih.
Hana yang paham balas tersenyum, Hana lega. Lihat! Cakara tertawa, tidak ada lagi raut sedih di wajah nya. Hana selalu senang melihat nya. Tawa Cakara bagai candu untuknya.
" Kak Kara harus selalu ingat ini, gak semua hal yang terjadi itu salah kakak. Kakak gak harus menanggung semuanya sendiri. Semua sudah di atur oleh takdir. Jangan terlalu keras pada diri sendiri kak, mereka juga pasti ingin kak Kara hidup dengan bahagia, bukan rasa bersalah seperti ini." Ucap Hana. Kembali menggenggam tangan Cakara.
" Kakak gak pernah sendiri, ada aku, ada mama kakak, dan ayah, adik kak Kara yang selalu berada di sini. " Hana menunjuk hati Cakara.
Dengan lembut Cakara meraih tangan tersebut lalu mencium nya. Hana, tentu kaget dengan gerakan tiba-tiba Cakara. Tapi dia senang. Pipinya kembali memerah.
" Terimakasih Hana, saya lega kamu ada di samping saya. Mungkin memang tidak mudah tapi saya akan mencoba nya. "
Tulus sekali tatapan Cakara untuk Hana. Dia benar-benar berterimakasih padanya. Dan dia tidak menyesal akan keputusan nya. Mengajak Hana kesini.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakara
Teen FictionJUDUL SEBELUM NYA : ALZHEIMER "Bukan rasa ini yang menghilang, tetapi atensimu yang perlahan menjauh dari pandangan." Bagaimana bila kita melupakan sesuatu yang sangat tidak ingin kita lupakan? Bagaimana rasanya? Bagaimana rasanya ketika orang terp...