" Jika kamu tidak memiliki memori yang bagus untuk menyimpan kenangan kita, maka aku akan jadi memori itu sendiri untuk kamu. Untuk kita." Hanasta Kheswari
Part 16. All i want
Hari ini adalah jadwal Cakara untuk pergi ke dokter. Ia berencana untuk mengajak Hana pergi bersama. Cakara sudah menghubungi Hana dan sudah bersiap akan menjemput nya.
Saat langkah nya akan mencapai depan pintu utama, ucapan mamanya menghentikan langkah Cakara.
" Oh kamu jadi pergi dengan perempuan itu? " Ucap mamanya acuh.
" Namanya Hana ma, berapa kali saya harus mengingatkan mama. Saya tau mama bukan orang yang pelupa,"
Cakara berusaha untuk sabar meladeni tingkah mama yang kali ini terlalu kekanak-kanakan. Dulu sebelum bersama Hana, dia juga pernah memperkenalkan seorang perempuan kepadanya dan responnya masih baik baik saja. Apa mungkin karena Hana masih SMA. Padahal usia mereka hanya terpaut 3 tahun. Ah, memikirkan nya saja membuat Cakara pusing.
" Coba kue ini dulu, Yumi udah buat susah-susah untuk kamu". Melihat Cakara yang terlihat acuh, mama melanjutkan ucapannya. " Atau kamu gak usah pergi sama dia".
Dengan terpaksa Cakara menghampiri meja makan yang sudah ada ibu dan Yumi. Mengambil kue sedikit lalu segera memakannya.
" Sudah kan! Saya pergi!"
Yumi memandang Cakara dengan sendu. Bahkan hingga saat ini tidak ada yang berubah darinya.
****
Hana duduk sendirian di lorong rumah sakit menunggu Cakara yang sedang menebus obat. Hana hanya bisa merenung setelah mendengar semua perkataan dokter atas kondisi Cakara. Semua terasa sulit dan berat untuk ia cerna.
Membayangkan jika dirinya yang berada di posisi Cakara mungkin Hana tidak akan sanggup. Kadang Hana berfikir bahwa dia memiliki masalah paling berat. Melihat kondisi Cakara, Hana harus lebih bersyukur akan hidupnya.
Saat Hana mengalihkan pandangannya pada lorong rumah sakit, terlihat dokter Ryan yang ingin menghampiri nya. Kemudian Hana tersenyum kepada dokter Ryan sebagai sapaan.
" untung kalian belum pulang, saya cari kalian dari tadi tau nya disini," Ucap dokter Ryan.
Hana mengernyit mendengar penuturan dokter. " Dokter masih ada perlu dengan kak Kara ya, dia masih ambil obat mungkin sebentar lagi selesai,"
" Justru saya itu cari kamu Hana,"
Kening Hana semakin mengkerut mendengar ucapan dokter." Bisa kan kita ngobrol sebentar".
Melihat Hana yang menganggukan kepalanya setuju, Ryan melanjutkan ucapannya. " Cakara itu sudah saya anggap seperti adik sendiri. Dari awal ia masuk rumah sakit ini, saya yang menangani nya hingga saat ini. Kamu sudah tau kondisi Cakara saat ini. Dia hampir sekarat. Melihat nya saya ikut merasa sakit,"
" Kamu tau, baru kali ini saya melihat dia tersenyum begitu sering. Padahal dulu mau saya ngelawak pun dia gak akan tertawa. Seperti nya Cakara sudah menemukan semangat nya lagi". Ryan menjeda ucapannya lalu menoleh pada Hana.
" Dan itu kamu Hana. Saya hanya punya satu permintaan untuk kamu Hana. Tolong bujuk Cakara agar di rawat di rumah sakit jika ia tidak ingin untuk operasi saat ini. Hana, mungkin hanya kamu sekarang yang bisa meyakinkan dia. Saya mohon bantu saya. Kamu juga ingin kan melihat Cakara sembuh!"
Hana sekali lagi mengangguk menyetujui. Dia juga ingin Cakara sembuh.
" Aku bakal coba bicara sama kak Kara soal ini, dok".
Dokter Ryan tersenyum mendengar ucapan Hana yang penuh keyakinan. Semoga Hana bisa meyakinkan si keras kepa
" Kalau begitu saya izin pergi, saya tunggu kabar baik nya". Pamit dokter Ryan sambil menepuk pundak Hana sebentar.
****
"Apa yang kamu bicarakan dengan dokter Ryan tadi di rumah sakit?" Tanya Cakara
Sekarang mereka sedang berada di salah satu resort pinggir pantai. Sebelum mengantar Hana pulang, Cakara terlebih dulu mengajaknya kemari.
" Dia bilang kalo kamu banyak senyum hari ini, dia juga bilang kalo kamu udah Nemu semangat lagi," ucap Hana.
Cakara tergelak mendengar jawaban Hana. Dia baru menyadari bahwa ia jarang tersenyum jika di rumah sakit.
" Dia memang pengamat yang handal".
" Kak ada yang mau aku omongin,"
Cakara menghentikan tawa nya, lalu beralih menatap Hana intens.
" Ada apa?"
" Aku cuma mau bilang, jika kak Kara tidak memiliki memori yang bagus untuk menyimpan kenangan kita, maka aku akan jadi memori itu sendiri untuk kamu. Untuk kita. Aku bakal kirim chat setiap hari, aku juga bakal selalu ingetin kakak semisal kita ada janji. Aku juga bakal selalu ada di samping kak Kara. Aku bisa loh kayak jinni, kakak tinggal chat aku nanti aku bakal langsung Dateng". Ucap Hana tulus. Untuk sekarang itu saja sudah cukup.
Cakara sempat terkejut mendengar ucapan hana yang tiba-tiba. Terlalu mendadak sampai Cakara bingung harus bereaksi seperti apa. Namun yang pasti ucapan Hana mampu membuat Cakara jauh lebih tenang.
" Sekarang jinni modern ya kalo dulu tinggal panggil nama aja udah Dateng," ucap Cakara meledek.
" Ya kan aku bukan jinni beneran. Cuma boongan aja tau, semacam perumpamaan lah," sungut Hana.
Cakara tergelak mendengar jawaban Hana yang sangat lucu. Hana tidak sadar ya bahwa dia sangat lucu. Ia pun mengacak rambut Hana gemas. Ryan memang benar, dia sudah menemukan semangat nya lagi.
_
_____________________________________
Happy reading guys 🎉
Aku harap kalian tambah cinta dengan cerita ini!
Dan terimakasih banyak ya yang udah luangin waktu kalian buat baca, vote dan komen.
Kalian bikin aku tambah semangat!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakara
Teen FictionJUDUL SEBELUM NYA : ALZHEIMER "Bukan rasa ini yang menghilang, tetapi atensimu yang perlahan menjauh dari pandangan." Bagaimana bila kita melupakan sesuatu yang sangat tidak ingin kita lupakan? Bagaimana rasanya? Bagaimana rasanya ketika orang terp...